Gawat, Penyebaran Virus Korona Makin Cepat
A
A
A
BEIJING - Virus korona yang dengan cepat mewabah ke berbagai negara hingga kini belum juga mampu dikendalikan. Pemerintah China mengakui kemampuan penularan virus ini menunjukkan tanda semakin kuat.
Indikasi ini antara lain dengan begitu cepatnya penyebaran virus ini di beberapa kota China dan mewabah ke negara lain. Seseorang juga bisa terjangkit tanpa mengalami gejala terlebih dahulu. Di China, jumlah korban baik terinfeksi maupun tewas akibat virus korona telah mencapai 1.975 orang. Sebanyak 56 orang lainya meninggal dunia.
Semakin bahayanya sebaran virus ini membuat beberapa negara akan mengevakuasi warganya dari Wuhan yang menjadi pusat wabah virus ini.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, virus novel coronavirus (nCoV) atau Pneumonia Wuhan tergolong baru. Namun, virus ini mirip seperti SARS dan MERS yang pernah mewabah beberapa tahun lalu. “Novel coronavirus ini dia juga dibilang sebagai virus yang memiliki mahkota, tapi virus korona ini memang benar-benar yang baru. Jadi memang sebenarnya dia tidak pernah ada dan baru kali ini ada. Karena dia baru ada makanya disebut Noval Koronavirus di tahun 2019,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu. (Baca: Virus Maut Diduga Lepas dari Laboratorium Senjata Biologis Wuhan)
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau masyarakat untuk waspada terutama bila mengalami gejala demam, batuk disertai kesulitan bernapas agar segera mencari pertolongan ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Di China, Presiden China Xi Jinping kemarin menggelar rapat penting bersama pejabat Partai Komunis China dan menegaskan bahwa Beijing menghadapi “situasi mengerikan”.“ Penyebaran virus mematikan itu sangat cepat,” katanya.
Saat bersamaan, otoritas kesehatan di seluruh China berjuang untuk mencegah pandemi tersebut. “Kita telah melakukan langkah untuk mengatasi wabah yang sangat cepat,” tandas Xi dilansir Reuters.
Menteri Komisi Kesehatan Nasional China Ma Xiaowei kemarin menegaskan berdasarkan laporan klinis, kemampuan penularan virus korona yang menyebabkan wabah semakin kuat. Itu ditunjukkan dengan jumlah korban yang terinfeksi semakin banyak. Dia mengungkapkan orang bisa terjangkit virus tersebut sebelum timbul gejala. “Pengetahuan petugas tentang virus baru itu sangat terbatas dan mereka tidak jelas mengetahui risiko yang disebabkan mutasi virus tersebut,” kata Ma. Dia menjelaskan, masa inkubasi virus korona antara satu hingga 14 hari. Virus itu menyerang selama proses inkubasi tersebut.
Virus yang diyakini berasal dari pasar ikan di Kota Wuhan yang menjual binatang liar ini telah menyebar ke berbagai kota di China seperti Beijing dan Shanghai. Virus ini juga menyebar ke Amerika Serikat (AS), Thailand, Korea Selatan, Jepang, Prancis, dan Kanada.
China kemarin melarang seluruh penjualan binatang liar seperti ular, burung dara, dan buaya di pasar, restoran, serta e-commerce. Padahal binatang liar kerap diperjualbelikan di pasar China. Di sisi lain, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini tidak menyebut wabah itu sebagai darurat kesehatan global. Namun, para pakar kesehatan mempertanyakan apakah China mampu mengatasi epidemi tersebut. Pasalnya, stasiun televisi CCTV melaporkan pemerintah China mengonfirmasi 1.975 kasus pasien yang terinfeksi virus korona pada 25 Januari lalu. Pemerintah juga membatasi pergerakan penduduk Wuhan, kota berpenduduk 11 juta, dengan menghentikan semua layanan transportasi di kota tersebut. Bukan hanya Wuhan, 14 kota lainnya kota di isolasi oleh pemerintah China. Dengan demikian, 57,2 juta penduduk di 15 kota tersebut tidak bisa beraktivitas dengan bebas.
