Ini Penyebab Erdogan Usir dan Persona Non Grata 10 Diplomat Barat

Minggu, 24 Oktober 2021 - 08:54 WIB
loading...
Ini Penyebab Erdogan Usir dan Persona Non Grata 10 Diplomat Barat
Pernyataan bersama 10 Dubes Barat yang mendesak Turki untuk membebaskan tokoh oposisi telah membuat Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan naik pitam. Foto/postxnews
A A A
ANKARA - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan ia menginstruksikan menteri luar negeri Turki untuk menyatakan 10 duta besar, termasuk utusan Amerika Serikat (AS), persona non grata atas pernyataan bersama yang langka mendesak pembebasan seorang tokoh oposisi yang dipenjara.

Langkah itu diumumkan oleh presiden Turki saat pidato publik.

"Saya memberikan instruksi yang diperlukan kepada menteri luar negeri kami, saya mengatakan bahwa Anda akan menangani kecaman publik terhadap 10 duta besar sesegera mungkin," kata Erdogan seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (24/10/2021).



Reaksi marah itu dipicu oleh pernyataan bersama, yang dirilis oleh 10 duta besar negara-negara Barat pada awal pekan ini. Para duta besar itu mendesak resolusi yang cepat dan adil untuk kasus Osman Kavala, seorang pengusaha dan dermawan Turki yang ditahan di penjara tanpa hukuman sejak akhir 2017. Kavala menghadapi sejumlah besar tuduhan, termasuk dugaan pendanaan aksi protes anti-Erdogan dan berpartisipasi dalam kegagalan kudeta 2016.

Pada hari Selasa, Duta Besar Jerman, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Swedia, dan AS dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Turki atas pernyataan mereka yang dinilai tidak bertanggung jawab dan mempolitisasi kasus Kavala.

Pernyataan bersama itu diterbitkan untuk menandai perayaan keempat penangkapan pertama Kavala. Pengusaha itu telah diadili dan dibebaskan dua kali atas tuduhan terkait kerusuhan Gezi Park 2013 dan kudeta yang gagal 2016. Bagaimanapun ini tidak ada gunanya bagi Kavala karena perintah untuk pembebasannya telah ditolak dengan tuduhan baru segera diajukan setelah pembebasan.

Namun pendukung Kavala percaya dia menjadi tahanan politik, atas pekerjaan hak asasi manusianya di Turki yang semakin otoriter di bawah Erdogan.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1874 seconds (0.1#10.140)