Ratusan Migran Terancam Mati Membeku di Kamp Hutan Bosnia
A
A
A
BIHAC - Ratusan migran dari Timur Tengah dan Asia yang tinggal di kamp di hutan-hutan Bosnia kekurangan makanan dan tempat tidur. Mereka pun terancam mati membeku saat musim dingin Balkan kian mendekat.
Bosnia mengalami peningkatan jumlah migran sejak Kroasia, Hungaria dan Slovenia menutup perbatasan mereka terhadap imigrasi tanpa dokumen.
Pada Juni, otoritas di kota Bihac, Bosnia barat laut memindahkan para migran yang tidur di sana ke tenda penampungan di Vucjak, bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sekitar 8 km dari perbatasan Kroasia.
Berbagai lembaga bantuan meminta otoritas menutup Vucjak dan mencari akomodasi lebih baik untuk para migran saat cuaca semakin dingin.
"Selain itu sangat jelas apa yang akan terjadi. Jika orang tetap berada di sana selama musim dingin, orang akan mati dalam dua hari atau dalam beberapa pekan karena suhu terus turun sangat cepat," ujar Peter Van der Auweraert, Koordinator Balkan Barat untuk Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
Lokasi itu kekurangan air bersih dan listrik. Hutan terdekat penuh dengan ranjau darat yang ditinggalkan dari perang Yugoslavia pada 1990-an.
Saat musim hujan Oktober lalu, suhu mendekati nol dan para personil polisi membagikan makanan pada para migran dari Palang Merah setempat. Beberapa migran memakai sandal jepit di atas tanah berlumpur, mandi dengan air dingin dari wadah plastik. Banyak migran tak memiliki baju hangat untuk musim dingin.
Bosnia mengalami peningkatan jumlah migran sejak Kroasia, Hungaria dan Slovenia menutup perbatasan mereka terhadap imigrasi tanpa dokumen.
Pada Juni, otoritas di kota Bihac, Bosnia barat laut memindahkan para migran yang tidur di sana ke tenda penampungan di Vucjak, bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sekitar 8 km dari perbatasan Kroasia.
Berbagai lembaga bantuan meminta otoritas menutup Vucjak dan mencari akomodasi lebih baik untuk para migran saat cuaca semakin dingin.
"Selain itu sangat jelas apa yang akan terjadi. Jika orang tetap berada di sana selama musim dingin, orang akan mati dalam dua hari atau dalam beberapa pekan karena suhu terus turun sangat cepat," ujar Peter Van der Auweraert, Koordinator Balkan Barat untuk Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).
Lokasi itu kekurangan air bersih dan listrik. Hutan terdekat penuh dengan ranjau darat yang ditinggalkan dari perang Yugoslavia pada 1990-an.
Saat musim hujan Oktober lalu, suhu mendekati nol dan para personil polisi membagikan makanan pada para migran dari Palang Merah setempat. Beberapa migran memakai sandal jepit di atas tanah berlumpur, mandi dengan air dingin dari wadah plastik. Banyak migran tak memiliki baju hangat untuk musim dingin.
(sfn)