Beberapa provinsi di China juga menutup akses mereka dari Wuhan. Provinsi Hainan menutup semua layanan bus antar provinsi untuk menghentikan penyebaran virus korona. Demikian juga dilakukan Provinsi Hebei yang menyatakan belum tahu kapan layanan bus antar provinsi akan diaktifkan kembali.
Larangan Bersalaman
Otoritas kesehatan di Beijing juga menyarankan warga tidak bersalaman dengan orang lain. Mereka menyarankan masyarakat menggunakan salam tradisional dengan melekatkan kedua telapak tangan di depan dada. Saran itu disebarkan melalui pesan singkat kepada seluruh pengguna ponsel kemarin pagi.
Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang menyatakan pemerintah diperkirakan akan memperpanjang liburan tahun baru Imlek karena wabah virus korona. Sementara Departemen Luar Negeri AS akan merelokasi para personel di konsulat Wuhan ke AS. Mereka juga akan memberikan kursi terbatas bagi warga AS untuk penerbangan 28 Januari ke San Francisco. Selain AS, Jepang juga sedang bekerja sama dengan pemerintah China untuk menyewa pesawat mengangkut warganya dari Wuhan.
Sementara itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan terus memperketat pengawasan di sektor udara dan laut untuk mengantisipasi sebaran virus ini. “Apa yang kita lakukan tak lepas dari rekomendasi dari Kemenkes dan Kemenko dimana tiap hari kita melakukan koordinasi. Kita berharap ini tidak berkepanjangan,” ungkapnya. Di antara antisipasi yang dilakukan adalah menutup sementara penerbangan ke Wuhan.
Presiden Direktur Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, antisipasi yang dilakukan pengelola bandara yakni selain koordinasi dengan berbagai instansi terkait juga pemasangan thermal scanner. “Alhamdulillah disemua 19 bandara termasuk Soetta sudah terpasang dan beroperasi diawaki tim yang solid dan lengkap,” katanya. (Baca juga: WHO Sarankan Seluruh Dunia Bersiap Hadapi Virus Corona)
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mendorong pemerintah mencegah masuknya turis asal China ke Indonesia. Menurut dia, pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah preventif sama dengan beberapa negara lainnya dalam rangka mencegah masuknya virus yang tergolong baru tersebut. “Hari ini saya dengar ada 160 turis asal China yang masuk ke Sumatera Barat, padahal menurut saya pemda bisa saja koordinasi dengan pemerintah pusat atau mengambil langkah karena, ini (korona) belum ada penangkalnya,” kata Dasco.
Kalangan Komisi IX DPR juga meminta agar pemerintah membuat kebijakan nasional guna mencegah masuknya virus Korona. Anggota Komisi IX DPR Darul Siska mengatakan, pemerintah harus meningkatkan koordinasi antara Imigrasi, Kementerian Kesehatan, dan instansi terkait seperti Angkasa Pura dan Kementerian Perhubungan. “Jadi, kita harus mengantisipasi jangan sampai virus itu masuk ke kita,” kata dia.
Di samping pencegahan, sambung Darul, pemerintah perlu memberikan penjelasan dan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya kepada warga yang akan bepergian agar berhati-hati dalam berkomunikasi dengan orang-orang di luar negeri.
Asosiasi Perjalanan Wisata(Asita) meminta Pemerintah Indonesia mengambil langkah tepat dan cepat terkait virus korona ini. Apalagi, turis asal China yang masuk Indonesia jumlahnya cukup banyak, yakni mencapai 1,9 juta orang.
Ketua Asita Jabar Rudijanto Ardiansyah mengatakan, keputusan pemerintah terkait turis asal China dalam rangka memproteksi penyebaran virus korona sangat penting. Bila tidak ditangani dengan benar maka aksesnya akan besar, karena mereka menyumbang devisa melalui kunjungan turisnya. “Pasti akan dilematis. Satu sisi kita sedang mengejar wisatawan China, karena kita tahu potensinya sangat besar. Kalau ditolak gimana, kalau kita buka terlalu lebar, juga khawatir atas situasinya,” kata dia. (Andika H Mustaqim/Binti Mufarida/Ichsan Amin/Kiswondari/Arif Budianto/Abdul Rochim)
Indikasi ini antara lain dengan begitu cepatnya penyebaran virus ini di beberapa kota China dan mewabah ke negara lain. Seseorang juga bisa terjangkit tanpa mengalami gejala terlebih dahulu. Di China, jumlah korban baik terinfeksi maupun tewas akibat virus korona telah mencapai 1.975 orang. Sebanyak 56 orang lainya meninggal dunia.
