Paus Francis Serukan Dunia Bebas Senjata Nuklir
A
A
A
TOKYO -
Paus Fransiskus, dalam kunjunganya ke Jepang, menyoroti kebutuhan untuk melestarikan perjanjian tentang non-proliferasi senjata nuklir. Dia mendesak para pemimpin dunia untuk mematuhi prinsip-prinsip dasar hukum internasional.
"Kita harus bekerja tanpa lelah dan sangat bersikeras untuk melestarikan perangkat hukum internasional utama yang menjamin pelucutan dan non-proliferasi, termasuk Perjanjian tentang larangan senjata nuklir," katanya dalam pidatonya mengenai perlucutan senjata nuklir di Taman Perdamaian Nagasaki.
"Karena diyakinkan bahwa perdamaian adalah mungkin dan perlu tanpa senjata nuklir, saya meminta para pemimpin politik untuk tidak melupakan bahwa senjata-senjata ini tidak dapat melindungi [kita] dari ancaman terhadap keamanan nasional atau stabilitas internasional," sambungnya, seperti dilansir Tass pada Senin (25/11/2019).
Dia lalu mendesak para politisi untuk meninggalkan ketidakpercayaan dalam hubungan satu sama lain dan memperingatkan terhadap runtuhnya sistem kontrol senjata internasional.
"Sangat penting untuk menghentikan dinamika atmosfer ketidakpercayaan yang saat ini berlaku, yang penuh dengan runtuhnya arsitektur kontrol senjata internasional. Meruntuhkan dunia multipolar menjadi semakin berbahaya di tengah perkembangan teknologi senjata baru. Situasi ini membutuhkan langkah dan upaya mendesak dari semua pemimpin dunia," ucapnya.
Dia menggambarkan keamanan berdasarkan rasa takut dan ketidakpercayaan, yang merongrong segala kemungkinan dialog, sebagai ilusi. Dirinya menyebut, sejumlah besar uang yang dihabiskan untuk pembuatan, peningkatan dan pembelian senjata di dunia di mana jutaan orang hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi sebagai tantangan ke surga.
"Adalah penting untuk mengingat konsekuensi bencana dari penggunaan senjata nuklir untuk umat manusia dan lingkungan dan melepaskan gagasan menghargai rasa takut, ketidakpercayaan dan permusuhan," tukasnya.
Paus Fransiskus, dalam kunjunganya ke Jepang, menyoroti kebutuhan untuk melestarikan perjanjian tentang non-proliferasi senjata nuklir. Dia mendesak para pemimpin dunia untuk mematuhi prinsip-prinsip dasar hukum internasional.
"Kita harus bekerja tanpa lelah dan sangat bersikeras untuk melestarikan perangkat hukum internasional utama yang menjamin pelucutan dan non-proliferasi, termasuk Perjanjian tentang larangan senjata nuklir," katanya dalam pidatonya mengenai perlucutan senjata nuklir di Taman Perdamaian Nagasaki.
"Karena diyakinkan bahwa perdamaian adalah mungkin dan perlu tanpa senjata nuklir, saya meminta para pemimpin politik untuk tidak melupakan bahwa senjata-senjata ini tidak dapat melindungi [kita] dari ancaman terhadap keamanan nasional atau stabilitas internasional," sambungnya, seperti dilansir Tass pada Senin (25/11/2019).
Dia lalu mendesak para politisi untuk meninggalkan ketidakpercayaan dalam hubungan satu sama lain dan memperingatkan terhadap runtuhnya sistem kontrol senjata internasional.
"Sangat penting untuk menghentikan dinamika atmosfer ketidakpercayaan yang saat ini berlaku, yang penuh dengan runtuhnya arsitektur kontrol senjata internasional. Meruntuhkan dunia multipolar menjadi semakin berbahaya di tengah perkembangan teknologi senjata baru. Situasi ini membutuhkan langkah dan upaya mendesak dari semua pemimpin dunia," ucapnya.
Dia menggambarkan keamanan berdasarkan rasa takut dan ketidakpercayaan, yang merongrong segala kemungkinan dialog, sebagai ilusi. Dirinya menyebut, sejumlah besar uang yang dihabiskan untuk pembuatan, peningkatan dan pembelian senjata di dunia di mana jutaan orang hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi sebagai tantangan ke surga.
"Adalah penting untuk mengingat konsekuensi bencana dari penggunaan senjata nuklir untuk umat manusia dan lingkungan dan melepaskan gagasan menghargai rasa takut, ketidakpercayaan dan permusuhan," tukasnya.
(esn)