Soal Larangan Umrah Sementara, Saudi Tak Percaya RI Bebas Corona?

Jum'at, 28 Februari 2020 - 11:51 WIB
Soal Larangan Umrah...
Soal Larangan Umrah Sementara, Saudi Tak Percaya RI Bebas Corona?
A A A
JAKARTA - Kerajaan Arab Saudi melarang sementara atau menangguhkan perjalanan umrah para jamaah asal negara-negara terdampak virus Corona baru, Covid-19 . Indonesia yang menyatakan nol kasus infeksi Covid-19, ikut terkena dampak kebijakan dadakan kerjaaan tersebut.

Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pengumumannya yang dipublikasikan kantor berita negara setempat, SPA, kemarin, tidak merinci jamaah negara mana saja yang tidak diperbolehkan melakukan perjalanan umrah ke tanah suci untuk sementara.

Kementerian itu menegaskan kebijakan ini untuk mencegah masuknya virus Corona baru ke wilayah Saudi dan sesuai dengan rekomendasi otoritas kesehatan termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (Baca: Cegah Masuk Virus Corona, Arab Saudi Tangguhkan Umrah )

"Tindakan pencegahan baru ini berdasarkan rekomendasi dari otoritas kesehatan yang kompeten untuk menerapkan standar kehati-hatian tertinggi dan mengambil langkah-langkah pencegahan proaktif untuk mencegah munculnya virus Corona di Kerajaan dan penyebarannya," kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan.

Ada tiga poin penting dalam pengumuman penangguhan perjalanan jamaah umrah asing yang diumumkan pemerintah Kerajaan Arab Saudi kemarin, yakni;

1. Masuk ke Kerajaan untuk tujuan umrah dan/atau mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah untuk sementara waktu ditangguhkan.
2. Masuk ke Kerajaan dengan visa turis dari negara-negara dengan wabah virus Corona yang dikonfirmasi, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan Saudi, untuk sementara ditangguhkan.
3. Penggunaan kartu identitas nasional (bukan paspor) untuk perjalanan ke dan dari Kerajaan ditangguhkan. Pengecualian akan diizinkan untuk warga negara Saudi yang meninggalkan Arab Saudi dengan menggunakan kartu identitas nasional mereka, atau warga negara-negara Dewan Kerjasama Teluk yang ingin kembali dari Arab Saudi setelah memasukkan dengan kartu identitas nasional mereka.

"Kerajaan menegaskan bahwa prosedur ini bersifat sementara, dan harus terus dievaluasi oleh pihak berwenang," imbuh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. (Baca: Saudi: Penangguhan Umrah Hanya bagi Jamaah Negara Terdampak Corona )

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia telah mengonfirmasi bahwa Indonesia termasuk salah satu dari negara-negara yang jamaahnya tidak diperkenankan melakukan perjalanan umrah ke tanah suci untuk sementara.

Daftar negara yang terkena kebijakan dadakan Saudi ini antara lain; China, China Taipei (Taiwan), Hong Kong (Special Administrative Region/SAR of China), Iran, Italia, Republik Korea (Korea Selatan), Macau (SAR of China), Jepang, Thailand, Malaysia, Indonesia, Pakistan, Afghanistan, Irak, Filipina, Singapura, India, Lebanon, Suriah, Yaman, Azerbaijan, Kazakhstan
, Uzbekistan, Somalia, dan Vietnam.

Anehnya, negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat yang jelas-jelas memiliki kasus infeksi Covid-19 tidak masuk dalam daftar negara yang dirilis Saudi.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi juga mengonfirmasi bahwa Indonesia menjadi bagian dari 23 negara yang terkena dampak kebijakan dadakan Arab Saudi.

"Itu yang saya sampaikan kepada Duta Besar Saudi tadi dan dubes yang ada di Riyadh sudah mengirim surat juga. Di dalam butir dua ada beberapa negara, 23 negara, salah satunya Indonesia, karena kenapa Indonesia? Karena Indonesia itu kan belum," kata Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, kemarin.

Indonesia Diragukan?

Indonesia telah menjadi sorotan para ilmuwan Barat karena mengklaim nol kasus infeksi Covid-19. Para ilmuwan dari Universitas Havard pernah meragukan klaim tersebut. Mereka khawatir virus Corona yang berasal dari China sudah masuk ke Indonesia namun tidak terdeteksi. Laporan mereka juga mempertanyakan kemampuan Indonesia untuk menguji virus tersebut. (Baca juga: Ilmuwan Havard Khawatir Virus Corona di Indonesia Tak Terdeteksi )

"Indonesia melaporkan nol kasus, tapi mungkin sebenarnya sudah ada beberapa kasus yang tidak terdeteksi," kata pakar epidemiologi Marc Lipsith dari Havard TH Chan School of Public Health dalam laporan yang diunggah di medRxiv.

Kekhawatiran pada ilmuwan Havard muncul karena Indonesia memiliki hubungan dekat dengan China. Studi yang dilakukan para ilmuwan Havard belum ditinjau oleh rekan sejawat, tetapi menambah kekhawatiran yang meningkat bahwa kasus-kasus virus Corona baru tidak teridentifikasi.

Profesor Ian Mackay, seorang ahli virologi di Universitas Queensland, mengatakan bahwa jika kasus tidak ditemukan, maka ada risiko infeksi lebih lanjut dan munculnya wabah baru.

"Anda akan berpikir kontak dekat—keluarga, teman dekat mungkin pertemuan bisnis—dapat kemudian terinfeksi oleh kasus-kasus ini dan ini dapat membuat sedikit hotspot infeksi," katanya, seperti dikutip The Guardian.

Para ilmuwan, kata Mackay, tidak percaya penyakit ini menular melalui udara. "Jadi tidak terlalu mudah untuk mengambil—Anda harus memiliki waktu tatap muka dengan seseorang untuk menularkan virus itu," ujarnya.

Mudah-mudahan, ujar Mackay, orang-orang akan melapor ke dokter jika mereka sakit, dan mereka akan dikarantina setelah memiliki riwayat perjalanan dari negara pusat wabah 2019-nCoV.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sempat tersinggung dengan laporan riset tersebut dan menganggapnya sebagai penghinaan karena meragukan kemampuan Indonesia dalam mendeteksi virus.

Namun, Lipsitch membela risetnya dan mengklarifikasi bahwa studinya tidak bermaksud menghina siapa pun. Menurutnya, hipotesis utama untuk kurangnya kasus yang dilaporkan di Indonesia adalah bahwa kasus impor tidak terjawab. Dia merujuk pada laporan Sydney Morning Herald bahwa Indonesia tidak memiliki alat tes virus Corona baru hingga 5 Februari untuk mendukung teori tersebut.

“Jika kasus telah diperkenalkan ke Indonesia, maka ada kemungkinan besar lebih banyak kasus beredar melalui transmisi dari kasus tersebut. Jika demikian, mereka mungkin tidak terdeteksi selama beberapa minggu karena individu mungkin tidak mencari perawatan atau mungkin tidak dicurigai dan diuji untuk Coronavirus, terutama jika tidak ada hubungan langsung ke China," katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1741 seconds (0.1#10.140)