Militer AS Bertemu Tokoh-tokoh Agama, Termasuk Ulama Indonesia
A
A
A
NEW YORK - Para petinggi militer Amerika Serikat (AS) melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama New York, termasuk dengan ulama asal Indonesia; Muhammad Shamsi Ali. Pertemuan tahunan ini digelar Kamis (14/11/2019) waktu setempat atau hari ini WIB.
Pertemuan di adakan di pusat militer Amerika (US Army Base) di Forth Hamilton New York. Acara ini bagian dari peringatan Veteran Day atau Hari Pahlawan di AS. Acara ini sebenarnya telah menjadi sebuah rutinitas sejak perang Irak selesai.
"Saat itu terjadi friksi dan ketidakpercayaan antara komunitas agama, Muslim khususnya, dan militer," kata Shamsi Ali dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Jumat (15/11/2019).
Selain sekadar mencairkan suasana, pertemuan ini juga membicarakan bagaimana menguatkan relasi antara komunitas dan anggota militer Amerika Serikat. "Salah satunya adalah semakin dibuka peluang yang lebih luas kepada minoritas untuk menjadi bagian dari militer Amerika," tulis Shamsi Ali.
"Juga agar diberikan akses kepada para tokoh agama untuk menjadi pembina kerohaniaan di militer. Saya sendiri menjadikan Kepolisian New York sebagai percontohan," imbuh dia.
Menurutnya, dalam kesempatan itu pihak US Army berterima kasih ke tokoh-tokoh agama atas dukungan moral dan doa untuk anggota militer Amerika. "Sebaliknya kami juga berterima kasih atas dedikasi dan pengabdian mereka untuk negara dan dunia. Tapi sekaligus berpesan bahwa nilai-nilai kemanusiaan adalah esensi yang harus dijunjung tinggi kapan dan di mana saja," papar Shamsi Ali.
Ulama kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan ini juga menekankan pada militer AS bahwa menghormati dan memuliakan sesama manusia adalah nilai mulia yang harus dijunjung dan dihormati dalam melakukan tugas, bahkan dalam keadaan apapun.
"Kami sepakat untuk terus melanjutkan silaturahmi ini. Karena dengan saling memahami akan terbangun rasa percaya dan keharmonisan sosial. Dan itulah kebutuhan sebuah bangsa yang mendasar, sipil dan militer," paparnya.
Pertemuan di adakan di pusat militer Amerika (US Army Base) di Forth Hamilton New York. Acara ini bagian dari peringatan Veteran Day atau Hari Pahlawan di AS. Acara ini sebenarnya telah menjadi sebuah rutinitas sejak perang Irak selesai.
"Saat itu terjadi friksi dan ketidakpercayaan antara komunitas agama, Muslim khususnya, dan militer," kata Shamsi Ali dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Jumat (15/11/2019).
Selain sekadar mencairkan suasana, pertemuan ini juga membicarakan bagaimana menguatkan relasi antara komunitas dan anggota militer Amerika Serikat. "Salah satunya adalah semakin dibuka peluang yang lebih luas kepada minoritas untuk menjadi bagian dari militer Amerika," tulis Shamsi Ali.
"Juga agar diberikan akses kepada para tokoh agama untuk menjadi pembina kerohaniaan di militer. Saya sendiri menjadikan Kepolisian New York sebagai percontohan," imbuh dia.
Menurutnya, dalam kesempatan itu pihak US Army berterima kasih ke tokoh-tokoh agama atas dukungan moral dan doa untuk anggota militer Amerika. "Sebaliknya kami juga berterima kasih atas dedikasi dan pengabdian mereka untuk negara dan dunia. Tapi sekaligus berpesan bahwa nilai-nilai kemanusiaan adalah esensi yang harus dijunjung tinggi kapan dan di mana saja," papar Shamsi Ali.
Ulama kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan ini juga menekankan pada militer AS bahwa menghormati dan memuliakan sesama manusia adalah nilai mulia yang harus dijunjung dan dihormati dalam melakukan tugas, bahkan dalam keadaan apapun.
"Kami sepakat untuk terus melanjutkan silaturahmi ini. Karena dengan saling memahami akan terbangun rasa percaya dan keharmonisan sosial. Dan itulah kebutuhan sebuah bangsa yang mendasar, sipil dan militer," paparnya.
(mas)