Kunjungan Erdogan ke AS Bikin Secret Service Senewen
A
A
A
WASHINGTON - Kunjungan Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan ke Amerika Serikat (AS) pada Rabu mendatang membuat senewen Secret Service. Pasukan pengamanan presiden (Paspampres) AS itu khawatir akan terulang kembali keributan yang melibatkan pengawal presiden Turki itu. Begitu laporan yang diturunkan media AS, The Hill.
Pada 2017, rekaman video yang diposting di dunia maya menunjukkan keributan antara pengunjuk rasa pro Erdogan dan anti Erdogan. Keributan itu melibatkan anggota tim keamanan diplomatik Turki.
Pihak kepolisian Washington dipaksa untuk campur tangan dalam perkelahian di seberang jalan Kedutaan Turki di AS itu.
Konflik di kedutaan itu bukan insiden tunggal tetapi salah satu dari banyak insiden yang terjadi pada hari itu, menurut gugatan yang diajukan oleh lima orang terhadap Turki. Para penggugat itu menuduh keamanan diplomatik Turki pergi keluar dari wilayah yurisdiksi ektrateritorialnya di wilayah AS untuk menyerang pengunjuk rasa selama kunjungan Erdogan ke AS pada tahun 2017 lalu.
"Terlampir pada tuntutan hukum tersebut adalah kesaksian dari anggota Secret Service AS yang menambahkan detail pada insiden tersebut," bunyi laporan The Hill yang dinukil Sputnik, Minggu (10/11/2019).
Menurut staf Secret Service AS, personel keamanan Turki diduga menyerang para pemrotes di berbagai kesempatan dalam perjalanan ke Kedutaan Besar Turki. Pada satu titik, mereka melompat keluar dari sebuah van yang mengangkut Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu untuk menyerang seorang wanita yang berdiri sendirian di sisi pemrotes.
“Saya mengamati 7 personel keamanan Turki 'Jas dan Dasi' (satu perempuan dan 6 laki-laki) turun dari van penumpang mereka dengan sprint habis-habisan yang berjalan langsung menuju satu perempuan pengunjuk rasa,” tulis seorang agen Secret Service.
"Dia pemrotes wanita akhirnya melarikan diri dan lolos dari serangan," imbuhnya.
Dokumen itu juga mengklaim seorang perwira Turki diduga menepis tangan seorang agen Keamanan Diplomatik AS di bagasi limusin berisi tas milik menteri luar negeri. Insiden ini memicu perkelahian antara kedua tim keamanan.
"Dalam sekejap, kawanan petugas dan agen jatuh ke tanah setelah terjadi keributan fisik," tulis agen itu.
Menurut laporan itu, dua agen Turki diborgol dan ditahan selama perkelahian itu. Duta Besar Turki untuk AS pun harus secara pribadi menegosiasikan pembebasan mereka.
"Secret Service mengidentifikasi lebih dari selusin pejabat keamanan Turki yang bertanggung jawab untuk 'menghasut kekerasan' di wilayah AS, meskipun sebagian besar tuduhan itu dibatalkan," bunyi laporan The Hill.
Keamanan Turki sendiri menempatkan tanggung jawab atas perselisihan itu kepada Secret Service. Bahkan secara terbuka, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu memarahi perwira AS atas apa yang ia gambarkan sebagai tindakan kekerasan.
"(Cavusoglu) mengatakan bahwa 'ini tidak baik' dan ia diberitahu oleh pejabat Turki bahwa agen (Keamanan Diplomatik) adalah penyebab utama insiden itu," seorang agen menulis dalam catatan terlampi.
"Saya memberi tahu Menteri Luar Negeri bahwa ini memang insiden yang disesalkan, namun tidak ada yang menjadi tanggung jawab dari agen DS (Keamanan Diplomatik),” imbuhnya.
