RI-UNESCO Gelar Forum Jaga Warisan Budaya Maritim Asia Tenggara
A
A
A
JAKARTA - UNESCO, yang bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia dan ASEAN menggelar forum guna membahas mengenai bagaimana menjaga dan menghidupkan kembali warisan budaya maritim di Asia Tenggara. Forum itu digelar pada tanggal 5 hingga 8 November di Jakarta dan Belitung.
Dalam siaran pers yang diterima Sindonews pada Senin (4/11/2019), alasan digelar forum ini adalah karena kawasan Asia Tenggara terbaring di salah satu rute maritim tersibuk di dunia. Sebagai hasil dari lalu lintas maritim yang berat ke dan dari Timur Asia, Timur Tengah dan Eropa, banyak peradaban telah berinteraksi, bertukar ide, pengetahuan dan praktik dalam proses.
"Peninggalan arkeologis di wilayah pesisir dan bawah laut Tenggara. Asia adalah sumber daya berharga untuk penelitian ilmiah, sejarah dan budaya," ujarnya.
Forum ini, menurut siaran pers itu, akan dihadiri oleh para ahli, yang akan membahas inisiatif dan peluang yang ada untuk berkolaborasi tentang melindungi warisan budaya maritim bersama di Asia Tenggara.
"Pertemuan ini akan menjadi unik kesempatan bagi negara-negara ASEAN untuk membahas potensi warisan maritim untuk bertindak sebagai pendorong pengembangan ilmiah, budaya dan ekonomi, serta untuk bertukar gagasan untuk kerja sama internasional dan langkah-langkah untuk meningkatkan perlindungan dan revitalisasi warisan berharga ini," ungkapnya.
"Konvensi UNESCO 2001 tentang Perlindungan Warisan Bawah Air memainkan peran utama dalam membina kerja sama di antara para pemangku kepentingan untuk melindungi bentuk warisan berharga ini dari kehancuran dan eksploitasi komersial. Dikombinasikan dengan Konvensi 1970 tentang Cara Melarang dan Mencegah Impor Ilegal, Ekspor dan Pengalihan Kepemilikan Properti Budaya, itu akan memberikan perlindungan yang ideal pada warisan maritim yang terletak di dasar lautan, membentuk sistem alarm dan legal diamankan," sambungnya.
Forum ini juga, berdasarkan siaran pers itu, sesuai dengan Rencana Strategis ASEAN tentang Kebudayaan dan Seni 2016-2025, yang menekankan kerja sama regional dalam pelestarian dan promosi bersama warisan di kawasan ini.
Dalam siaran pers yang diterima Sindonews pada Senin (4/11/2019), alasan digelar forum ini adalah karena kawasan Asia Tenggara terbaring di salah satu rute maritim tersibuk di dunia. Sebagai hasil dari lalu lintas maritim yang berat ke dan dari Timur Asia, Timur Tengah dan Eropa, banyak peradaban telah berinteraksi, bertukar ide, pengetahuan dan praktik dalam proses.
"Peninggalan arkeologis di wilayah pesisir dan bawah laut Tenggara. Asia adalah sumber daya berharga untuk penelitian ilmiah, sejarah dan budaya," ujarnya.
Forum ini, menurut siaran pers itu, akan dihadiri oleh para ahli, yang akan membahas inisiatif dan peluang yang ada untuk berkolaborasi tentang melindungi warisan budaya maritim bersama di Asia Tenggara.
"Pertemuan ini akan menjadi unik kesempatan bagi negara-negara ASEAN untuk membahas potensi warisan maritim untuk bertindak sebagai pendorong pengembangan ilmiah, budaya dan ekonomi, serta untuk bertukar gagasan untuk kerja sama internasional dan langkah-langkah untuk meningkatkan perlindungan dan revitalisasi warisan berharga ini," ungkapnya.
"Konvensi UNESCO 2001 tentang Perlindungan Warisan Bawah Air memainkan peran utama dalam membina kerja sama di antara para pemangku kepentingan untuk melindungi bentuk warisan berharga ini dari kehancuran dan eksploitasi komersial. Dikombinasikan dengan Konvensi 1970 tentang Cara Melarang dan Mencegah Impor Ilegal, Ekspor dan Pengalihan Kepemilikan Properti Budaya, itu akan memberikan perlindungan yang ideal pada warisan maritim yang terletak di dasar lautan, membentuk sistem alarm dan legal diamankan," sambungnya.
Forum ini juga, berdasarkan siaran pers itu, sesuai dengan Rencana Strategis ASEAN tentang Kebudayaan dan Seni 2016-2025, yang menekankan kerja sama regional dalam pelestarian dan promosi bersama warisan di kawasan ini.
(esn)