Sebelum Direnggut Corona, Dokter Whistleblower Diancam Polisi China

Selasa, 11 Februari 2020 - 16:16 WIB
Sebelum Direnggut Corona,...
Sebelum Direnggut Corona, Dokter Whistleblower Diancam Polisi China
A A A
WUHAN - Dokter Li Wenliang, yang dijuluki dokter whistleblower virus Corona baru di Wuhan, China , meninggal Jumat pekan lalu setelah terinfeksi virus tersebut. Sebelum meninggal, dia mendapat ancaman hukuman dari polisi setempat jika terus menyebarkan peringatan tentang wabah mematikan itu.

Li dijuluki dokter whistleblower virus Corona baru setelah aktif memperingatkan rekan-rekannya tentang bahaya penyebaran wabah penyakit tersebut. Peringatan yang dia sampaikan sejatinya berguna bagi publik untuk waspada. Namun, dia dituduh polisi sebagai "penjual rumor" dan dia bungkam.

Meninggalnya dokter berusia 34 tahun ini telah memicu kemarahan publik China, terutama dari kalangan akademisi. Beberapa kelompok akademisi telah menulis dua surat terbuka kepada pemerintah untuk berhenti melakukan pembungkaman atas hak kebebasan berbicara.

Ancaman polisi terhadap dokter Li terungkap dari surat yang dia terima. Dalam surat tersebut, sang dokter diperintahkan untuk "bertobat" dan menggambarkan informasi yang dikeluarkannya kepada rekan-rekannya sebagai "kegiatan ilegal".

Sebelum meninggal karena tertular virus Corona baru, 2019-nCoV , dari pasien yang dirawatnya di Wuhan, Li ternyata diselidiki oleh salah satu dari delapan orang polisi atas tuduhan "menjual rumor".

Wabah mematikan ini pertama kali dilaporkan muncul di Wuhan pada akhir Desember 2019. Hingga Selasa (11/2/2020), wabah tersebut sudah menewaskan 1.016 orang di China dan dua orang di luar wilayah China. Lebih dari 42.200 kasus atau orang terinfeksi di negara tersebut. (Baca: Ilmuwan Havard Khawatir Virus Corona di Indonesia Tak Terdeteksi )

Dalam surat ancaman untuk dokter Li, polisi menulis; "Jika Anda bersikeras pada pandangan Anda, menolak untuk bertobat dan melanjutkan kegiatan ilegal, Anda akan dihukum oleh hukum. Apakah Anda mengerti?".

Li merupakan dokter spesialis mata di Rumah Sakit Pusat Wuhan. Dia berjasa dengan memberi tahu rekan-rekannya melalui platform pengiriman pesan WeChat tentang penyebaran awal penyakit ini pada 30 Desember 2019. Saat itu, penyakit tersebut dipandang sebagai pneumonia misterius.

Li dalam grup WeChat, yang berisi sekitar 150 petugas medis lainnya, menulis; "Tujuh kasus SARS yang dikonfirmasi ditemukan di Pasar Buah dan Makanan Laut Huanan."

"(Para pasien) berada di karantina di Cabang Houhu di rumah sakit kami," lanjut pesan Li.

Salah satu petugas medis menjawab di grup WeChat tersebut; "Sangat menakutkan" dan kemudian bertanya tentang epidemi SARS China 2002-2003 yang menyebabkan 800 orang meninggal.

"Apakah SARS datang lagi?," tanya petugas medis tersebut.

Sejak itu, Li dipanggil oleh pejabat dari otoritas kesehatan di Wuhan pada tengah malam. Pejabat tersebut ingin tahu mengapa dia memberikan informasi semacam itu kepada rekan-rekannya.
Sebelum Direnggut Corona, Dokter Whistleblower Diancam Polisi China
Surat ancaman polisi Wuhan terhadap dokter Li Wenliang. Foto/Weibo
Pemanggilan Li pada tengah malam itu berlanjut dengan penangkapannya oleh polisi karena dia memberi tahu kolega-koleganya tentang penyebaran awal Coronavirus.
Tiga hari kemudian polisi memaksanya menandatangani pernyataan tentang "perilaku ilegal"-nya, di mana pihak berwenang China masih berusaha untuk menjaga keparahan wabah virus itu tetap di bawah kendali.

Surat itu terungkap setelah rekaman muncul tentang orang yang diduga menderita Coronavirus ditemukan dan dibawa ke kamp-kamp di Wuhan pada tahap awal epidemi.

Li kemudian diberi izin untuk kembali bekerja karena infeksi tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh kota, dan menyebabkan tekanan besar pada sistem perawatan kesehatan setempat. (Baca juga: Virus Corona Bunuh 1.016 Orang, China Pecat 2 Pejabat Senior Hubei )

Pada 10 Januari dia mengatakan kepada dunia melalui media sosial Weibo bahwa dia sedang demam. Pada akhir bulan Januari, dia secara resmi didiagnosis terinfeksi 2019-nCoV sebelum meninggal Jumat pekan lalu.

Pihak berwenang China telah mengancam siapa pun yang menyebarkan "desas-desus" secara online hingga ancaman tujuh tahun penjara.

Direktur regional Amnesty, Nicholas Bequelin, mengatakan: "Profesional medis di China mencoba membunyikan alarm atas virus (Corona baru)."

"Seandainya pemerintah tidak berusaha meminimalkan bahaya, dunia bisa merespons penyebaran virus dengan lebih tepat waktu," katanya.

"Penyensoran, diskriminasi dan penahanan sewenang-wenang tidak memiliki tempat dalam perang melawan epidemi Coronavirus," kritik dia.

"Pelanggaran hak asasi manusia menghambat, bukannya memfasilitasi, tanggapan terhadap keadaan darurat kesehatan masyarakat, dan mengurangi efisiensinya," ujarnya, seperti dikutip Daily Mirror.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7928 seconds (0.1#10.140)