Banjir Rendam Somalia, 10 Tewas dan 270 Ribu Lebih Terlantar

Sabtu, 02 November 2019 - 01:24 WIB
Banjir Rendam Somalia,...
Banjir Rendam Somalia, 10 Tewas dan 270 Ribu Lebih Terlantar
A A A
MOGADISHU - Hujan deras yang mengguyur Somalia menewaskan sedikitnya 10 orang dan lebih dari 270 ribu orang terlantar. Bencana alam tersebut juga menghancurkan infrastruktur serta mata pencaharian di negara Tanduk Afrika tersebut, seperti dilaporkan oleh PBB.

Para ahli mengatakan Afrika Timur telah mengalami hujan lebat dengan bencana banjir memaksa masyarakat untuk mengungsi.

Indian Ocean Dipole, setara dengan El Nino yang berbasis di Samudera Pasifik, berada pada tingkat terkuatnya sejak 2006. Hal itu dikatakan oleh blok perdagangan regional delapan negara Afrika Timur yang dikenal sebagai Otoritas Antarpemerintah untuk Pembangunan.

"Di negara ini, udara lembab yang hangat mengalir ke barat ke pedalaman meningkatkan kemungkinan curah hujan lebih tinggi di negara-negara Afrika Timur," katanya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (2/11/2019).

Penduduk mengatakan di kota Beledweyne di Somalia tengah, sebuah sungai meluap dan sekitar 10 orang tewas ketika sebuah kapal terbalik berusaha menyelamatkan warga yang terdampar.

"Saya masih terdampar di sebuah hotel di Beledweyne," Mohamed Nur mengatakan kepada Reuters.

"Kerabat saya termasuk di antara mereka yang meninggal setelah kapal terbalik minggu ini," imbuhnya.

Halima Abdullahi, seorang ibu dari tiga anak, mengatakan kepada Reuters melalui telepon bahwa banjir telah menjebak keluarganya dan mereka mati-matian menunggu penyelamatan.

"Banjir terlalu banyak dan sungai yang rusak dari banyak bagian belum diperbaiki," katanya. "Kami tidak tahu harus berbuat apa," sambungnya.

Badai tropis minggu depan diperkirakan akan memperburuk banjir. Hujan diperkirakan akan terus berlanjut sampai akhir tahun dan organisasi kemanusiaan memperingatkan penyakit yang ditularkan melalui air dan perpindahan massal.

"Hujan yang lebih tinggi dari biasanya diperkirakan akan berlanjut hingga November dan Desember, yang mengarah ke lebih banyak banjir dan penyakit," kata Komite Penyelamatan Internasional dalam sebuah pernyataan.

"Pemulihan dari kondisi cuaca ini mungkin memakan waktu bertahun-tahun," demikian yang dikatakan Komite Penyelamatan Internasional.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9534 seconds (0.1#10.140)