Toko Sepi, Warga As Pilih Belanja Online pada Black Friday
A
A
A
WASHINGTON - Para pembelanja di Amerika Serikat (AS) memilih berbelanja secara online pada Black Friday dibandingkan pergi ke pusat perbelanjaan. Namun, Black Friday tetap menjadi hari berbelanja paling ramai di AS. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, mal tidak lagi diserbu oleh warga AS.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Black Friday masih menjadi agenda penting untuk berbelanja bagi warga AS menjelang musim libur Natal dan Tahun Baru. Ritel offline dan online juga memberikan diskon besar-besaran bertepatan dengan Black Friday.
Berdasarkan data Adobe Analytics, peningkatan belanja online pada Black Friday meningkat 19,6% mencapai USD7,4 miliar. Angka tersebut menurun dibandingkan prediksi awal mencapai USD7,6 miliar. Data tersebut diambil dari transaksi 80 dari 100 perusahaan ritel besar AS. Khusus pada hari Thanksgiving, belanja online mencapai USD4,2 miliar.
“Belanja menjelang Natal mengalami perubahan di mana pelanggan lebih suka menggunakan ponsel dibandingkan mengantre,” kata kepala analis Adobe Digital Insights. “Khusus untuk Small Business Saturday juga akan meningkatkan penjualan ritel yang menawarkan produk unik dan layanan yang tidak disediakan perusahaan ritel besar,” ujarnya.
Kemudian, ShopperTrack, anak perusahaan firma data Sensormatic Solutions, menunjukkan jumlah pengunjung toko menurun 3% selama Thanksgiving dan Black Friday dibandingkan dengan hari yang sama pada 2018. “Pola belanja tradisional ke toko telah terdisrupsi bukan hanya belanja online, tetapi tawaran membeli online dan pengambilan barang di toko,” ujar Brian Field, Direktur Ritel Global ShopperTrak, dilansir Reuters.
Apa yang terjadi selama Black Friday pada tahun ini adalah petualangan pelanggan yang berubah. “Mereka kini bisa berbelanja secara online baik di toko dan di mana pun. Pelanggan juga memastikan bisa membeli barang dan tetap loyal dengan brand,” katanya.
Sedangkan data dari firma analisis RetailNext menunjukkan penjualan bersih pada Black Friday mengalami penurunan 1,6%. Mereka menunjukkan penjualan tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Padahal, Federasi Ritel Nasional memprediksi penjualan ritel selama musim liburan November hingga Desember 2019 mengalami kenaikan 3,8% hingga 4,2% dibandingkan tahun lalu. Total penjualan yang diprediksi mencapai USD727,9 miliar hingga USD730,7 miliar. Dengan begitu, mereka juga memprediksi terjadi peningkatan hingga 3,7% dibandingkan lima tahun lalu.
Selama Black Friday, produk yang cukup populer adalah boneka Frozen 2, video games Fifa 20 dan Madden 20, serta produk elektronik Apple dan Samsung. Berdasarkan analisis Salesforce, produk teknologi yang laku keras selama Black Friday adalah PlayStation, Nintendo, Apple, Xbox, dan Google.
Salesforce mengungkapkan, lima perusahaan ritel yang paling sering dibicarakan selama BlackFriday adalah Amazon, Walmart, Target, Gamestop, dan Best Buy. Amazon memang selalu menjadi juara di sektor e-commerce. Namun, banyak perusahaan ritel di AS sudah mengantisipasi maraknya belanja online.
Walmart, Target Corp, dan best Buy telah menghabiskan miliaran dolar untuk operasional e-commerce untuk menangkap pembelanja online. Namun, Kohl’s, Gap dan Macy’s justru masih berjuang keras untuk beradaptasi pada sektor online. Saham Target meningkat tajam 95% pada tahun ini, sedangkan Walmart mengalami kenaikan hingga 30%. Saham ritel yang tidak melakukan penyesuaian justru menurut seperti Gap dan Macy’s hingga 25%.
Dalam analisis Brian Johnson dari business2community, hadirnya mesin pembelajar dan kecerdasan buatan membuat sistem personalisasi bagi pengguna aplikasi belanja online. “Personalisasi mendukung ritel dan pembelanja memilih produk saat berbelanja,” ungkapnya. Dia menambahkan, media sosial juga memudahkan warga untuk memilih produk yang diskon.
