Ini Pesan Menyentuh Paus Fransiskus untuk Israel dan Palestina
loading...
A
A
A
JAKARTA - Paus Fransiskus sebagai pemimpin Gereja Katolik telah beberapa kali menyampaikan pesan terkait konflik yang melanda Timur Tengah antara Israel dengan Palestina. Dari beberapa pesan yang disampaikannya ini ada beberapa kalimat yang cukup menyentuh.
Awalnya, Paus Fransiskus memang condong memberi perhatian lebih ke Israel setelah negara tersebut diserang Hamas pada 7 Okober 2023 lalu—yang dikenal sebagai Operasi Badai al-Aqsa.
Dilansir dari La Croix International, Paus Fransiskus telah memperingatkan bahwa terorisme dan perang tidak akan menghasilkan solusi apa pun, melainkan hanya mengakibatkan kematian dan penderitaan orang-orang yang tidak bersalah—seraya memohon agar serangan dihentikan dan berdoa untuk perdamaian di Israel dan Palestina.
"Saya mengikuti dengan cemas dan sedih apa yang terjadi di Israel, di mana kekerasan telah meledak bahkan lebih ganas, yang menyebabkan ratusan kematian dan korban. Saya menyatakan kedekatan saya dengan keluarga dan korban. Saya berdoa untuk mereka dan untuk semua orang yang mengalami teror dan penderitaan selama berjam-jam,” kata Paus Fransiskus setelah doa Angelus hari Minggu di Lapangan Santo Petrus, 8 Oktober 2024.
"Semoga serangan dan persenjataan dihentikan. Tolong! Dan perlu dipahami bahwa terorisme dan perang tidak akan menghasilkan resolusi apa pun, tetapi hanya akan mengakibatkan kematian dan penderitaan bagi begitu banyak orang yang tidak bersalah. Perang adalah kekalahan! Setiap perang adalah kekalahan! Marilah kita berdoa agar tercipta perdamaian di Israel dan Palestina," lanjut dia.
Namun setelah Israel melancarkan serangan yang lebih mengerikan, pemimpin Gereja Katolik ini berdoa supaya konflik tersebut lekas berakhir. Itu disampaikan dalam pesan berkat Natalnya pada 25 Desember 2023.
Dari sinilah beberapa pesan menyentuh disampaikannya, seperti "Perang hanya dapat menghancurkan kehidupan masyarakat tersebut”. Dirinya juga mengaitkan pesannya dengan Alkitab.
Paus Fransiskus menyebut jika dalam Alkitab, “Pangeran Damai ditentang oleh ‘Pangeran dunia ini’ (Yoh 12:31), yang, dengan menabur benih kematian, bersekongkol melawan Tuhan, ‘pencinta kehidupan’.”
Paus Fransiskus berkata, “Kita melihat ini terjadi di Betlehem, di mana kelahiran Yesus Sang Juru Selamat diikuti oleh pembantaian orang-orang tak berdosa.”
Hal yang sama terjadi saat ini, dia mencatat “Betapa banyak orang tak berdosa yang dibantai di dunia kita! Di dalam rahim ibu mereka, dalam pengembaraan yang dilakukan dalam keputusasaan dan pencarian harapan, dalam kehidupan semua anak kecil yang masa kecilnya telah hancur karena perang. Mereka adalah Yesus kecil hari ini. Masa kanak-kanak mereka dihancurkan oleh perang.”
Dikutip dari American Magazine, dia mengimbau orang-orang untuk berdoa dan bekerja demi perdamaian dalam sedikitnya sepuluh situasi konflik di seluruh dunia, termasuk Ukraina, Republik Demokratik Kongo, dan Sudan Selatan.
Kemudian dalam kecaman terhadap perang sebagai cara untuk mencoba menyelesaikan masalah di dunia saat ini, Paus Fransiskus berkata, “Mengatakan ‘ya’ kepada Pangeran Perdamaian berarti mengatakan ‘tidak’ kepada perang, kepada setiap perang, kepada pola pikir perang itu sendiri, sebuah perjalanan tanpa tujuan, kekalahan tanpa pemenang, sebuah kebodohan yang tidak dapat dimaafkan."
Dia menambahkan, “Mengatakan 'tidak' kepada perang berarti mengatakan 'tidak' kepada persenjataan,” karena “Hati manusia lemah dan impulsif; jika kita menemukan instrumen kematian di tangan kita, cepat atau lambat kita akan menggunakannya.”
