Arab Saudi Kutuk Pelanggaran Perjanjian Nuklir oleh Iran
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi mengutuk pelanggaran yang dilakukan oleh Iran terhadap perjanjian nuklir internasional. Kecaman itu datang dalam pertemuan Kabinet Arab Saudi.
"Kabinet mengutuk pelanggaran dan pengingkaran secara terus menerus oleh Iran atas program nuklirnya," begitu bunyi laporan yang diturunkan kantor berita Arab Saudi, SPA, Selasa (26/11/2019).
Arab Saudi pun menyambut pernyataan bersama menteri-menteri dari tiga negara Eropa yang menjadi pihak penandatangan perjanjian nuklir Iran dan perwakilan tinggi Uni Eropa. Arab Saudi juga mendukung keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri pembebasan fasilitas nuklir Fordo Iran dari sanksi.
"Komunitas internasional perlu mengambil posisi tegas dan serupa terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Iran karena merusak perdamaian dan keamanan internasional," Arab Saudi menekankan.
Pada bulan November, Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan Iran akan melanjutkan pengayaan uranium di pabrik Fordow-nya. Rouhani menambahkan Teheran akan mulai menyuntikkan gas uranium ke 1.044 sentrifugal, yang dianggap sebagai langkah terbaru dari kesepakatan nuklir 2015.
Pekan lalu Badan Energi Atom Internasional (IAEA), badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan telah mendeteksi partikel uranium di situs yang tidak diumumkan di Iran dalam laporan terbarunya tentang program nuklir negara itu seperti disitir dari Al Arabiya.
Program nuklir Iran telah menjadi target sanksi AS setelah Washington menarik diri dari perjanjian nuklir 2015. AS menyebut Iran terus memberikan dukungan untuk organisasi proksi regional dan kegiatan destabilisasi.
Iran sejak itu telah melanggar batas-batas dalam perjanjian nuklir, yang terbaru dengan mengumpulkan sedikitnya lebih dari 130 ton air berat, suatu zat yang digunakan dalam jenis reaktor yang sedang dikembangkan, menurut laporan IAEA.
"Kabinet mengutuk pelanggaran dan pengingkaran secara terus menerus oleh Iran atas program nuklirnya," begitu bunyi laporan yang diturunkan kantor berita Arab Saudi, SPA, Selasa (26/11/2019).
Arab Saudi pun menyambut pernyataan bersama menteri-menteri dari tiga negara Eropa yang menjadi pihak penandatangan perjanjian nuklir Iran dan perwakilan tinggi Uni Eropa. Arab Saudi juga mendukung keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri pembebasan fasilitas nuklir Fordo Iran dari sanksi.
"Komunitas internasional perlu mengambil posisi tegas dan serupa terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Iran karena merusak perdamaian dan keamanan internasional," Arab Saudi menekankan.
Pada bulan November, Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan Iran akan melanjutkan pengayaan uranium di pabrik Fordow-nya. Rouhani menambahkan Teheran akan mulai menyuntikkan gas uranium ke 1.044 sentrifugal, yang dianggap sebagai langkah terbaru dari kesepakatan nuklir 2015.
Pekan lalu Badan Energi Atom Internasional (IAEA), badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan telah mendeteksi partikel uranium di situs yang tidak diumumkan di Iran dalam laporan terbarunya tentang program nuklir negara itu seperti disitir dari Al Arabiya.
Program nuklir Iran telah menjadi target sanksi AS setelah Washington menarik diri dari perjanjian nuklir 2015. AS menyebut Iran terus memberikan dukungan untuk organisasi proksi regional dan kegiatan destabilisasi.
Iran sejak itu telah melanggar batas-batas dalam perjanjian nuklir, yang terbaru dengan mengumpulkan sedikitnya lebih dari 130 ton air berat, suatu zat yang digunakan dalam jenis reaktor yang sedang dikembangkan, menurut laporan IAEA.
(ian)