Semakin bahayanya sebaran virus ini membuat beberapa negara akan mengevakuasi warganya dari Wuhan yang menjadi pusat wabah virus ini.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, virus novel coronavirus (nCoV) atau Pneumonia Wuhan tergolong baru. Namun, virus ini mirip seperti SARS dan MERS yang pernah mewabah beberapa tahun lalu. “Novel coronavirus ini dia juga dibilang sebagai virus yang memiliki mahkota, tapi virus korona ini memang benar-benar yang baru. Jadi memang sebenarnya dia tidak pernah ada dan baru kali ini ada. Karena dia baru ada makanya disebut Noval Koronavirus di tahun 2019,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu. (Baca: Virus Maut Diduga Lepas dari Laboratorium Senjata Biologis Wuhan)
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau masyarakat untuk waspada terutama bila mengalami gejala demam, batuk disertai kesulitan bernapas agar segera mencari pertolongan ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Di China, Presiden China Xi Jinping kemarin menggelar rapat penting bersama pejabat Partai Komunis China dan menegaskan bahwa Beijing menghadapi “situasi mengerikan”.“ Penyebaran virus mematikan itu sangat cepat,” katanya.
Saat bersamaan, otoritas kesehatan di seluruh China berjuang untuk mencegah pandemi tersebut. “Kita telah melakukan langkah untuk mengatasi wabah yang sangat cepat,” tandas Xi dilansir Reuters.
Menteri Komisi Kesehatan Nasional China Ma Xiaowei kemarin menegaskan berdasarkan laporan klinis, kemampuan penularan virus korona yang menyebabkan wabah semakin kuat. Itu ditunjukkan dengan jumlah korban yang terinfeksi semakin banyak. Dia mengungkapkan orang bisa terjangkit virus tersebut sebelum timbul gejala. “Pengetahuan petugas tentang virus baru itu sangat terbatas dan mereka tidak jelas mengetahui risiko yang disebabkan mutasi virus tersebut,” kata Ma. Dia menjelaskan, masa inkubasi virus korona antara satu hingga 14 hari. Virus itu menyerang selama proses inkubasi tersebut.
Virus yang diyakini berasal dari pasar ikan di Kota Wuhan yang menjual binatang liar ini telah menyebar ke berbagai kota di China seperti Beijing dan Shanghai. Virus ini juga menyebar ke Amerika Serikat (AS), Thailand, Korea Selatan, Jepang, Prancis, dan Kanada.
China kemarin melarang seluruh penjualan binatang liar seperti ular, burung dara, dan buaya di pasar, restoran, serta e-commerce. Padahal binatang liar kerap diperjualbelikan di pasar China. Di sisi lain, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini tidak menyebut wabah itu sebagai darurat kesehatan global. Namun, para pakar kesehatan mempertanyakan apakah China mampu mengatasi epidemi tersebut. Pasalnya, stasiun televisi CCTV melaporkan pemerintah China mengonfirmasi 1.975 kasus pasien yang terinfeksi virus korona pada 25 Januari lalu. Pemerintah juga membatasi pergerakan penduduk Wuhan, kota berpenduduk 11 juta, dengan menghentikan semua layanan transportasi di kota tersebut. Bukan hanya Wuhan, 14 kota lainnya kota di isolasi oleh pemerintah China. Dengan demikian, 57,2 juta penduduk di 15 kota tersebut tidak bisa beraktivitas dengan bebas.
