China Akan Bangun Kapal Induk Ke-4, Rencana untuk Kapal Canggih Ditunda

Kamis, 28 November 2019 - 10:28 WIB
China Akan Bangun Kapal...
China Akan Bangun Kapal Induk Ke-4, Rencana untuk Kapal Canggih Ditunda
A A A
BEIJING - Angkatan Laut China sedang bergerak maju dengan rencana untuk membangun kapal induk keempat, namun rencana untuk membangun kapal induk kelima yang lebih canggih ditunda.

Hal itu diungkap orang-orang dalam militer. Mereka mengatakan bahwa tantangan teknis dan biaya tinggi telah mengerem program dan merger baru-baru ini dari dua pembuat kapal utama negara itu tidak mungkin memiliki dampak jangka pendek yang signifikan.

Negara yang dipimpin rezim Komunis ini kini hanya memiliki satu kapal induk yang aktif, yakni Liaoning—kapal era Soviet yang dibeli dari Ukraina. Sedangkan kapal induk pertama buatan dalam negeri, Type 001, sedang menjalani uji coba laut dan akan segera memasuki layanan militer.

Salah satu sumber militer mengatakan pengerjaan kapal induk kedua buatan dalam negeri, Type 002 yang lebih modern, dimulai dua tahun lalu dan konstruksinya dapat dimulai pada awal 2021. Kapal ketiga dan keempat yang hendak dibangun juga Type 002.

Menurut sumber militer, rencana untuk pembangunan kapal induk kelima yang lebih canggih terkendala masalah teknis yang saat ini sedang dicoba diatasi para insinyur."Tidak ada rencana untuk membangun lebih banyak kapal induk," katanya, seperti dikutip South China Morning Post, Kamis (28/11/2019).

"Kapal induk China ketiga dan keempat yang dalam agenda adalah Type 002, kapal perang generasi berikutnya di negara ini akan dilengkapi dengan ketapel elektromagnetik (untuk meluncurkan jet tempur)."

Semua kapal induk ini akan diberdayakan secara konvensional, tetapi para petinggi Angkatan Laut telah mempertimbangkan rencana untuk membangun kapal bertenaga nuklir yang lebih maju secara teknologi.

Pada hari Selasa, sebuah upacara di Beijing diadakan untuk menandai pembentukan perusahaan pembuat kapal terbesar di dunia. Perusahaan ini hasil merger dari China State Shipbuilding Corporation (CSSC) dan China Shipbuilding Industry Company (CSIC).

Menurut laporan kantor berita pemerintah, Xinhua, perusahaan baru itu tetap mempertahankan nama CSIC. Konglomerat pemilik perusahaan tersebut memiliki total 147 lembaga penelitian, perusahaan bisnis dan perusahaan lain yang terdaftar dengan nilai aset gabungan senilai 790 miliar yuan (USD112 miliar). Ia juga mempekerjakan 310.000 orang.

Orang dalam militer mengatakan bahwa merger itu memang akan memperkuat daya saing CSIC, tapi tidak akan mempercepat proses pembangunan kapal induk. "(Para insinyur) telah menemukan beberapa masalah teknis, dan salah satu kendala utama adalah dalam pengembangan generasi baru jet tempur berbasis kapal induk," kata salah satu sumber. "Masalah-masalah ini tidak diharapkan bisa diselesaikan dalam waktu dekat."

"China tidak memiliki teknologi nuklir yang diperlukan, meskipun telah mengembangkan banyak kapal selam bertenaga nuklir," lanjut sumber itu, yang menambahkan bahwa mengembangkan reaktor untuk digunakan pada kapal perang induk lebih menantang daripada membuat satu untuk kapal selam.

Orang dalam militer itu juga mengatakan bahwa tes ketapel elektromagnetik yang digunakan untuk meluncurkan jet tempur J-15 belum memenuhi standar yang disyaratkan.

"Pembangunan kapal induk adalah proyek paling rumit dan mahal di dunia yang menggunakan banyak teknologi canggih," katanya. "Ini adalah area baru bagi pembuat kapal dan insinyur China dan benar-benar membutuhkan waktu untuk mengejar ketinggalan dengan negara lain."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1530 seconds (0.1#10.140)