Arab Saudi Sebut Iran Lakukan Penipuan atas Program Nuklirnya
A
A
A
RIYADH - Kabinet Arab Saudi pada hari Selasa mengecam apa yang disebutnya sebagai "penipuan" Iran atas program nuklirnya. Kecaman disampaikan setelah Teheran memutuskan untuk memulai kembali kegiatan atom di salah satu situs utamanya.
"Sesi kabinet yang diketuai oleh Raja Salman (bin Abdulaziz al-Saud) menyatakan penolakan terhadap penipuan terus-menerus Iran dan keterlambatan dalam memberikan informasi yang diperlukan tentang program nuklirnya kepada IAEA (Badan Energi Atom Internasional)," tulis Saudi Press Agency (SPA), dikutip Rabu (13/11/2019).
IAEA, yang merupakan pengawas nuklir PBB, mengatakan dalam sebuah laporan Senin bahwa partikel uranium terdeteksi di sebuah situs di Iran yang selama ini tidak diumumkan Teheran.
Laporan itu juga mengkonfirmasi bahwa Iran telah meningkatkan pengayaan uranium, yang melanggar kesepakatan penting tahun 2015 antara Teheran dengan enam kekuatan dunia (Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China).
Amerika Serikat secara sepihak keluar dari kesepakatan nuklir yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 pada Mei tahun lalu. Langkah Amerika itu disertai dengan penjatuhan sanksi terhadap Teheran.
Iran marah atas tindakan Washington. Sedangkan negara-negara Eropa telah berusaha menyelamatkan kesepakatan itu.
Dalam perkembangan terbaru, para insinyur nuklir Iran mulai menyuntikkan gas uranium hexafluoride ke dalam sentrifugal pengayaan di situs bawah tanah Fordo, sebelah selatan Teheran.
Pada hari Senin, Inggris, Prancis, Jerman dan Uni Eropa mengatakan keputusan Iran untuk memulai kembali kegiatan atom di Fordo tidak konsisten dengan kesepakatan nuklir 2015.
Namun, Iran menuduh balik negara-negara Eropa munafik karena mengkritik Teheran ketika mereka gagal memenuhi komitmen bantuan untuk menangkal sanksi AS.
"Sesi kabinet yang diketuai oleh Raja Salman (bin Abdulaziz al-Saud) menyatakan penolakan terhadap penipuan terus-menerus Iran dan keterlambatan dalam memberikan informasi yang diperlukan tentang program nuklirnya kepada IAEA (Badan Energi Atom Internasional)," tulis Saudi Press Agency (SPA), dikutip Rabu (13/11/2019).
IAEA, yang merupakan pengawas nuklir PBB, mengatakan dalam sebuah laporan Senin bahwa partikel uranium terdeteksi di sebuah situs di Iran yang selama ini tidak diumumkan Teheran.
Laporan itu juga mengkonfirmasi bahwa Iran telah meningkatkan pengayaan uranium, yang melanggar kesepakatan penting tahun 2015 antara Teheran dengan enam kekuatan dunia (Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China).
Amerika Serikat secara sepihak keluar dari kesepakatan nuklir yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 pada Mei tahun lalu. Langkah Amerika itu disertai dengan penjatuhan sanksi terhadap Teheran.
Iran marah atas tindakan Washington. Sedangkan negara-negara Eropa telah berusaha menyelamatkan kesepakatan itu.
Dalam perkembangan terbaru, para insinyur nuklir Iran mulai menyuntikkan gas uranium hexafluoride ke dalam sentrifugal pengayaan di situs bawah tanah Fordo, sebelah selatan Teheran.
Pada hari Senin, Inggris, Prancis, Jerman dan Uni Eropa mengatakan keputusan Iran untuk memulai kembali kegiatan atom di Fordo tidak konsisten dengan kesepakatan nuklir 2015.
Namun, Iran menuduh balik negara-negara Eropa munafik karena mengkritik Teheran ketika mereka gagal memenuhi komitmen bantuan untuk menangkal sanksi AS.
(mas)