Miliarder Zuckerberg-Buffett Ajarkan Anak Kesederhanaan
A
A
A
NEW YORK - Dengan kekayaan sekitar USD74 miliar (Rp1.040 triliun), Chief Executive Officer (CEO) Facebook, Mark Zuckerberg dan istrinya, Prischilla Chan dapat membeli apa pun untuk kedua anaknya. Namun, mereka tidak melakukannya dan memilih mengajarkan kesederhanaan terhadap kedua anaknya, Maxima dan August.
“Kami tidak memberikan mereka segalanya. Saya kira itu bagian yang penting,” ujar Zuckerberg selama wawancara dengan CBS, Selasa (3/12), dikutip CNBC. “Kedua anak saya, terutama Maxima yang kini berusia empat tahun, juga diberi tanggung jawab di rumah,” tambah orang terkaya kelima di dunia itu.
Chan menambahkan, Maxima dan August juga terkadang diajak ke kantor untuk melihat apa yang mereka kerjakan dan lakukan, kendati masih kecil. Sepanjang tahun ini, Zuckerberg sering membagikan video aktivitas anaknya. Pada Mei silam, Zuckerberg membagikan video anaknya sedang mencuci piring di dapur.
Zuckerberg juga berharap anaknya dapat menguasai ilmu komputer. Sebagai ayah yang pandai programing, mahasiswa drop out Universitas Harvard itu tak ragu mengajari anaknya coding, proses pembuatan program komputer. Dia melakukannya sambil bermain. Selain itu, dia tak ingin anaknya depresi.
“Di hadapan anak-anak, kami tidak membicarakan masalah yang sedang dihadapi, sekalipun mereka masih bayi. Kami terkadang makan malam di luar rumah dan membicarakannya di sana,” ujar Zuckerberg. “Namun, seiring waktu, rasanya terkadang aneh karena kami serasa sedang berkencan,” tambahnya.
Miliarder lainnya, CEO Berkshire Hathaway Warren Buffett, juga mengajarkan ketiga anaknya membumi saat mereka masih kecil. Orang terkaya keempat di dunia dengan kekayaan bersih sekitar USD86,1 miliar (Rp1.210 triliun) tersebut tak ingin Susan, Howard, dan Peter yang kini sudah berusia 60 tahunan hidup glamor.
“Anak-anak kami tumbuh dengan sangat normal. Maksud saya, mereka tinggal di rumah yang saya beli sejak 1958,” ujar Buffett. “Mereka tidak tinggal di rumah yang lebih megah atau naik pesawat pribadi. Mereka juga sekolah di tempat ibunya dulu sekolah dan berangkat menggunakan bus jemputan,” tambahnya.
Pola asuh serupa juga diadopsi miliarder lainnya, Bill Gates dan Melinda Gates. Orang terkaya kedua di dunia dengan kekayaan USD110 miliar (Rp1.545 triliun) itu tak ingin ketiga anaknya “keracunan” uang. Mereka bahkan mengajarkan Jennifer, 23, Rory, 20, dan Phoebe, 17, membantu orang lain yang serbakekurangan.
Bill Gates juga tidak ingin membiarkan anaknya bermain dan kecanduan gawai, meskipun anaknya meronta-ronta. Saat anaknya berusia 14 tahun, Bill Gates membuat aturan ketat yang membatasi penggunaan gawai di dalam rumah. “Kami selalu mengatur waktu kapan layar smartphone harus mati,” katanya.
Sepemikiran dengan Bill Gates, salah satu pendiri Apple, Steve Jobs, juga membatasi penggunaan produk rancangannya seperti iPhone atau iPad oleh anaknya. Penulis buku biografi Steve Jobs, Walter Isaacson, pernah menjelaskan bahwa pada malam hari Steve Jobs akan berdiskusi tentang sejarah bersama anak-anaknya.
“Dia membatasi penggunaan teknologi di sekitar anak-anaknya,” kata Isaacson. “Tidak ada anaknya yang berani bermain smartphone atau komputer ketika Bill Gates ada di tengah mereka, terutama ketika makan malam di meja besar sudah tiba. Saya melihat anak-anak Bill Gates tidak kecanduan gawai,” tambahnya.
Miliarder lainnya, Jeff Bezos, CEO Amazon.com Inc, juga ingin sukses menjadi orang tua. Salah satu hal yang dilakukannya adalah mengajari anaknya bahasa kedua, karena diyakini dapat mempertajam kognitif, kesehatan, dan kecerdasan. Anak yang menguasai dua bahasa juga diyakini mampu melindungi diri dari demensia.
Bezos dan istrinya, MacKenzie, memiliki empat anak. Mereka telah mendidik anak mereka sebaik yang mereka bisa. “Kami mencoba segala cara, termasuk traveling, eksperimen, inkubasi, bahasa Mandarin, program matematika ala Singapura, dan banyak kegiatan olahraga bersama anak-anak lainnya,” kata MacKenzie.
