Sama dengan RI, Rusia Juga Miliki Masalah Repatriasi Kombatan di Suriah
A
A
A
JAKARTA - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva mengatakan, sama halnya dengan Indonesia, Rusia juga memiliki masalah mengenai pemulangan warganya yang pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Sebelumnya, pemerintah Indonesia telah menegaskan tidak akan memulangkan WNI yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Vorobieva mengatakan, Moskow mengambil pendekatan kasus per kasus, dengan kata lain mereka tidak memukul rata bahwa semua orang yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS adalah kombatan.
"Itu juga cukup masalah untuk Rusia dan ya memang benar kami memiliki warga negara kami di Suriah dan bergabung dengan ISIS. Tapi, sebenarnya itu adalah kasus per kasus," ucap Vorobieva pada Rabu (12/2/2020).
"Terutama tentu saja ada aspek kemanusiaan, di mana seperti diketahui kami memulangkan anak-anak, yang berangkat ke sana dengan orang tua mereka. Saya tidak ingat angka pastinya, tetapi saya pikir lebih dari 200 anak. Dan, anak-anak ini dibawa kembali ke kerabat mereka atau dimasukkan ke rumah asuh," sambungnya.
Dijelaskan Vorobieva,Rusia mengikuti dengan cermat apa yang terjadi dan bagaimana warga negara mereka berpartisipasi dalam kegiatan teroris.
"Iya itu masalah yang cukup rumit, jadi saya akan menekankan bahwa ini adalah kasus per kasus dan tentu saja yang juga sangat penting adalah aspek kemanusiaan dari masalah ini," tukasnya.
Sementara itu, Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan untuk menolak atau tidak memulangkan Warga Negara Indonesia (WNI) mantan kombatan ISIS dan teroris lintas batas negara. Keputusan pemerintah itu disampaikan Menko Polhukam, Mahfud MD.
Namun, Mahfud menegaskan, pemerintah membuka diri jika ada laporan keberadaan anak-anak dari WNI eks ISIS yang mau pulang ke tanah air. Mahfud mengaku mempersilakan jika ada pihak-pihak yang melaporkan keberadaan anak-anak tersebut.
Vorobieva mengatakan, Moskow mengambil pendekatan kasus per kasus, dengan kata lain mereka tidak memukul rata bahwa semua orang yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS adalah kombatan.
"Itu juga cukup masalah untuk Rusia dan ya memang benar kami memiliki warga negara kami di Suriah dan bergabung dengan ISIS. Tapi, sebenarnya itu adalah kasus per kasus," ucap Vorobieva pada Rabu (12/2/2020).
"Terutama tentu saja ada aspek kemanusiaan, di mana seperti diketahui kami memulangkan anak-anak, yang berangkat ke sana dengan orang tua mereka. Saya tidak ingat angka pastinya, tetapi saya pikir lebih dari 200 anak. Dan, anak-anak ini dibawa kembali ke kerabat mereka atau dimasukkan ke rumah asuh," sambungnya.
Dijelaskan Vorobieva,Rusia mengikuti dengan cermat apa yang terjadi dan bagaimana warga negara mereka berpartisipasi dalam kegiatan teroris.
"Iya itu masalah yang cukup rumit, jadi saya akan menekankan bahwa ini adalah kasus per kasus dan tentu saja yang juga sangat penting adalah aspek kemanusiaan dari masalah ini," tukasnya.
Sementara itu, Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan untuk menolak atau tidak memulangkan Warga Negara Indonesia (WNI) mantan kombatan ISIS dan teroris lintas batas negara. Keputusan pemerintah itu disampaikan Menko Polhukam, Mahfud MD.
Namun, Mahfud menegaskan, pemerintah membuka diri jika ada laporan keberadaan anak-anak dari WNI eks ISIS yang mau pulang ke tanah air. Mahfud mengaku mempersilakan jika ada pihak-pihak yang melaporkan keberadaan anak-anak tersebut.
(esn)