Perlombaan Senjata Sengit, AS dan China Paling Jorjoran Belanja Militer
A
A
A
MUNICH - Laporan baru dari International Institute for Strategic Studies (IISS) menunjukkan Amerika Serikat (AS) dan China sebagai dua negara teratas yang pengeluaran belanja militernya terbesar di antara 15 pembelanja militer teratas. Kedua negara itu paling jorjoran dalam menghamburkan anggaran pertahanan ketika perlombaan senjata antara Washington, Beijing dan Moskow berlangsung sengit.
Laporan IISS juga menunjukkan pengeluaran militer di seluruh dunia meningkat sebesar 4 persen pada tahun 2019 lalu, peningkatan terbesar dalam satu dekade. IISS adalah kelompok think tank yang berbasis di London.
Statistik yang disusun dalam laporan kelompok think tank tersebut mewakili pengadaan, investasi penelitian dan pengembangan senjata.
Laporan itu mencatat bahwa tidak ada satu pun dari 15 pembelanja pertahanan teratas yang berubah sejak tahun lalu, meskipun ada sedikit perubahan. AS terus mendominasi dengan menghabiskan anggaran belanja militer yang melebihi 11 negara berikutnya dalam daftar, dan empat kali lipatnya dari pembelanja militer tebesar kedua; China.
Anggaran militer AS dan China masing-masing meningkat 6,6 persen pada tahun lalu, menjadi masing-masing USD684,6 miliar dan USD181,1 miliar.
Di urutan ketiga adalah Arab Saudi yang menghabiskan belanja militer USD78,4 miliar. Rusia berada di urutan keempat dengan menghabiskan USD61 miliar, meskipun Defense News mencatat bahwa sejak Moskow membeli senjata dari perusahaan-perusahaan pertahanan dalam negeri dengan mata uang rubel, jumlah sebenarnya ketika mendekati USD150 miliar.
Di urutan kelima adalah India disusul kemudian Inggris, Prancis, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Brazil, Italia, Australia, Israel dan Irak.
"Pengeluaran naik karena ekonomi pulih dari dampak krisis keuangan, tetapi kenaikan juga didorong oleh penajaman persepsi ancaman," kata kepala IISS John Chipman, yang meluncurkan laporan di Konferensi Keamanan Munich pada hari Jumat, seperti dilansir AFP, Sabtu (15/2/2020).
Belanja militer negara-negara Eropa—dipicu oleh kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang Rusia—meningkat sebesar 4,2 persen. Namun, angka peningkatan ini hanya kembali pada angka belanja tahun 2008 atau sebelum krisis keuangan global yang berimbas pada pengurangan anggaran militer.
Anggota NATO dari kubu Eropa telah berusaha untuk meningkatkan pengeluaran untuk menenangkan Presiden AS Donald Trump yang telah berulang kali menuduh mereka menumpang pada AS.
Laporan IISS juga menunjukkan pengeluaran militer di seluruh dunia meningkat sebesar 4 persen pada tahun 2019 lalu, peningkatan terbesar dalam satu dekade. IISS adalah kelompok think tank yang berbasis di London.
Statistik yang disusun dalam laporan kelompok think tank tersebut mewakili pengadaan, investasi penelitian dan pengembangan senjata.
Laporan itu mencatat bahwa tidak ada satu pun dari 15 pembelanja pertahanan teratas yang berubah sejak tahun lalu, meskipun ada sedikit perubahan. AS terus mendominasi dengan menghabiskan anggaran belanja militer yang melebihi 11 negara berikutnya dalam daftar, dan empat kali lipatnya dari pembelanja militer tebesar kedua; China.
Anggaran militer AS dan China masing-masing meningkat 6,6 persen pada tahun lalu, menjadi masing-masing USD684,6 miliar dan USD181,1 miliar.
Di urutan ketiga adalah Arab Saudi yang menghabiskan belanja militer USD78,4 miliar. Rusia berada di urutan keempat dengan menghabiskan USD61 miliar, meskipun Defense News mencatat bahwa sejak Moskow membeli senjata dari perusahaan-perusahaan pertahanan dalam negeri dengan mata uang rubel, jumlah sebenarnya ketika mendekati USD150 miliar.
Di urutan kelima adalah India disusul kemudian Inggris, Prancis, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Brazil, Italia, Australia, Israel dan Irak.
"Pengeluaran naik karena ekonomi pulih dari dampak krisis keuangan, tetapi kenaikan juga didorong oleh penajaman persepsi ancaman," kata kepala IISS John Chipman, yang meluncurkan laporan di Konferensi Keamanan Munich pada hari Jumat, seperti dilansir AFP, Sabtu (15/2/2020).
Belanja militer negara-negara Eropa—dipicu oleh kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang Rusia—meningkat sebesar 4,2 persen. Namun, angka peningkatan ini hanya kembali pada angka belanja tahun 2008 atau sebelum krisis keuangan global yang berimbas pada pengurangan anggaran militer.
Anggota NATO dari kubu Eropa telah berusaha untuk meningkatkan pengeluaran untuk menenangkan Presiden AS Donald Trump yang telah berulang kali menuduh mereka menumpang pada AS.
(mas)