Tentara Suriah Rebut Ladang Minyak Lama yang Hilang
A
A
A
DAMASKUS - Suriah mulai mengerahkan pasukannya ke dekat kota Qamishli di timur laut negara itu, khusunya di dekat desa Mulla Abbas. Suriah kemudian mengklaim telah mendapatkan ladang minyak Rumailan, yang hilang dari tangan Damaskus beberapa tahun lalu, selama perang saudara. Area ini terletak di perbatasan Turki-Suriah. Demikian laporan kantor beria Suriah, SANA.
Dikutip dari Sputnik, Kamis (7/11/2019), Damaskus pada saat ini hanya mengendalikan sebagian kecil dari ladang minyak negara itu, dengan mayoritas dari mereka berada di bawah kendali milisi Kurdi dan pasukan AS. Yang terakhir diperkirakan akan ditarik dalam waktu dekat. Namun, pernyataan baru-baru ini oleh kepala Pentagon Mark Esper dan laporan media yang mengutip pejabat Amerika Serikat (AS) anonim menunjukkan bahwa beberapa ratus tentara akan tetap mempertahankan ladang minyak Suriah.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan kesediaannya untuk "menjaga" minyak Suriah, sementara Esper membenarkan militer AS tetap di Suriah karena perlunya melindungi ladang minyak agar tidak jatuh ke tangan pejuang ISIS yang tersisa. Washington mengumumkan kemenangan atas ISIS pada awal tahun ini.
Damaskus menganggap kehadiran AS di negara itu tidak sah karena Washington tidak memiliki mandat PBB maupun izin dari pemerintah Suriah. Moskow, yang telah mengerahkan pasukan ke Suriah atas permintaan Damaskus, telah mengutuk rencana AS untuk mengendalikan ladang minyak Suriah. Kementerian Luar Negeri Rusia berargumen bahwa wilayah ini harus dikontrol oleh pemerintah Suriah.
Pada saat yang sama, Kementerian Pertahanan Rusia menuduh militer AS mengambil bagian dalam operasi yang bertujuan untuk menyelundupkan minyak Suriah ke luar negeri, dan menerbitkan foto-foto satelit dari ladang minyak Suriah yang dikontrol AS sebagai bukti. (Baca juga: Rusia Rilis Foto Satelit Bukti AS Selundupkan Minyak Suriah )
Dikutip dari Sputnik, Kamis (7/11/2019), Damaskus pada saat ini hanya mengendalikan sebagian kecil dari ladang minyak negara itu, dengan mayoritas dari mereka berada di bawah kendali milisi Kurdi dan pasukan AS. Yang terakhir diperkirakan akan ditarik dalam waktu dekat. Namun, pernyataan baru-baru ini oleh kepala Pentagon Mark Esper dan laporan media yang mengutip pejabat Amerika Serikat (AS) anonim menunjukkan bahwa beberapa ratus tentara akan tetap mempertahankan ladang minyak Suriah.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan kesediaannya untuk "menjaga" minyak Suriah, sementara Esper membenarkan militer AS tetap di Suriah karena perlunya melindungi ladang minyak agar tidak jatuh ke tangan pejuang ISIS yang tersisa. Washington mengumumkan kemenangan atas ISIS pada awal tahun ini.
Damaskus menganggap kehadiran AS di negara itu tidak sah karena Washington tidak memiliki mandat PBB maupun izin dari pemerintah Suriah. Moskow, yang telah mengerahkan pasukan ke Suriah atas permintaan Damaskus, telah mengutuk rencana AS untuk mengendalikan ladang minyak Suriah. Kementerian Luar Negeri Rusia berargumen bahwa wilayah ini harus dikontrol oleh pemerintah Suriah.
Pada saat yang sama, Kementerian Pertahanan Rusia menuduh militer AS mengambil bagian dalam operasi yang bertujuan untuk menyelundupkan minyak Suriah ke luar negeri, dan menerbitkan foto-foto satelit dari ladang minyak Suriah yang dikontrol AS sebagai bukti. (Baca juga: Rusia Rilis Foto Satelit Bukti AS Selundupkan Minyak Suriah )
(ian)