Israel dan AS Simulasikan Jet F-35 Tembus Sistem Rudal S-400 Rusia
A
A
A
TEL AVIV - Israel, Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa sekutu NATO telah menyelesaikan latihan perang besar-besaran. Latihan selama dua minggu itu termasuk menyimulasikan serangan yang menembus sistem pertahanan S-400 Rusia dengan pesawat jet tempur siluman F-35.
Menurut laporan Russia Today, sistem pertahanan rudal yang digunakan dalam simulasi itu adalah sistem Patriot buatan AS yang dimodifikasi mirip S-400. Selain F-35, jet-jet tempur lain termasuk F-16 juga dilibatkan dalam latihan perang.
Angkatan Udara Israel (IAF) menjadi tuan rumah jet-jet tempur Amerika, Jerman, Italia dan Yunani di Pangkalan Udara Uvda-nya di Gurun Negev. Latihan perang dengan nama kode "Blue Flag 2019" dimulai sejak 3 November dan resmi berakhir 14 November. Latihan ini berlangsung di saat Israel wilayah selatan diserang lebih dari 450 roket asal Gaza.
Sebanyak 800 prajurit dan sekitar 100 pesawat tempur ambil bagian dalam latihan itu, termasuk jet tempur siluman F-35. Bagi pesawat tempur termahal itu, latihan ini merupakan yang pertama kali.
"Ini adalah latihan Angkatan Udara internasional paling maju dalam sejarah Israel," kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam sebuah pernyataan, kemarin.
Pesawat Israel, F-35I Adir, menerbangkan beberapa misi sebagai skuadron agresor yang disimulasikan memberikan tantangan signifikan. Media setempat menggambarkannya sebagai latihan tercanggih IDF.
Menurut siaran pers IAF dan situs Breaking Defense yang dilansir Minggu (17/11/2019), dalam latihan perang tersebut pilot Israel dan NATO mengasah keterampilan mereka dalam menembus wilayah udara musuh dan melawan sistem anti-pesawat S-300 dan S-400 buatan Rusia.
Moskow sebelumnya telah menyebarkan sistem semacam itu ke Suriah untuk mempertahankan pangkalan udara Khmeimim di Latakia, dan memasoknya kepada Turki yang merupakan anggota NATO, serta menawarkannya kepada Arab Saudi.
Washington telah menerapkan tekanan politik dan ekonomi yang ekstrem pada mitranya untuk memaksa mereka meninggalkan kesepakatan dengan Moskow demi senjata Amerika.
Efektivitas sistem pertahanan Patriot AS telah dipertanyakan baru-baru ini setelah senjata pertahanan itu gagal melindungi fasilitas minyak Arab Saudi dari serangan rual jelajah dan drone bersenjata. Washington menuduh serangan itu dilakukan Iran, namun Teheran membantahnya.
Menurut laporan Russia Today, sistem pertahanan rudal yang digunakan dalam simulasi itu adalah sistem Patriot buatan AS yang dimodifikasi mirip S-400. Selain F-35, jet-jet tempur lain termasuk F-16 juga dilibatkan dalam latihan perang.
Angkatan Udara Israel (IAF) menjadi tuan rumah jet-jet tempur Amerika, Jerman, Italia dan Yunani di Pangkalan Udara Uvda-nya di Gurun Negev. Latihan perang dengan nama kode "Blue Flag 2019" dimulai sejak 3 November dan resmi berakhir 14 November. Latihan ini berlangsung di saat Israel wilayah selatan diserang lebih dari 450 roket asal Gaza.
Sebanyak 800 prajurit dan sekitar 100 pesawat tempur ambil bagian dalam latihan itu, termasuk jet tempur siluman F-35. Bagi pesawat tempur termahal itu, latihan ini merupakan yang pertama kali.
"Ini adalah latihan Angkatan Udara internasional paling maju dalam sejarah Israel," kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam sebuah pernyataan, kemarin.
Pesawat Israel, F-35I Adir, menerbangkan beberapa misi sebagai skuadron agresor yang disimulasikan memberikan tantangan signifikan. Media setempat menggambarkannya sebagai latihan tercanggih IDF.
Menurut siaran pers IAF dan situs Breaking Defense yang dilansir Minggu (17/11/2019), dalam latihan perang tersebut pilot Israel dan NATO mengasah keterampilan mereka dalam menembus wilayah udara musuh dan melawan sistem anti-pesawat S-300 dan S-400 buatan Rusia.
Moskow sebelumnya telah menyebarkan sistem semacam itu ke Suriah untuk mempertahankan pangkalan udara Khmeimim di Latakia, dan memasoknya kepada Turki yang merupakan anggota NATO, serta menawarkannya kepada Arab Saudi.
Washington telah menerapkan tekanan politik dan ekonomi yang ekstrem pada mitranya untuk memaksa mereka meninggalkan kesepakatan dengan Moskow demi senjata Amerika.
Efektivitas sistem pertahanan Patriot AS telah dipertanyakan baru-baru ini setelah senjata pertahanan itu gagal melindungi fasilitas minyak Arab Saudi dari serangan rual jelajah dan drone bersenjata. Washington menuduh serangan itu dilakukan Iran, namun Teheran membantahnya.
(mas)