Balas Dendam, Motif Ajudan Al-Baghdadi Berkhianat
A
A
A
DAMASKUS - Pemimpina militer Kurdi secara detail mengungkap sosok mata-mata yang menjual informasi keberadaan pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi. Sosok itu tidak lain ada pejabat keamanan pribadi buronan paling di cari di dunia itu.
Jenderal Mazloum Abdi mengatakan ajudan al-Baghdadi itu memberikan informasi tentang gerakan teroris nomor satu itu dan rumah-rumah persembunyiannya kepada milisi Kurdi. Menurut Abdi, mata-mata di lingkaran dalam al-Baghdadi bertanggung jawab untuk mengamankan tempat-tempat di mana pemimpin ISIS itu bersembunyi.
"Al-Baghdadi mengambil tindakan pengamanannya ke tingkat tertinggi. Dia tidak pernah menggunakan komunikasi teknologi tinggi sama sekali. Di mana pun dia berada, komunikasi dimatikan, dengan pengecualian dari mereka yang secara langsung bertanggung jawab atas keamanannya," tutur Abdi seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (1/11/2019).
Abdi mengungkapkan bahwa ajudan al-Baghdadi itu tega mengkhianati bosnya karena keinginan untuk membalas dendam terhadap ISIS dan pemimpinnya setelah diduga kehilangan harapan atas "masa depan" kelompok itu.
Jenderal Kurdi itu lebih lanjut mengatakan bahwa mata-mata itu hadir di tempat persembunyian al-Baghdadi ketika diserang oleh pasukan AS, dan kemudian dievakuasi darinya.
Mazloum Abdi menyatakan bahwa mata-mata itu secara teratur memberikan informasi kepada milisi Kurdi yang kemudian dikirim ke Amerika Serikat (AS). Orang itu tidak tahu lokasi persis rumah persembunyian itu, tetapi berhasil melakukan pengamatan dan melihat landmark yang diduga membantu intelijen AS menunjukkan lokasinya ke sebuah fasilitas di provinsi Idlib Suriah.
"Gagasan bahwa al-Baghdadi berada di Idlib sama sekali tidak terduga. Itu mengejutkan bagi semua orang", kata Abdi, merujuk pada kehadiran kelompok-kelompok teroris di provinsi yang telah menjadi saingan ISIS di masa lalu.
"Badan intelijen AS tidak terlalu tertarik untuk bekerja berdasarkan informasi mata-mata itu, khawatir itu bisa menjadi jebakan," kata jenderal Kurdi itu.
Tetapi sikap tersebut berubah setelah mata-mata itu dilaporkan berhasil menyelundupkan sampel darah dan pakaian dalam al-Baghdadi untuk tes DNA yang mengkonfirmasi identitasnya. Abdi tidak menjelaskan bagaimana aset mereka di ISIS berhasil melakukan hal ini.
Menurut Abdi operasi untuk menghabisi al-Baghdadi juga berada di ambang kegagalan, karena ditunda oleh keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menarik pasukan AS keluar dari Suriah utara. Pada saat yang sama, pemimpin ISIS bersiap untuk mengubah persembunyiannya menjadi yang baru, yang tidak diketahui. Dia memperkirakan bahwa al-Baghdadi akan pindah ke lokasi baru dalam waktu 48 jam jika operasi tidak dilakukan.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan kematian al-Baghdadi pada 27 Oktober, mengklaim bahwa teroris nomor satu itu mati ketika mencoba melarikan diri, merintih dan menangis serta menjerit sepanjang jalan. Ia menambahkan bahwa tubuh pemimpin ISIS dimutilasi karena dia meledakkan dirinya dengan rompi bunuh diri dan bahwa dia diidentifikasi oleh DNA-nya.
Pentagon kemudian juga mempublikasikan video singkat yang menunjukkan pasukan AS mendekati tempat persembunyian teroris sebelum dia diturunkan.
Namun, tidak ada negara lain, selain AS, yang dapat mengkonfirmasi operasi dan kematian al-Baghdadi, yang jasadnya dikubur di laut dalam waktu 24 jam setelah kematiannya.
