Putra Eks Presiden Suriah Tahu Kuburan Legenda Mossad Eli Cohen
A
A
A
AUCKLAND - Seorang imigran di Selandia Baru yang mengklaim sebagai mantan presiden Suriah Amin al-Hafiz mengaku tahu keberadaan jasad legenda mata-mata Mossad Israel, Eli Cohen . Mata-mata Zionis kelahiran Mesir itu ditangkap intelijen Suriah tahun 1965 dan digantung di alun-alun Damaskus.
Aksi spionse Cohen terkenal karena bisa mengembangkan hubungan dekat dengan hierarki politik dan militer Suriah, bahkan menjadi penasihat kepala menteri pertahanan negara itu tahun 1960-an. Penyusupannya baru terungkap tahun 1965.
Imigran yang mengaku putra al-Hafiz itu bernama Khalid al-Hafidh. Dia tinggal di Auckland. "Saya adalah putra satu-satunya orang di planet ini yang tahu di mana jasad (Cohen) dimakamkan," katanya kepada Newshub dalam sebuah wawancara, yang dikutip Senin (25/11/2019).
Dia mengatakan Dinas Intelijen Keamanan Selandia Baru (NZSIS) telah menghubunginya dua tahun lalu karena yakin dia memiliki petunjuk ke lokasi rahasia, di mana legenda Mossad dikuburkan oleh orang-orang di bawah komando ayahnya.
Al-Hafidh mengklaim telah terlibat negosiasi dengan Mossad untuk mengungkapkan informasi itu. Dia meminta satu juta dolar Amerika Serikat untuk jasanya, namun tidak dibayar oleh agen intelijen negara Yahudi tersebut.
"Saya bekerja sama dengan Dinas Intelijen Keamanan Selandia Baru, bekerja sama dengan Mossad, untuk membantu menemukan sisa-sisa (jasad) mata-mata Israel Eli Cohen," katanya.
Janda Cohen, Nadia, mengatakan bahwa setelah laporan itu dia mengajukan permintaan langsung kepada kepala Mossad; Yossi Cohen, untuk mendapat jawaban mengapa kesepakatan itu tidak tercapai.
"Saya ingin bertanya, apakah Eli tidak sepadan dengan harganya? Apakah mereka tidak tertarik? Saya ingin dia (Yossi Cohen) mengklarifikasi apa yang terjadi," kata janda 84 tahun itu.
Dalam sebuah wawancara dengan Newshub, Al-Hafidh kini mengaku bersedia untuk mengungkapkan informasi tanpa imbalan uang. Alasannya demi kedamaian kerabat Cohen.
Aksi spionse Cohen terkenal karena bisa mengembangkan hubungan dekat dengan hierarki politik dan militer Suriah, bahkan menjadi penasihat kepala menteri pertahanan negara itu tahun 1960-an. Penyusupannya baru terungkap tahun 1965.
Imigran yang mengaku putra al-Hafiz itu bernama Khalid al-Hafidh. Dia tinggal di Auckland. "Saya adalah putra satu-satunya orang di planet ini yang tahu di mana jasad (Cohen) dimakamkan," katanya kepada Newshub dalam sebuah wawancara, yang dikutip Senin (25/11/2019).
Dia mengatakan Dinas Intelijen Keamanan Selandia Baru (NZSIS) telah menghubunginya dua tahun lalu karena yakin dia memiliki petunjuk ke lokasi rahasia, di mana legenda Mossad dikuburkan oleh orang-orang di bawah komando ayahnya.
Al-Hafidh mengklaim telah terlibat negosiasi dengan Mossad untuk mengungkapkan informasi itu. Dia meminta satu juta dolar Amerika Serikat untuk jasanya, namun tidak dibayar oleh agen intelijen negara Yahudi tersebut.
"Saya bekerja sama dengan Dinas Intelijen Keamanan Selandia Baru, bekerja sama dengan Mossad, untuk membantu menemukan sisa-sisa (jasad) mata-mata Israel Eli Cohen," katanya.
Janda Cohen, Nadia, mengatakan bahwa setelah laporan itu dia mengajukan permintaan langsung kepada kepala Mossad; Yossi Cohen, untuk mendapat jawaban mengapa kesepakatan itu tidak tercapai.
"Saya ingin bertanya, apakah Eli tidak sepadan dengan harganya? Apakah mereka tidak tertarik? Saya ingin dia (Yossi Cohen) mengklarifikasi apa yang terjadi," kata janda 84 tahun itu.
Dalam sebuah wawancara dengan Newshub, Al-Hafidh kini mengaku bersedia untuk mengungkapkan informasi tanpa imbalan uang. Alasannya demi kedamaian kerabat Cohen.
(mas)