Patroli Turki Tabrak Demonstran Suriah Hingga Tewas
A
A
A
DAMASKUS - Seorang demonstran Suriah tewas setelah ditabrak oleh kendaraan militer Turki yang melakukan patroli bersama dengan pasukan Rusia di Suriah timur laut. Hal itu diungkapkan oleh juru bicara kelompok Kurdi dan pemantau perang Suriah.
Korban berada di antara sekelompok penduduk yang melempari konvoi dengan sepatu dan batu.
Video yang beredar di dunia maya menunjukkan sang demonstran mencoba menaiki salah satu kendaraan dan kemudian pria-pria itu berteriak, rupanya ia telah ditabrak seperti disitir dari Al Arabiya, Jumat (8/11/2019).
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan pria itu ditabrak kendaraan militer Turki di desa Sarmasakh dekat perbatasan. Insiden terjadi selama patroli gabungan ketiga di bawah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Moskow. Perjanjian itu memaksa pejuang pimpinan Kurdi untuk menarik diri dari daerah yang berbatasan dengan Turki.
Video-video lain dari daerah itu memperlihatkan para lelaki, perempuan dan anak-anak melempari kendaraan lapis baja ketika mereka mengemudi di dekat kuburan sebelum melaju kencang.
Menurut SOHR patroli Turki-Rusia terjadi di sebelah timur kota perbatasan Qamishli.
Sementara itu Mustafa Bali, juru bicara Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi, mentweet bahwa pasukan Turki menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa di Derik, melukai 10 orang. Kota ini dikendalikan oleh pasukan SDF dan Amerika, tetapi pasukan Turki melewatinya saat patroli.
Patroli itu bertujuan untuk memungkinkan Turki memastikan bahwa kelompok Kurdi Suriah telah dievakuasi dari zona perbatasan. Perjanjian dengan Rusia - dan yang terpisah dengan Amerika Serikat (AS) - menghentikan invasi Turki ke Suriah bulan lalu yang menargetkan kelompok-kelompok yang dianggapnya sebagai ancaman keamanan karena hubungan mereka dengan pemberontakan Kurdi di Turki.
Tidak ada komentar langsung dari militer Rusia atau Turki tentang insiden itu.
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan pasukannya berpatroli di wilayah antara Qamishli dan Derik, di sebelah timur Sungai Eufrat. Dikatakan patroli sedang didukung oleh drone, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluh minggu ini bahwa pejuang Kurdi Suriah masih ada di daerah-daerah di sepanjang perbatasan, meskipun ada perjanjian terpisah dengan Rusia dan AS.
Erdogan juga mengatakan pasukan Turki diserang oleh beberapa pejuang Kurdi Suriah dari daerah yang di mana mereka telah mundur, menambahkan bahwa Turki tidak akan menjadi penonton untuk serangan ini.
PBB mengatakan bahwa 92 warga sipil telah tewas sejauh akibat serangan Turki ke Suriah utara. Rupert Colville, juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, mengatakan jumlah korban tewas didasarkan pada insiden terverifikasi yang termasuk insiden pada 5 November.
Korban berada di antara sekelompok penduduk yang melempari konvoi dengan sepatu dan batu.
Video yang beredar di dunia maya menunjukkan sang demonstran mencoba menaiki salah satu kendaraan dan kemudian pria-pria itu berteriak, rupanya ia telah ditabrak seperti disitir dari Al Arabiya, Jumat (8/11/2019).
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan pria itu ditabrak kendaraan militer Turki di desa Sarmasakh dekat perbatasan. Insiden terjadi selama patroli gabungan ketiga di bawah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Moskow. Perjanjian itu memaksa pejuang pimpinan Kurdi untuk menarik diri dari daerah yang berbatasan dengan Turki.
Video-video lain dari daerah itu memperlihatkan para lelaki, perempuan dan anak-anak melempari kendaraan lapis baja ketika mereka mengemudi di dekat kuburan sebelum melaju kencang.
Menurut SOHR patroli Turki-Rusia terjadi di sebelah timur kota perbatasan Qamishli.
Sementara itu Mustafa Bali, juru bicara Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi, mentweet bahwa pasukan Turki menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa di Derik, melukai 10 orang. Kota ini dikendalikan oleh pasukan SDF dan Amerika, tetapi pasukan Turki melewatinya saat patroli.
Patroli itu bertujuan untuk memungkinkan Turki memastikan bahwa kelompok Kurdi Suriah telah dievakuasi dari zona perbatasan. Perjanjian dengan Rusia - dan yang terpisah dengan Amerika Serikat (AS) - menghentikan invasi Turki ke Suriah bulan lalu yang menargetkan kelompok-kelompok yang dianggapnya sebagai ancaman keamanan karena hubungan mereka dengan pemberontakan Kurdi di Turki.
Tidak ada komentar langsung dari militer Rusia atau Turki tentang insiden itu.
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan pasukannya berpatroli di wilayah antara Qamishli dan Derik, di sebelah timur Sungai Eufrat. Dikatakan patroli sedang didukung oleh drone, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluh minggu ini bahwa pejuang Kurdi Suriah masih ada di daerah-daerah di sepanjang perbatasan, meskipun ada perjanjian terpisah dengan Rusia dan AS.
Erdogan juga mengatakan pasukan Turki diserang oleh beberapa pejuang Kurdi Suriah dari daerah yang di mana mereka telah mundur, menambahkan bahwa Turki tidak akan menjadi penonton untuk serangan ini.
PBB mengatakan bahwa 92 warga sipil telah tewas sejauh akibat serangan Turki ke Suriah utara. Rupert Colville, juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, mengatakan jumlah korban tewas didasarkan pada insiden terverifikasi yang termasuk insiden pada 5 November.
(ian)