Laporan sebelumnya oleh Reuters menunjukkan bahwa lokasi persembunyian al-Baghdadi ditentukan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari asisten utamanya, Ismael al-Ethawi, yang ditangkap oleh pasukan Turki dan diserahkan kepada pihak berwenang Irak.
Jenderal Mazloum Abdi mengatakan ajudan al-Baghdadi itu memberikan informasi tentang gerakan teroris nomor satu itu dan rumah-rumah persembunyiannya kepada milisi Kurdi. Menurut Abdi, mata-mata di lingkaran dalam al-Baghdadi bertanggung jawab untuk mengamankan tempat-tempat di mana pemimpin ISIS itu bersembunyi.
"Al-Baghdadi mengambil tindakan pengamanannya ke tingkat tertinggi. Dia tidak pernah menggunakan komunikasi teknologi tinggi sama sekali. Di mana pun dia berada, komunikasi dimatikan, dengan pengecualian dari mereka yang secara langsung bertanggung jawab atas keamanannya," tutur Abdi seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (1/11/2019).
Abdi mengungkapkan bahwa ajudan al-Baghdadi itu tega mengkhianati bosnya karena keinginan untuk membalas dendam terhadap ISIS dan pemimpinnya setelah diduga kehilangan harapan atas "masa depan" kelompok itu.
Jenderal Kurdi itu lebih lanjut mengatakan bahwa mata-mata itu hadir di tempat persembunyian al-Baghdadi ketika diserang oleh pasukan AS, dan kemudian dievakuasi darinya.
Mazloum Abdi menyatakan bahwa mata-mata itu secara teratur memberikan informasi kepada milisi Kurdi yang kemudian dikirim ke Amerika Serikat (AS). Orang itu tidak tahu lokasi persis rumah persembunyian itu, tetapi berhasil melakukan pengamatan dan melihat landmark yang diduga membantu intelijen AS menunjukkan lokasinya ke sebuah fasilitas di provinsi Idlib Suriah.
"Gagasan bahwa al-Baghdadi berada di Idlib sama sekali tidak terduga. Itu mengejutkan bagi semua orang", kata Abdi, merujuk pada kehadiran kelompok-kelompok teroris di provinsi yang telah menjadi saingan ISIS di masa lalu.
"Badan intelijen AS tidak terlalu tertarik untuk bekerja berdasarkan informasi mata-mata itu, khawatir itu bisa menjadi jebakan," kata jenderal Kurdi itu.
Tetapi sikap tersebut berubah setelah mata-mata itu dilaporkan berhasil menyelundupkan sampel darah dan pakaian dalam al-Baghdadi untuk tes DNA yang mengkonfirmasi identitasnya. Abdi tidak menjelaskan bagaimana aset mereka di ISIS berhasil melakukan hal ini.
Menurut Abdi operasi untuk menghabisi al-Baghdadi juga berada di ambang kegagalan, karena ditunda oleh keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menarik pasukan AS keluar dari Suriah utara. Pada saat yang sama, pemimpin ISIS bersiap untuk mengubah persembunyiannya menjadi yang baru, yang tidak diketahui. Dia memperkirakan bahwa al-Baghdadi akan pindah ke lokasi baru dalam waktu 48 jam jika operasi tidak dilakukan.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan kematian al-Baghdadi pada 27 Oktober, mengklaim bahwa teroris nomor satu itu mati ketika mencoba melarikan diri, merintih dan menangis serta menjerit sepanjang jalan. Ia menambahkan bahwa tubuh pemimpin ISIS dimutilasi karena dia meledakkan dirinya dengan rompi bunuh diri dan bahwa dia diidentifikasi oleh DNA-nya.
Pentagon kemudian juga mempublikasikan video singkat yang menunjukkan pasukan AS mendekati tempat persembunyian teroris sebelum dia diturunkan.
Namun, tidak ada negara lain, selain AS, yang dapat mengkonfirmasi operasi dan kematian al-Baghdadi, yang jasadnya dikubur di laut dalam waktu 24 jam setelah kematiannya.
Laporan sebelumnya oleh Reuters menunjukkan bahwa lokasi persembunyian al-Baghdadi ditentukan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari asisten utamanya, Ismael al-Ethawi, yang ditangkap oleh pasukan Turki dan diserahkan kepada pihak berwenang Irak.
(ian)