Dubes Prancis di Bosnia Dipanggil Terkait Ucapan Bom Waktu Macron
A
A
A
SARAJEVO - Kantor kepresidenan Bosnia memanggil Duta Besar (Dubes) Prancis Guillaume Rousson untuk memprotes pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa Bosnia adalah bom waktu terkait kembalinya para pejuang asing.
Macron menyatakan kekhawatiran sesungguhnya bagi Uni Eropa (UE) adalah Bosnia. "Jika Anda khawatir tentang kawasan ini, pertanyaan pertama bukan Makedonia Utara atau Albania, ini Bosnia-Herzegovina, bom waktu yang berdetak tepat di samping Kroasia, dan yang menghadapi masalah kembalinya para pejuang," papar Macron saat wawancara dengan The Economist.
"Zeljko Komsic yang saat ini memimpin kepresidenan antar etnik Bosnia, memanggil Rousson dan menjelaskan pada dia tentang jumlah pejuang asing dan upaya Bosnia melawan terorisme,"
papar pernyataan kepresidenan Bosnia.
Dia juga mengundang Macron mengunjungi Bosnia. Komentar Macron juga memicu kemarahan Muslim Bosnia yang terdiri atas setengah populasi negara itu.
Para pejabat dan analis yang menangani fenomena para pejuang yang pergi ke luar negeri untuk bergabung kelompok militan, mengaku terkejut.
"Terkait ancaman dari pejuang asing yang kembali, tak ada yang kembali, tak seorang pun kembali. Semua orang itu terjebak di kamp-kamp dan penjara-penjara di Suriah dan saat mereka kembali, mereka akan diperiksa dan yang melanggar hukum akan dipenjara," tutur Vlado Azinovic, pakar terorisme.
Bosnia menerapkan undang-undang pada 2014 yang isinya termasuk hukuman penjara hingga 10 tahun bagi mereka yang berperang dalam perang asing atau merekrut para pejuang. Sebagian besar pejuang yang kembali sudah diadili dan dipenjara.
Macron menyatakan kekhawatiran sesungguhnya bagi Uni Eropa (UE) adalah Bosnia. "Jika Anda khawatir tentang kawasan ini, pertanyaan pertama bukan Makedonia Utara atau Albania, ini Bosnia-Herzegovina, bom waktu yang berdetak tepat di samping Kroasia, dan yang menghadapi masalah kembalinya para pejuang," papar Macron saat wawancara dengan The Economist.
"Zeljko Komsic yang saat ini memimpin kepresidenan antar etnik Bosnia, memanggil Rousson dan menjelaskan pada dia tentang jumlah pejuang asing dan upaya Bosnia melawan terorisme,"
papar pernyataan kepresidenan Bosnia.
Dia juga mengundang Macron mengunjungi Bosnia. Komentar Macron juga memicu kemarahan Muslim Bosnia yang terdiri atas setengah populasi negara itu.
Para pejabat dan analis yang menangani fenomena para pejuang yang pergi ke luar negeri untuk bergabung kelompok militan, mengaku terkejut.
"Terkait ancaman dari pejuang asing yang kembali, tak ada yang kembali, tak seorang pun kembali. Semua orang itu terjebak di kamp-kamp dan penjara-penjara di Suriah dan saat mereka kembali, mereka akan diperiksa dan yang melanggar hukum akan dipenjara," tutur Vlado Azinovic, pakar terorisme.
Bosnia menerapkan undang-undang pada 2014 yang isinya termasuk hukuman penjara hingga 10 tahun bagi mereka yang berperang dalam perang asing atau merekrut para pejuang. Sebagian besar pejuang yang kembali sudah diadili dan dipenjara.
(sfn)