Dinas Keamanan Diplomatik AS menolak memberikan rincian kepada The Hill tentang tindakan tambahan apa yang diambil saat kunjungan Erdogan nanti guna mencegah terulangnya insiden tersebut, sehingga tidak jelas apakah kedua tim keamanan akan dipisahkan.
Pada 2017, rekaman video yang diposting di dunia maya menunjukkan keributan antara pengunjuk rasa pro Erdogan dan anti Erdogan. Keributan itu melibatkan anggota tim keamanan diplomatik Turki.
Pihak kepolisian Washington dipaksa untuk campur tangan dalam perkelahian di seberang jalan Kedutaan Turki di AS itu.
Konflik di kedutaan itu bukan insiden tunggal tetapi salah satu dari banyak insiden yang terjadi pada hari itu, menurut gugatan yang diajukan oleh lima orang terhadap Turki. Para penggugat itu menuduh keamanan diplomatik Turki pergi keluar dari wilayah yurisdiksi ektrateritorialnya di wilayah AS untuk menyerang pengunjuk rasa selama kunjungan Erdogan ke AS pada tahun 2017 lalu.
"Terlampir pada tuntutan hukum tersebut adalah kesaksian dari anggota Secret Service AS yang menambahkan detail pada insiden tersebut," bunyi laporan The Hill yang dinukil Sputnik, Minggu (10/11/2019).
Menurut staf Secret Service AS, personel keamanan Turki diduga menyerang para pemrotes di berbagai kesempatan dalam perjalanan ke Kedutaan Besar Turki. Pada satu titik, mereka melompat keluar dari sebuah van yang mengangkut Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu untuk menyerang seorang wanita yang berdiri sendirian di sisi pemrotes.
“Saya mengamati 7 personel keamanan Turki 'Jas dan Dasi' (satu perempuan dan 6 laki-laki) turun dari van penumpang mereka dengan sprint habis-habisan yang berjalan langsung menuju satu perempuan pengunjuk rasa,” tulis seorang agen Secret Service.
"Dia pemrotes wanita akhirnya melarikan diri dan lolos dari serangan," imbuhnya.
Dokumen itu juga mengklaim seorang perwira Turki diduga menepis tangan seorang agen Keamanan Diplomatik AS di bagasi limusin berisi tas milik menteri luar negeri. Insiden ini memicu perkelahian antara kedua tim keamanan.
"Dalam sekejap, kawanan petugas dan agen jatuh ke tanah setelah terjadi keributan fisik," tulis agen itu.
Menurut laporan itu, dua agen Turki diborgol dan ditahan selama perkelahian itu. Duta Besar Turki untuk AS pun harus secara pribadi menegosiasikan pembebasan mereka.
"Secret Service mengidentifikasi lebih dari selusin pejabat keamanan Turki yang bertanggung jawab untuk 'menghasut kekerasan' di wilayah AS, meskipun sebagian besar tuduhan itu dibatalkan," bunyi laporan The Hill.
Keamanan Turki sendiri menempatkan tanggung jawab atas perselisihan itu kepada Secret Service. Bahkan secara terbuka, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu memarahi perwira AS atas apa yang ia gambarkan sebagai tindakan kekerasan.
"(Cavusoglu) mengatakan bahwa 'ini tidak baik' dan ia diberitahu oleh pejabat Turki bahwa agen (Keamanan Diplomatik) adalah penyebab utama insiden itu," seorang agen menulis dalam catatan terlampi.
"Saya memberi tahu Menteri Luar Negeri bahwa ini memang insiden yang disesalkan, namun tidak ada yang menjadi tanggung jawab dari agen DS (Keamanan Diplomatik),” imbuhnya.
Dinas Keamanan Diplomatik AS menolak memberikan rincian kepada The Hill tentang tindakan tambahan apa yang diambil saat kunjungan Erdogan nanti guna mencegah terulangnya insiden tersebut, sehingga tidak jelas apakah kedua tim keamanan akan dipisahkan.
(ian)