Ilmuwan Havard Khawatir Virus Corona di Indonesia Tak Terdeteksi
A
A
A
JAKARTA - Para ilmuwan dari Universitas Havard khawatir virus Corona yang berasal dari China sudah masuk ke Indonesia namun tidak terdeteksi. Laporan mereka juga mempertanyakan kemampuan Indonesia untuk menguji virus tersebut.
"Indonesia melaporkan nol kasus, tapi mungkin sebenarnya sudah ada beberapa kasus yang tidak terdeteksi," kata pakar epidemiologi Marc Lipsith dari Havard TH Chan School of Public Health dalam laporan yang diunggah di medRxiv.
Dia juga menggarisbawahi temuan 25 kasus yang dikonfirmasi di Thailand. Dia berpikir jumlah sebenarnya lebih dari itu.
Otoritas kesehatan Indonesia sejauh ini menyatakan tidak ada kasus ada orang yang terinfeksi virus Corona baru, 2019-nCoV , di negara ini. Meski kemampuan untuk menguji 2019-nCoV, Kementerian Kesehatan Indonesia menegaskan bahwa pihaknya memiliki semua sumber daya yang dibutuhkan.
Kekhawatiran pada ilmuwan Havard muncul karena Indonesia memiliki hubungan dekat dengan China . Pada Kamis pekan lalu, Indonesia menegaskan tidak memiliki kasus yang dikonfirmasi dari virus Corona baru dan bahwa 238 warga negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan—pusat wabah 2019-nCoV—tidak menunjukkan gejala terinfeksi.
Data hingga hari ini (11/2/2020), sebanyak 1.011 orang di China telah meninggal akibat wabah virus Corona baru. Di China juga ada lebih dari 42.200 kasus atau orang yang terinfeksi. Sedangkan data kasus global mencapai 42.760, 1.013 orang meninggal dan 4.097 pasien disembuhkan.
Virus ini sudah menyebar di berbagai negara Asia, Eropa, Australia dan Amerika Serikat. (Baca: Wabah Corona Sudah Membunuh 1.011 Orang di China )
Studi yang dilakukan para ilmuwan Havard belum ditinjau oleh rekan sejawat, tetapi menambah kekhawatiran yang meningkat bahwa kasus-kasus virus Corona baru tidak teridentifikasi.
Profesor Ian Mackay, seorang ahli virologi di Universitas Queensland, mengatakan bahwa jika kasus tidak ditemukan, maka ada risiko infeksi lebih lanjut dan munculnya wabah baru.
"Anda akan berpikir kontak dekat—keluarga, teman dekat mungkin pertemuan bisnis—dapat kemudian terinfeksi oleh kasus-kasus ini dan ini dapat membuat sedikit hotspot infeksi," katanya, seperti dikutip The Guardian.
Para ilmuwan, kata Mackay, tidak percaya penyakit ini menular melalui udara. "Jadi tidak terlalu mudah untuk mengambil—Anda harus memiliki waktu tatap muka dengan seseorang untuk menularkan virus itu," ujarnya.
Mudah-mudahan, ujar Mackay, orang-orang akan melapor ke dokter jika mereka sakit, dan mereka akan dikarantina setelah memiliki riwayat perjalanan dari negara pusat wabah 2019-nCoV.
"Indonesia melaporkan nol kasus, tapi mungkin sebenarnya sudah ada beberapa kasus yang tidak terdeteksi," kata pakar epidemiologi Marc Lipsith dari Havard TH Chan School of Public Health dalam laporan yang diunggah di medRxiv.
Dia juga menggarisbawahi temuan 25 kasus yang dikonfirmasi di Thailand. Dia berpikir jumlah sebenarnya lebih dari itu.
Otoritas kesehatan Indonesia sejauh ini menyatakan tidak ada kasus ada orang yang terinfeksi virus Corona baru, 2019-nCoV , di negara ini. Meski kemampuan untuk menguji 2019-nCoV, Kementerian Kesehatan Indonesia menegaskan bahwa pihaknya memiliki semua sumber daya yang dibutuhkan.
Kekhawatiran pada ilmuwan Havard muncul karena Indonesia memiliki hubungan dekat dengan China . Pada Kamis pekan lalu, Indonesia menegaskan tidak memiliki kasus yang dikonfirmasi dari virus Corona baru dan bahwa 238 warga negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan—pusat wabah 2019-nCoV—tidak menunjukkan gejala terinfeksi.
Data hingga hari ini (11/2/2020), sebanyak 1.011 orang di China telah meninggal akibat wabah virus Corona baru. Di China juga ada lebih dari 42.200 kasus atau orang yang terinfeksi. Sedangkan data kasus global mencapai 42.760, 1.013 orang meninggal dan 4.097 pasien disembuhkan.
Virus ini sudah menyebar di berbagai negara Asia, Eropa, Australia dan Amerika Serikat. (Baca: Wabah Corona Sudah Membunuh 1.011 Orang di China )
Studi yang dilakukan para ilmuwan Havard belum ditinjau oleh rekan sejawat, tetapi menambah kekhawatiran yang meningkat bahwa kasus-kasus virus Corona baru tidak teridentifikasi.
Profesor Ian Mackay, seorang ahli virologi di Universitas Queensland, mengatakan bahwa jika kasus tidak ditemukan, maka ada risiko infeksi lebih lanjut dan munculnya wabah baru.
"Anda akan berpikir kontak dekat—keluarga, teman dekat mungkin pertemuan bisnis—dapat kemudian terinfeksi oleh kasus-kasus ini dan ini dapat membuat sedikit hotspot infeksi," katanya, seperti dikutip The Guardian.
Para ilmuwan, kata Mackay, tidak percaya penyakit ini menular melalui udara. "Jadi tidak terlalu mudah untuk mengambil—Anda harus memiliki waktu tatap muka dengan seseorang untuk menularkan virus itu," ujarnya.
Mudah-mudahan, ujar Mackay, orang-orang akan melapor ke dokter jika mereka sakit, dan mereka akan dikarantina setelah memiliki riwayat perjalanan dari negara pusat wabah 2019-nCoV.
(mas)