Rudal Iran Bikin Belasan Tentara AS Gegar Otak, Ini Reaksi Trump
A
A
A
DAVOS - Presiden Donald Trump meremehkan cedera gegar otak yang diderita oleh belasan tentara Amerika Serikat (AS) dalam serangan rudal Iran di Pangkalan Udara Ain al-Asad 8 Januari 2020 lalu. Pemimpin Gedung Putih itu mengatakan derita para tentara Amerika tidak terlalu serius.
Pentagon awalnya mengonfirmasi ada 11 tentara yang diterbangkan ke rumah sakit di Jerman dan Kuwait untuk perawatan medis karena gejala gegar otak akibat ledakan. Namun, para pejabat pertahanan Amerika mengungkap bahwa jumlah tentara yang cedera bertambah, meski tak menyebut angka secara pasti.
Trump mengaku baru mengetahui ada belasan tentara AS yang cedera beberapa hari setelah serangan misil-misil balistik rezim Teheran. (Baca: Imbas Serangan Iran, AS Hendak Kerahkan Sistem Rudal Patriot ke Irak )
"Saya mendengar bahwa mereka mengalami sakit kepala dan beberapa hal lainnya, tetapi saya akan mengatakan dan saya dapat melaporkan itu tidak terlalu serius," katanya dalam konferensi pers di Davos, Swiss, hari Rabu, yang dilansir The Guardian, Kamis (23/1/2020).
"Saya tidak menganggap mereka cedera yang sangat serius dibandingkan dengan cedera lain yang saya lihat. Saya telah melihat orang tanpa kaki dan tanpa lengan," katanya lagi.
Juru bicara Komando Sentral (CENTCOM) AS, Bill Urban, mengatakan para tentara Amerika yang cedera masih dirawat di Jerman.
"Mengingat sifat cedera yang sudah dicatat, ada kemungkinan cedera tambahan dapat diidentifikasi di masa depan," katanya. (Baca: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )
Serangan misil-misil Teheran yang menghancurkan banyak fasilitas militer AS di Pangkalan Udara Ain al-Asad, Irak, berlangsung 8 Januari 2020. Serangan ini sebagai awal dari balas dendam rezim Teheran atas pembunuhan komandan Pasukan Quds; Jenderal Qassem Soleimani, oleh serangan drone MQ-9 Reaper bersenjata rudal Hellfire di dekat Bandara Internasional Baghdad 3 Januari 2020.
Selain pangkalan Ain al-Asad, fasilitas militer AS di Erbil, Irak, juga diserang rudal pada hari yang sama.
Media pemerintah Iran sempat mengklaim bahwa 80 personel Amerika tewas atau terluka dan diam-diam terbang dari pangkalan itu sebelum matahari terbit pada Rabu pagi. Namun, klaim itu tidak sepenuhnya benar. Para pemimpin militer Iran kemudian mengatakan niat mereka bukan untuk membunuh pasukan AS tetapi untuk mengirim pesan. (Baca juga: Balas Dendam Iran Dimulai, Pangkalan AS di Irak Dibombardir )
Pemimpin Irak mengaku telah diberi tahu sebelumnya oleh Iran tentang serangan-serangan itu dan meneruskannya ke AS. Komandan Amerika di Ain al-Asad juga mengatakan mereka menerima pemberitahuan beberapa jam sebelum serangan itu. Jeda waktu itu memberi kesempatan bagi para tentara Amerika berlindung di bungker era Saddam Hussein.
Pentagon awalnya mengonfirmasi ada 11 tentara yang diterbangkan ke rumah sakit di Jerman dan Kuwait untuk perawatan medis karena gejala gegar otak akibat ledakan. Namun, para pejabat pertahanan Amerika mengungkap bahwa jumlah tentara yang cedera bertambah, meski tak menyebut angka secara pasti.
Trump mengaku baru mengetahui ada belasan tentara AS yang cedera beberapa hari setelah serangan misil-misil balistik rezim Teheran. (Baca: Imbas Serangan Iran, AS Hendak Kerahkan Sistem Rudal Patriot ke Irak )
"Saya mendengar bahwa mereka mengalami sakit kepala dan beberapa hal lainnya, tetapi saya akan mengatakan dan saya dapat melaporkan itu tidak terlalu serius," katanya dalam konferensi pers di Davos, Swiss, hari Rabu, yang dilansir The Guardian, Kamis (23/1/2020).
"Saya tidak menganggap mereka cedera yang sangat serius dibandingkan dengan cedera lain yang saya lihat. Saya telah melihat orang tanpa kaki dan tanpa lengan," katanya lagi.
Juru bicara Komando Sentral (CENTCOM) AS, Bill Urban, mengatakan para tentara Amerika yang cedera masih dirawat di Jerman.
"Mengingat sifat cedera yang sudah dicatat, ada kemungkinan cedera tambahan dapat diidentifikasi di masa depan," katanya. (Baca: Jenderal Soleimani Dibunuh, AS dan Iran di Ambang Perang Besar-besaran )
Serangan misil-misil Teheran yang menghancurkan banyak fasilitas militer AS di Pangkalan Udara Ain al-Asad, Irak, berlangsung 8 Januari 2020. Serangan ini sebagai awal dari balas dendam rezim Teheran atas pembunuhan komandan Pasukan Quds; Jenderal Qassem Soleimani, oleh serangan drone MQ-9 Reaper bersenjata rudal Hellfire di dekat Bandara Internasional Baghdad 3 Januari 2020.
Selain pangkalan Ain al-Asad, fasilitas militer AS di Erbil, Irak, juga diserang rudal pada hari yang sama.
Media pemerintah Iran sempat mengklaim bahwa 80 personel Amerika tewas atau terluka dan diam-diam terbang dari pangkalan itu sebelum matahari terbit pada Rabu pagi. Namun, klaim itu tidak sepenuhnya benar. Para pemimpin militer Iran kemudian mengatakan niat mereka bukan untuk membunuh pasukan AS tetapi untuk mengirim pesan. (Baca juga: Balas Dendam Iran Dimulai, Pangkalan AS di Irak Dibombardir )
Pemimpin Irak mengaku telah diberi tahu sebelumnya oleh Iran tentang serangan-serangan itu dan meneruskannya ke AS. Komandan Amerika di Ain al-Asad juga mengatakan mereka menerima pemberitahuan beberapa jam sebelum serangan itu. Jeda waktu itu memberi kesempatan bagi para tentara Amerika berlindung di bungker era Saddam Hussein.
(mas)