Beberapa provinsi di China juga menutup akses mereka dari Wuhan. Provinsi Hainan menutup semua layanan bus antar provinsi untuk menghentikan penyebaran virus korona. Demikian juga dilakukan Provinsi Hebei yang menyatakan belum tahu kapan layanan bus antar provinsi akan diaktifkan kembali.
Larangan Bersalaman
Otoritas kesehatan di Beijing juga menyarankan warga tidak bersalaman dengan orang lain. Mereka menyarankan masyarakat menggunakan salam tradisional dengan melekatkan kedua telapak tangan di depan dada. Saran itu disebarkan melalui pesan singkat kepada seluruh pengguna ponsel kemarin pagi.
Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang menyatakan pemerintah diperkirakan akan memperpanjang liburan tahun baru Imlek karena wabah virus korona. Sementara Departemen Luar Negeri AS akan merelokasi para personel di konsulat Wuhan ke AS. Mereka juga akan memberikan kursi terbatas bagi warga AS untuk penerbangan 28 Januari ke San Francisco. Selain AS, Jepang juga sedang bekerja sama dengan pemerintah China untuk menyewa pesawat mengangkut warganya dari Wuhan.
Sementara itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan terus memperketat pengawasan di sektor udara dan laut untuk mengantisipasi sebaran virus ini. “Apa yang kita lakukan tak lepas dari rekomendasi dari Kemenkes dan Kemenko dimana tiap hari kita melakukan koordinasi. Kita berharap ini tidak berkepanjangan,” ungkapnya. Di antara antisipasi yang dilakukan adalah menutup sementara penerbangan ke Wuhan.
Presiden Direktur Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, antisipasi yang dilakukan pengelola bandara yakni selain koordinasi dengan berbagai instansi terkait juga pemasangan thermal scanner. “Alhamdulillah disemua 19 bandara termasuk Soetta sudah terpasang dan beroperasi diawaki tim yang solid dan lengkap,” katanya. (Baca juga: WHO Sarankan Seluruh Dunia Bersiap Hadapi Virus Corona)
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad mendorong pemerintah mencegah masuknya turis asal China ke Indonesia. Menurut dia, pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah preventif sama dengan beberapa negara lainnya dalam rangka mencegah masuknya virus yang tergolong baru tersebut. “Hari ini saya dengar ada 160 turis asal China yang masuk ke Sumatera Barat, padahal menurut saya pemda bisa saja koordinasi dengan pemerintah pusat atau mengambil langkah karena, ini (korona) belum ada penangkalnya,” kata Dasco.
Kalangan Komisi IX DPR juga meminta agar pemerintah membuat kebijakan nasional guna mencegah masuknya virus Korona. Anggota Komisi IX DPR Darul Siska mengatakan, pemerintah harus meningkatkan koordinasi antara Imigrasi, Kementerian Kesehatan, dan instansi terkait seperti Angkasa Pura dan Kementerian Perhubungan. “Jadi, kita harus mengantisipasi jangan sampai virus itu masuk ke kita,” kata dia.
Di samping pencegahan, sambung Darul, pemerintah perlu memberikan penjelasan dan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya kepada warga yang akan bepergian agar berhati-hati dalam berkomunikasi dengan orang-orang di luar negeri.
Asosiasi Perjalanan Wisata(Asita) meminta Pemerintah Indonesia mengambil langkah tepat dan cepat terkait virus korona ini. Apalagi, turis asal China yang masuk Indonesia jumlahnya cukup banyak, yakni mencapai 1,9 juta orang.
Ketua Asita Jabar Rudijanto Ardiansyah mengatakan, keputusan pemerintah terkait turis asal China dalam rangka memproteksi penyebaran virus korona sangat penting. Bila tidak ditangani dengan benar maka aksesnya akan besar, karena mereka menyumbang devisa melalui kunjungan turisnya. “Pasti akan dilematis. Satu sisi kita sedang mengejar wisatawan China, karena kita tahu potensinya sangat besar. Kalau ditolak gimana, kalau kita buka terlalu lebar, juga khawatir atas situasinya,” kata dia. (Andika H Mustaqim/Binti Mufarida/Ichsan Amin/Kiswondari/Arif Budianto/Abdul Rochim)
(ysw)