Itu menjadikan warga pun bisa membeli hadiah untuk liburan tanpa menunggu hari tertentu seperti Black Friday. Namun, ritel offline tetap dipertahankan untuk mensiasati warga yang suka berbelanja langsung di mal bersama dengan keluarga. Namun, ritel tersebut harus berjuang untuk melakukan penyesuaian dengan perkembangan digital yang menggerus sektor ritel offline.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Black Friday masih menjadi agenda penting untuk berbelanja bagi warga AS menjelang musim libur Natal dan Tahun Baru. Ritel offline dan online juga memberikan diskon besar-besaran bertepatan dengan Black Friday.
Berdasarkan data Adobe Analytics, peningkatan belanja online pada Black Friday meningkat 19,6% mencapai USD7,4 miliar. Angka tersebut menurun dibandingkan prediksi awal mencapai USD7,6 miliar. Data tersebut diambil dari transaksi 80 dari 100 perusahaan ritel besar AS. Khusus pada hari Thanksgiving, belanja online mencapai USD4,2 miliar.
“Belanja menjelang Natal mengalami perubahan di mana pelanggan lebih suka menggunakan ponsel dibandingkan mengantre,” kata kepala analis Adobe Digital Insights. “Khusus untuk Small Business Saturday juga akan meningkatkan penjualan ritel yang menawarkan produk unik dan layanan yang tidak disediakan perusahaan ritel besar,” ujarnya.
Kemudian, ShopperTrack, anak perusahaan firma data Sensormatic Solutions, menunjukkan jumlah pengunjung toko menurun 3% selama Thanksgiving dan Black Friday dibandingkan dengan hari yang sama pada 2018. “Pola belanja tradisional ke toko telah terdisrupsi bukan hanya belanja online, tetapi tawaran membeli online dan pengambilan barang di toko,” ujar Brian Field, Direktur Ritel Global ShopperTrak, dilansir Reuters.
Apa yang terjadi selama Black Friday pada tahun ini adalah petualangan pelanggan yang berubah. “Mereka kini bisa berbelanja secara online baik di toko dan di mana pun. Pelanggan juga memastikan bisa membeli barang dan tetap loyal dengan brand,” katanya.
Sedangkan data dari firma analisis RetailNext menunjukkan penjualan bersih pada Black Friday mengalami penurunan 1,6%. Mereka menunjukkan penjualan tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Padahal, Federasi Ritel Nasional memprediksi penjualan ritel selama musim liburan November hingga Desember 2019 mengalami kenaikan 3,8% hingga 4,2% dibandingkan tahun lalu. Total penjualan yang diprediksi mencapai USD727,9 miliar hingga USD730,7 miliar. Dengan begitu, mereka juga memprediksi terjadi peningkatan hingga 3,7% dibandingkan lima tahun lalu.
Selama Black Friday, produk yang cukup populer adalah boneka Frozen 2, video games Fifa 20 dan Madden 20, serta produk elektronik Apple dan Samsung. Berdasarkan analisis Salesforce, produk teknologi yang laku keras selama Black Friday adalah PlayStation, Nintendo, Apple, Xbox, dan Google.
Salesforce mengungkapkan, lima perusahaan ritel yang paling sering dibicarakan selama BlackFriday adalah Amazon, Walmart, Target, Gamestop, dan Best Buy. Amazon memang selalu menjadi juara di sektor e-commerce. Namun, banyak perusahaan ritel di AS sudah mengantisipasi maraknya belanja online.
Walmart, Target Corp, dan best Buy telah menghabiskan miliaran dolar untuk operasional e-commerce untuk menangkap pembelanja online. Namun, Kohl’s, Gap dan Macy’s justru masih berjuang keras untuk beradaptasi pada sektor online. Saham Target meningkat tajam 95% pada tahun ini, sedangkan Walmart mengalami kenaikan hingga 30%. Saham ritel yang tidak melakukan penyesuaian justru menurut seperti Gap dan Macy’s hingga 25%.
Dalam analisis Brian Johnson dari business2community, hadirnya mesin pembelajar dan kecerdasan buatan membuat sistem personalisasi bagi pengguna aplikasi belanja online. “Personalisasi mendukung ritel dan pembelanja memilih produk saat berbelanja,” ungkapnya. Dia menambahkan, media sosial juga memudahkan warga untuk memilih produk yang diskon.
Itu menjadikan warga pun bisa membeli hadiah untuk liburan tanpa menunggu hari tertentu seperti Black Friday. Namun, ritel offline tetap dipertahankan untuk mensiasati warga yang suka berbelanja langsung di mal bersama dengan keluarga. Namun, ritel tersebut harus berjuang untuk melakukan penyesuaian dengan perkembangan digital yang menggerus sektor ritel offline.
(don)