Sejumlah Negara Berlomba Evakuasi Warganya dari Kapal Diamond Princess

Selasa, 18 Februari 2020 - 21:34 WIB
Sejumlah Negara Berlomba...
Sejumlah Negara Berlomba Evakuasi Warganya dari Kapal Diamond Princess
A A A
TOKYO - Korea Selatan (Korsel), Kanada, Australia, dan Inggris berlomba-lomba untuk mengevakuasi warganya dari kapal pesiar Diamond Princess. Kapal pesiar tersebut tengah dikarantina di lepas pantai Jepang di tengah peningkatan infeksi virus Corona di antara penumpangnya.

Kapal Diamond Princess, berlabuh di Pelabuhan Yokohama Jepang dengan 2.666 penumpang dan 1.045 kru, adalah kelompok terbesar kasus virus Corona Covid-19 yang dikonfirmasi di luar China. Lebih dari 500 penumpang terinfeksi penyakit ini setelah ditempatkan di bawah karantina selama 14 hari mulai dari 3 Februari lalu.

Terbaru, Princess Cruises, yang mengoperasikan kapal, mengumumkan 169 kasus virus Corona Covid-19 baru yang dikonfirmasi di atas kapal dalam 48 jam terakhir.

Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan penumpang yang melakukan tes negatif untuk virus corona akan dapat pergi mulai Rabu ini ketika karantina berakhir.

Namun, di Bandara Haneda di Tokyo, sebuah pesawat kepresidenan Korea Selatan mendarat pada Selasa (18/2/2020) untuk mengevakuasi empat warganya dan pasangan Jepang dari kapal dengan rencana untuk kembali ke Gimpo di Seoul barat pada hari Rabu pagi. Begitu laporan kantor berita Korsel, Yonhap.

Inggris juga pada hari ini mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa pihaknya mengkoordinir penerbangan "sesegera mungkin," dan Kanada serta Australia telah mengatur upaya evakuasi selama beberapa hari terakhir seperti dilansir dari UPI.

Berita evakuasi ini menyusul dua penerbangan carteran yang kembali ke Amerika Serikat (AS) dengan 328 warganya dari kapal pesiar itu pada Minggu malam dan Senin pagi.

Di antara penumpang, 14 dinyatakan positif viruso Corona Covid-19, meningkatkan jumlah kasus yang dikonfirmasi di AS menjadi dua kali lipat yaitu 29. Sementara 92 warga Amerika tetap dikarantina di kapal itu.

Sementara itu, Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan 1.868 orang meninggal setelah 98 orang tewas dalam 24 jam sebelumnya. Sembilan puluh tiga kematian terjadi di episentrum wabah yaitu provinsi Hubei, termasuk 72 di Wuhan, di mana penyakit ini diyakini muncul pertama kali.

Secara global, jumlah kematian mencapai 1.873 ketika Prancis, Filipina, Jepang, Hong Kong dan Taiwan masing-masing melaporkan kematian di luar daratan China.

China juga mengatakan jumlah infeksi meningkat 1.886 pada Senin menjadi 72.436.

Sementara itu, para pejabat kesehatan China mengumumkan kematian seorang dokter di pusat epidemi setelah ia terinfeksi virus Corona yang mematikan saat merawat pasien yang terinfeksi.

Komisi Kesehatan Kota Wuhan mengatakan Liu Zhiming, direktur Rumah Sakit Wuchang di Wuhan, meninggal Selasa pada usia 51.

"Sejak wabah, kawan Liu Zhiming, terlepas dari keselamatan pribadinya, memimpin staf medis Rumah Sakit Wuchang untuk memerangi epidemi dan membuat kontribusi penting untuk pencegahan dan pengendalian pneumonia coronavirus tipe baru di kota kami," kata komisi itu dalam sebuah pernyataan.

Kematian Zhiming adalah yang terbaru di antara para profesional kesehatan yang memerangi penyakit di provinsi Hubei, China. Pejabat China pekan lalu menyatakan lebih dari 1.700 petugas medis garis depan telah terinfeksi, enam di antaranya telah meninggal. (Baca: Ganasnya Virus Corona, 1.716 Staf Medis Terinfeksi dan 6 Meninggal )

Di antara yang tewas adalah Li Wenliang yang berusia 34 tahun. Wenliang adalah dokter mata di Wuhan yang dihukum oleh polisi karena berusaha memberi tahu teman dan keluarga secara online pada bulan Desember ketika wabah dimulai. Kematiannya menarik kemarahan luas, memaksa pemerintah untuk memulai penyelidikan. (Baca: Tragis, Dokter China Whistleblower Virus Corona Meninggal )
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1821 seconds (0.1#10.140)