Sejak menjadi pemimpin Vatikan, Paus Fransiskus telah berfokus pada situasi kemiskinan dan kelaparan di dunia, serta perdagangan manusia dan krisis kemanusiaan akibat migrasi. Dari situlah dirinya sangat peduli jika terjadi tragedi kemanusiaan di mana pun.
Awalnya, Paus Fransiskus memang condong memberi perhatian lebih ke Israel setelah negara tersebut diserang Hamas pada 7 Okober 2023 lalu—yang dikenal sebagai Operasi Badai al-Aqsa.
Dilansir dari La Croix International, Paus Fransiskus telah memperingatkan bahwa terorisme dan perang tidak akan menghasilkan solusi apa pun, melainkan hanya mengakibatkan kematian dan penderitaan orang-orang yang tidak bersalah—seraya memohon agar serangan dihentikan dan berdoa untuk perdamaian di Israel dan Palestina.
"Saya mengikuti dengan cemas dan sedih apa yang terjadi di Israel, di mana kekerasan telah meledak bahkan lebih ganas, yang menyebabkan ratusan kematian dan korban. Saya menyatakan kedekatan saya dengan keluarga dan korban. Saya berdoa untuk mereka dan untuk semua orang yang mengalami teror dan penderitaan selama berjam-jam,” kata Paus Fransiskus setelah doa Angelus hari Minggu di Lapangan Santo Petrus, 8 Oktober 2024.
"Semoga serangan dan persenjataan dihentikan. Tolong! Dan perlu dipahami bahwa terorisme dan perang tidak akan menghasilkan resolusi apa pun, tetapi hanya akan mengakibatkan kematian dan penderitaan bagi begitu banyak orang yang tidak bersalah. Perang adalah kekalahan! Setiap perang adalah kekalahan! Marilah kita berdoa agar tercipta perdamaian di Israel dan Palestina," lanjut dia.
Pesan Menyentuh Paus Fransiskus
Namun setelah Israel melancarkan serangan yang lebih mengerikan, pemimpin Gereja Katolik ini berdoa supaya konflik tersebut lekas berakhir. Itu disampaikan dalam pesan berkat Natalnya pada 25 Desember 2023.
Dari sinilah beberapa pesan menyentuh disampaikannya, seperti "Perang hanya dapat menghancurkan kehidupan masyarakat tersebut”. Dirinya juga mengaitkan pesannya dengan Alkitab.
Paus Fransiskus menyebut jika dalam Alkitab, “Pangeran Damai ditentang oleh ‘Pangeran dunia ini’ (Yoh 12:31), yang, dengan menabur benih kematian, bersekongkol melawan Tuhan, ‘pencinta kehidupan’.”
Paus Fransiskus berkata, “Kita melihat ini terjadi di Betlehem, di mana kelahiran Yesus Sang Juru Selamat diikuti oleh pembantaian orang-orang tak berdosa.”
Hal yang sama terjadi saat ini, dia mencatat “Betapa banyak orang tak berdosa yang dibantai di dunia kita! Di dalam rahim ibu mereka, dalam pengembaraan yang dilakukan dalam keputusasaan dan pencarian harapan, dalam kehidupan semua anak kecil yang masa kecilnya telah hancur karena perang. Mereka adalah Yesus kecil hari ini. Masa kanak-kanak mereka dihancurkan oleh perang.”
Dikutip dari American Magazine, dia mengimbau orang-orang untuk berdoa dan bekerja demi perdamaian dalam sedikitnya sepuluh situasi konflik di seluruh dunia, termasuk Ukraina, Republik Demokratik Kongo, dan Sudan Selatan.
Kemudian dalam kecaman terhadap perang sebagai cara untuk mencoba menyelesaikan masalah di dunia saat ini, Paus Fransiskus berkata, “Mengatakan ‘ya’ kepada Pangeran Perdamaian berarti mengatakan ‘tidak’ kepada perang, kepada setiap perang, kepada pola pikir perang itu sendiri, sebuah perjalanan tanpa tujuan, kekalahan tanpa pemenang, sebuah kebodohan yang tidak dapat dimaafkan."
Dia menambahkan, “Mengatakan 'tidak' kepada perang berarti mengatakan 'tidak' kepada persenjataan,” karena “Hati manusia lemah dan impulsif; jika kita menemukan instrumen kematian di tangan kita, cepat atau lambat kita akan menggunakannya.”
Sejak menjadi pemimpin Vatikan, Paus Fransiskus telah berfokus pada situasi kemiskinan dan kelaparan di dunia, serta perdagangan manusia dan krisis kemanusiaan akibat migrasi. Dari situlah dirinya sangat peduli jika terjadi tragedi kemanusiaan di mana pun.
(mas)