Bezos dan istrinya ingin anaknya menguasai bahasa Mandarin mengingat penggunaannya mencapai miliaran orang. Selain itu, banyak orang China yang sukses berbisnis di tingkat dunia. Dengan bekal bahasa Mandarin tersebut, mereka berharap anaknya dapat membangun bisnis global pada masa depan.
“Kami tidak memberikan mereka segalanya. Saya kira itu bagian yang penting,” ujar Zuckerberg selama wawancara dengan CBS, Selasa (3/12), dikutip CNBC. “Kedua anak saya, terutama Maxima yang kini berusia empat tahun, juga diberi tanggung jawab di rumah,” tambah orang terkaya kelima di dunia itu.
Chan menambahkan, Maxima dan August juga terkadang diajak ke kantor untuk melihat apa yang mereka kerjakan dan lakukan, kendati masih kecil. Sepanjang tahun ini, Zuckerberg sering membagikan video aktivitas anaknya. Pada Mei silam, Zuckerberg membagikan video anaknya sedang mencuci piring di dapur.
Zuckerberg juga berharap anaknya dapat menguasai ilmu komputer. Sebagai ayah yang pandai programing, mahasiswa drop out Universitas Harvard itu tak ragu mengajari anaknya coding, proses pembuatan program komputer. Dia melakukannya sambil bermain. Selain itu, dia tak ingin anaknya depresi.
“Di hadapan anak-anak, kami tidak membicarakan masalah yang sedang dihadapi, sekalipun mereka masih bayi. Kami terkadang makan malam di luar rumah dan membicarakannya di sana,” ujar Zuckerberg. “Namun, seiring waktu, rasanya terkadang aneh karena kami serasa sedang berkencan,” tambahnya.
Miliarder lainnya, CEO Berkshire Hathaway Warren Buffett, juga mengajarkan ketiga anaknya membumi saat mereka masih kecil. Orang terkaya keempat di dunia dengan kekayaan bersih sekitar USD86,1 miliar (Rp1.210 triliun) tersebut tak ingin Susan, Howard, dan Peter yang kini sudah berusia 60 tahunan hidup glamor.
“Anak-anak kami tumbuh dengan sangat normal. Maksud saya, mereka tinggal di rumah yang saya beli sejak 1958,” ujar Buffett. “Mereka tidak tinggal di rumah yang lebih megah atau naik pesawat pribadi. Mereka juga sekolah di tempat ibunya dulu sekolah dan berangkat menggunakan bus jemputan,” tambahnya.
Pola asuh serupa juga diadopsi miliarder lainnya, Bill Gates dan Melinda Gates. Orang terkaya kedua di dunia dengan kekayaan USD110 miliar (Rp1.545 triliun) itu tak ingin ketiga anaknya “keracunan” uang. Mereka bahkan mengajarkan Jennifer, 23, Rory, 20, dan Phoebe, 17, membantu orang lain yang serbakekurangan.
Bill Gates juga tidak ingin membiarkan anaknya bermain dan kecanduan gawai, meskipun anaknya meronta-ronta. Saat anaknya berusia 14 tahun, Bill Gates membuat aturan ketat yang membatasi penggunaan gawai di dalam rumah. “Kami selalu mengatur waktu kapan layar smartphone harus mati,” katanya.
Sepemikiran dengan Bill Gates, salah satu pendiri Apple, Steve Jobs, juga membatasi penggunaan produk rancangannya seperti iPhone atau iPad oleh anaknya. Penulis buku biografi Steve Jobs, Walter Isaacson, pernah menjelaskan bahwa pada malam hari Steve Jobs akan berdiskusi tentang sejarah bersama anak-anaknya.
“Dia membatasi penggunaan teknologi di sekitar anak-anaknya,” kata Isaacson. “Tidak ada anaknya yang berani bermain smartphone atau komputer ketika Bill Gates ada di tengah mereka, terutama ketika makan malam di meja besar sudah tiba. Saya melihat anak-anak Bill Gates tidak kecanduan gawai,” tambahnya.
Miliarder lainnya, Jeff Bezos, CEO Amazon.com Inc, juga ingin sukses menjadi orang tua. Salah satu hal yang dilakukannya adalah mengajari anaknya bahasa kedua, karena diyakini dapat mempertajam kognitif, kesehatan, dan kecerdasan. Anak yang menguasai dua bahasa juga diyakini mampu melindungi diri dari demensia.
Bezos dan istrinya, MacKenzie, memiliki empat anak. Mereka telah mendidik anak mereka sebaik yang mereka bisa. “Kami mencoba segala cara, termasuk traveling, eksperimen, inkubasi, bahasa Mandarin, program matematika ala Singapura, dan banyak kegiatan olahraga bersama anak-anak lainnya,” kata MacKenzie.
Bezos dan istrinya ingin anaknya menguasai bahasa Mandarin mengingat penggunaannya mencapai miliaran orang. Selain itu, banyak orang China yang sukses berbisnis di tingkat dunia. Dengan bekal bahasa Mandarin tersebut, mereka berharap anaknya dapat membangun bisnis global pada masa depan.
(don)