Samantha Smith, Gadis Cilik Pencegah Perang Nuklir Moksow-Washington
A
A
A
WASHINGTON - Nama Samantha Smith menjadi sorotan dunia pada tahun 1983, saat itu ia berhasil membantu meredam ketegangan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS). Surat yang ditulis Samantha kepada Pemimpin Uni Soviet, Yuri Andropov mencegah terjadinya perang nuklir antara Moskow dan Washington.
Melansir RBTH, pada awal 1980-an, Samantha tinggal bersama orang tuanya di kota Manchester, Maine, New England, sebuah area di pantai timur laut AS. Seperti yang sering terjadi selama Perang Dingin, dunia pada waktu itu kembali berada di jurang konflik nuklir global antara AS dan Soviet.
Sementara para politisi memainkan permainan mereka, orang biasa hidup dibayangi ketakutan dan kecemasan. Suatu hari, pada sampul sebuah majalah Samantha melihat foto Andropov, yang oleh media AS dicap sebagai penjahat dalam situasi geopolitik yang tegang ini.
Samantha kemudian bertanya kepada ibunya mengapa tidak ada yang menulis surat kepada Andropov untuk bertanya langsung apakah dia benar-benar ingin berperang dengan AS atau tidak. Ibunya kemudian mengatakan, mengapa bukan Samantha yang menulis sura tersebut. Percakapan tersebut segera dilupakan oleh sang ibu, tetapi tidak bagi Samantha.
Dia menanggapi saran itu dengan serius dan dalam beberapa hari mengirim surat ke Andropov, yang berisikan pertanyaan apakah dia benar-benar ingin memulai perang dan menaklukkan seluruh dunia atau setidaknya AS.
“Tuhan menciptakan dunia untuk kita agar dapat hidup bersama dalam damai dan bukan untuk bertengkar," tulis Samantha di akhir surat yang dikirimkan kepada Andorpov.
Surat kabar terkemuka Soviet, Pravda kemudian menerbitkan kutipan dari suratnya. Namun, Samantha tidak puas dan dia tidak mengerti mengapa tidak ada yang menjawab pertanyaannya, dan memutuskan untuk kembali menulis surat dan usaha keduanya membuahkan hasil.
"Kami menginginkan perdamaian untuk kami sendiri dan untuk semua orang di planet ini. Untuk anak-anak kami dan untuk Anda, Samantha. Semua orang di Uni Soviet hidup dalam suasana yang damai dan bersahabat antara satu sama lain," kata Andropov dalam surat balasan kepada Samantha dan turut mengundang gadis AS itu untuk mengunjungi Soviet.
Samantha tiba di Soviet bersama orang tuanya pada 7 Juli 1983 untuk kunjungan selama dua minggu. Dia menghabiskan beberapa hari di sebuah kamp organisasi pemuda Pionir Muda Soviet di Artek, Krimea, tempat ia bertemu anak-anak muda dari seluruh Soviet, ikut serta dalam perayaan, pertunjukan panggung, dan berbagai kegiatan lainnya
Setiap langkah Samantha diliput oleh jurnalis Amerika dan Soviet, sehingga orang-orang di kedua negara akhirnya bisa melihat bahwa orang-orang di sisi yang berlawanan dari Tirai Besi tidak jauh berbeda satu sama lain.
"Sekarang saya yakin, orang Rusia sama seperti orang Amerika, tidak menginginkan perang. Orang Rusia sama seperti kita," ucap Samantha paska berkunjung ke Soviet.
Selepas dari Soviet, dia kemudian di dapuk menjadi duta persahabatan termuda AS. Sayangnya, kehidupannya yang menjanjikan berakhir secara tiba-tiba karena tewas dalam kecelakaan udara pada 25 Agustus 1985. Kematiannya mengejutkan dunia dan diratapi di AS dan Soviet.
Melansir RBTH, pada awal 1980-an, Samantha tinggal bersama orang tuanya di kota Manchester, Maine, New England, sebuah area di pantai timur laut AS. Seperti yang sering terjadi selama Perang Dingin, dunia pada waktu itu kembali berada di jurang konflik nuklir global antara AS dan Soviet.
Sementara para politisi memainkan permainan mereka, orang biasa hidup dibayangi ketakutan dan kecemasan. Suatu hari, pada sampul sebuah majalah Samantha melihat foto Andropov, yang oleh media AS dicap sebagai penjahat dalam situasi geopolitik yang tegang ini.
Samantha kemudian bertanya kepada ibunya mengapa tidak ada yang menulis surat kepada Andropov untuk bertanya langsung apakah dia benar-benar ingin berperang dengan AS atau tidak. Ibunya kemudian mengatakan, mengapa bukan Samantha yang menulis sura tersebut. Percakapan tersebut segera dilupakan oleh sang ibu, tetapi tidak bagi Samantha.
Dia menanggapi saran itu dengan serius dan dalam beberapa hari mengirim surat ke Andropov, yang berisikan pertanyaan apakah dia benar-benar ingin memulai perang dan menaklukkan seluruh dunia atau setidaknya AS.
“Tuhan menciptakan dunia untuk kita agar dapat hidup bersama dalam damai dan bukan untuk bertengkar," tulis Samantha di akhir surat yang dikirimkan kepada Andorpov.
Surat kabar terkemuka Soviet, Pravda kemudian menerbitkan kutipan dari suratnya. Namun, Samantha tidak puas dan dia tidak mengerti mengapa tidak ada yang menjawab pertanyaannya, dan memutuskan untuk kembali menulis surat dan usaha keduanya membuahkan hasil.
"Kami menginginkan perdamaian untuk kami sendiri dan untuk semua orang di planet ini. Untuk anak-anak kami dan untuk Anda, Samantha. Semua orang di Uni Soviet hidup dalam suasana yang damai dan bersahabat antara satu sama lain," kata Andropov dalam surat balasan kepada Samantha dan turut mengundang gadis AS itu untuk mengunjungi Soviet.
Samantha tiba di Soviet bersama orang tuanya pada 7 Juli 1983 untuk kunjungan selama dua minggu. Dia menghabiskan beberapa hari di sebuah kamp organisasi pemuda Pionir Muda Soviet di Artek, Krimea, tempat ia bertemu anak-anak muda dari seluruh Soviet, ikut serta dalam perayaan, pertunjukan panggung, dan berbagai kegiatan lainnya
Setiap langkah Samantha diliput oleh jurnalis Amerika dan Soviet, sehingga orang-orang di kedua negara akhirnya bisa melihat bahwa orang-orang di sisi yang berlawanan dari Tirai Besi tidak jauh berbeda satu sama lain.
"Sekarang saya yakin, orang Rusia sama seperti orang Amerika, tidak menginginkan perang. Orang Rusia sama seperti kita," ucap Samantha paska berkunjung ke Soviet.
Selepas dari Soviet, dia kemudian di dapuk menjadi duta persahabatan termuda AS. Sayangnya, kehidupannya yang menjanjikan berakhir secara tiba-tiba karena tewas dalam kecelakaan udara pada 25 Agustus 1985. Kematiannya mengejutkan dunia dan diratapi di AS dan Soviet.
(esn)