Misa Malam Natal Paus Francis: Tuhan Cinta Kita Semua, Bahkan yang Terburuk
A
A
A
ROMA - Paus Francis (Fransiskus), pemimpin Vatikan, menyambut perayaan Natal untuk 1,3 miliar umat Katolik di dunia dengan menggelar Misa Malam, Selasa (24/12/2019). Dalam pesan Misa Malam Natal-nya di hadapan banyak orang di Vatikan, dia mengingatkan umat manusia tentang cintanya Tuhan.
"Tuhan terus mencintai kita semua, bahkan yang terburuk dari kita," katanya. "Anda mungkin salah mengira, Anda mungkin telah mengacaukan segalanya, tetapi Tuhan terus mencintai Anda," lanjut Paus, seperti dikutip BBC, Rabu (25/12/2019).
Sementara itu, ribuan peziarah dari seluruh dunia sudah berkumpul di Betlehem sejak hari Selasa. Kota di Yerusalem selatan, Palestina, ini diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus.
Ribuan warga Palestina dan orang asing berkumpul di kota kecil yang diduduki Israel tersebut. Mereka merayakan malam Natal di dalam dan di sekitar Church of the Nativity (Gereja Kelahiran).
Pemimpin Katolik Roma paling senior di Timur Tengah, Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, tiba dari Yerusalem sebagai kepala sebuah prosesi.
Pizzaballa, yang harus melewati penghalang pemisah Israel untuk sampai ke Betlehem, mengatakan setelah kedatangannya bahwa itu adalah masa yang sulit tetapi ada alasan untuk berharap.
"Kami melihat pada periode ini kelemahan politik, masalah ekonomi yang sangat besar, pengangguran, masalah dalam keluarga," katanya.
"Di sisi lain, ketika saya mengunjungi keluarga, paroki, komunitas, saya melihat banyak komitmen...untuk masa depan. Natal adalah bagi kita untuk merayakan harapan," paparnya.
Di alun-alun di luar gereja, beberapa ribu orang menyaksikan di bawah sinar matahari musim dingin ketika para warga Palestina berpawai di depan sebuah pohon Natal raksasa.
"Gereja itu indah dan menempatkan apa yang kita ketahui di dalam Alkitab," kata Laneda, seorang turis Amerika yang mengunjungi situs itu. "Semuanya sangat bermakna."
Kerumunan menipis ketika gereja ditutup untuk wisatawan pada malam menjelang Misa tengah malam.
Gereja pertama dibangun di situs kelahiran Yesus pada abad keempat, meskipun diganti setelah kebakaran pada abad keenam. Perayaan Natal tahun ini didukung oleh kembalinya sebuah fragmen kayu yang diyakini berasal dari palungan Yesus.
Francesco Patton, Kepala Penjaga untuk Tanah Suci, mengatakan fragmen kayu itu hadiah yang pernah diberikan kepada Paus Theodore I pada tahun 640. Karya itu telah berada di Eropa selama lebih dari 1.300 tahun sebelum dikembalikan bulan lalu.
"Kami memuliakan relik itu karena (ini) mengingatkan kita akan misteri inkarnasi, pada kenyataan bahwa putra Allah lahir dari Maria di Betlehem lebih dari 2.000 tahun yang lalu," kata Patton kepada AFP pada saat itu.
Di alun-alun oleh gereja, Menteri Pariwisata Palestina Rula Maayah mengatakan kepada AFP bahwa ini adalah tahun yang baik, dengan 3,5 juta wisatawan mengunjungi kota itu.
Tetapi lebih sedikit orang Kristen dari Jalur Gaza yang hadir daripada tahun-tahun sebelumnya, karena Israel telah memberikan izin kepada sekitar 300 dari sekitar 900 orang yang mendaftar. Data ini berasal dari Wadie Abunassar, seorang penasihat bagi para pemimpin Gereja di Tanah Suci.
