Iran Ajak Arab Saudi Kerjasama untuk Bereskan Masalah
A
A
A
TEHERAN - Pemerintah Iran mengatakan bahwa Teheran dan saingan regionalnya, Arab Saudi, harus bekerja sama untuk mengatasi masalah. Ajakan Teheran ini disampaikan Kepala Staf Presiden Iran Mahmoud Vaezi.
"Hubungan antara Iran dan tetangganya, Arab Saudi, seharusnya tidak menjadi seperti hubungan antara Teheran dan Amerika Serikat," katanya hari Rabu, seperti dikutip dari kantor berita negara setempat, IRNA, Kamis (23/1/2020).
"Teheran dan Riyadh harus bekerja sama untuk menyelesaikan masalah mereka," lanjut Vaezi. (Baca: Pangeran Saudi: Pembunuhan Jenderal Soleimani Peringatan buat Iran )
Selama beberapa dekade, Iran dan Arab Saudi telah terlibat dalam perang proksi di Timur Tengah dan sekitarnya. Dalam krisis Suriah, rezim Teheran mendukung pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Sedangkan Riyadh mendukung kubu oposisi.
Kemudian dalam krisis Yaman, Riyadh mendukung pemerintah Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi. Sedangkan Teheran mendukung kelompok pemberontak Houthi.
Riyadh sendiri merupakan sekutu Washington yang saat ini menjadi musuh bebuyutan Teheran. Ketika Amerika Serikat membunuh komandan Pasukan Quds Iran; Jenderal Qassem Soleimani, Saudi mengaku tidak diberi tahu sebelumnya. Pembunuhan jenderal top Teheran itu telah membuat Teheran dan Washington di ambang perang dan memicu kecemasan negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi. (Baca juga: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )
Pangeran Arab Saudi, Turki Al-Faisal, beberapa waktu lalu mengatakan pembunuhan Soleimani oleh serangan udara AS di Baghdad menjadi peringatan untuk Iran bahwa rentetan perilaku provokatifnya tidak akan dibiarkan begitu saja.
Pangeran Turki Al-Faisal adalah mantan kepala intelijen Arab Saudi. Menurutnya, kematian jenderal top Iran itu tetap tidak akan menghentikan Teheran melanjutkan agendanya.
"Menghilangkan (Qassem) Soleimani jelas merupakan langkah penting untuk memeriksa setidaknya beberapa ambisi Iran setelah tindakannya yang sangat provokatif dalam satu tahun terakhir," kata Turki Al-Faisal kepada Hadley Gamble dari CNBC.
"Serangan terhadap (kapal) tanker minyak, yang memuncak dalam serangan terhadap fasilitas Aramco, dan tidak ada tanggapan," katanya. "Ini adalah semacam peringatan untuk pemerintah Iran dan kepemimpinan Iran bahwa mereka tidak bisa lolos begitu saja."
Teheran membantah terlibat dalam kedua insiden yang disebutkan pangeran senior Riyadh tersebut.
"Hubungan antara Iran dan tetangganya, Arab Saudi, seharusnya tidak menjadi seperti hubungan antara Teheran dan Amerika Serikat," katanya hari Rabu, seperti dikutip dari kantor berita negara setempat, IRNA, Kamis (23/1/2020).
"Teheran dan Riyadh harus bekerja sama untuk menyelesaikan masalah mereka," lanjut Vaezi. (Baca: Pangeran Saudi: Pembunuhan Jenderal Soleimani Peringatan buat Iran )
Selama beberapa dekade, Iran dan Arab Saudi telah terlibat dalam perang proksi di Timur Tengah dan sekitarnya. Dalam krisis Suriah, rezim Teheran mendukung pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Sedangkan Riyadh mendukung kubu oposisi.
Kemudian dalam krisis Yaman, Riyadh mendukung pemerintah Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi. Sedangkan Teheran mendukung kelompok pemberontak Houthi.
Riyadh sendiri merupakan sekutu Washington yang saat ini menjadi musuh bebuyutan Teheran. Ketika Amerika Serikat membunuh komandan Pasukan Quds Iran; Jenderal Qassem Soleimani, Saudi mengaku tidak diberi tahu sebelumnya. Pembunuhan jenderal top Teheran itu telah membuat Teheran dan Washington di ambang perang dan memicu kecemasan negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi. (Baca juga: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )
Pangeran Arab Saudi, Turki Al-Faisal, beberapa waktu lalu mengatakan pembunuhan Soleimani oleh serangan udara AS di Baghdad menjadi peringatan untuk Iran bahwa rentetan perilaku provokatifnya tidak akan dibiarkan begitu saja.
Pangeran Turki Al-Faisal adalah mantan kepala intelijen Arab Saudi. Menurutnya, kematian jenderal top Iran itu tetap tidak akan menghentikan Teheran melanjutkan agendanya.
"Menghilangkan (Qassem) Soleimani jelas merupakan langkah penting untuk memeriksa setidaknya beberapa ambisi Iran setelah tindakannya yang sangat provokatif dalam satu tahun terakhir," kata Turki Al-Faisal kepada Hadley Gamble dari CNBC.
"Serangan terhadap (kapal) tanker minyak, yang memuncak dalam serangan terhadap fasilitas Aramco, dan tidak ada tanggapan," katanya. "Ini adalah semacam peringatan untuk pemerintah Iran dan kepemimpinan Iran bahwa mereka tidak bisa lolos begitu saja."
Teheran membantah terlibat dalam kedua insiden yang disebutkan pangeran senior Riyadh tersebut.
(mas)