Wilayah Palestina di Tepi Barat dan Gaza dipisahkan oleh tanah Israel. Jika ada keperluan, para warga Palestina harus menyeberang dan membutuhkan izin Israel, meski faktanya izin itu sulit didapat.
"Tuhan terus mencintai kita semua, bahkan yang terburuk dari kita," katanya. "Anda mungkin salah mengira, Anda mungkin telah mengacaukan segalanya, tetapi Tuhan terus mencintai Anda," lanjut Paus, seperti dikutip BBC, Rabu (25/12/2019).
Sementara itu, ribuan peziarah dari seluruh dunia sudah berkumpul di Betlehem sejak hari Selasa. Kota di Yerusalem selatan, Palestina, ini diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus.
Ribuan warga Palestina dan orang asing berkumpul di kota kecil yang diduduki Israel tersebut. Mereka merayakan malam Natal di dalam dan di sekitar Church of the Nativity (Gereja Kelahiran).
Pemimpin Katolik Roma paling senior di Timur Tengah, Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, tiba dari Yerusalem sebagai kepala sebuah prosesi.
Pizzaballa, yang harus melewati penghalang pemisah Israel untuk sampai ke Betlehem, mengatakan setelah kedatangannya bahwa itu adalah masa yang sulit tetapi ada alasan untuk berharap.
"Kami melihat pada periode ini kelemahan politik, masalah ekonomi yang sangat besar, pengangguran, masalah dalam keluarga," katanya.
"Di sisi lain, ketika saya mengunjungi keluarga, paroki, komunitas, saya melihat banyak komitmen...untuk masa depan. Natal adalah bagi kita untuk merayakan harapan," paparnya.
Di alun-alun di luar gereja, beberapa ribu orang menyaksikan di bawah sinar matahari musim dingin ketika para warga Palestina berpawai di depan sebuah pohon Natal raksasa.
"Gereja itu indah dan menempatkan apa yang kita ketahui di dalam Alkitab," kata Laneda, seorang turis Amerika yang mengunjungi situs itu. "Semuanya sangat bermakna."
Kerumunan menipis ketika gereja ditutup untuk wisatawan pada malam menjelang Misa tengah malam.
Gereja pertama dibangun di situs kelahiran Yesus pada abad keempat, meskipun diganti setelah kebakaran pada abad keenam. Perayaan Natal tahun ini didukung oleh kembalinya sebuah fragmen kayu yang diyakini berasal dari palungan Yesus.
Francesco Patton, Kepala Penjaga untuk Tanah Suci, mengatakan fragmen kayu itu hadiah yang pernah diberikan kepada Paus Theodore I pada tahun 640. Karya itu telah berada di Eropa selama lebih dari 1.300 tahun sebelum dikembalikan bulan lalu.
"Kami memuliakan relik itu karena (ini) mengingatkan kita akan misteri inkarnasi, pada kenyataan bahwa putra Allah lahir dari Maria di Betlehem lebih dari 2.000 tahun yang lalu," kata Patton kepada AFP pada saat itu.
Di alun-alun oleh gereja, Menteri Pariwisata Palestina Rula Maayah mengatakan kepada AFP bahwa ini adalah tahun yang baik, dengan 3,5 juta wisatawan mengunjungi kota itu.
Tetapi lebih sedikit orang Kristen dari Jalur Gaza yang hadir daripada tahun-tahun sebelumnya, karena Israel telah memberikan izin kepada sekitar 300 dari sekitar 900 orang yang mendaftar. Data ini berasal dari Wadie Abunassar, seorang penasihat bagi para pemimpin Gereja di Tanah Suci.
Wilayah Palestina di Tepi Barat dan Gaza dipisahkan oleh tanah Israel. Jika ada keperluan, para warga Palestina harus menyeberang dan membutuhkan izin Israel, meski faktanya izin itu sulit didapat.
(mas)