Prospek Perdagangan Indonesia-Vietnam Makin Cerah
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan Vietnam sepakat meningkatkan nilai perdagangan dari USD5 miliar pada 2015 menjadi USD10 miliar pada 2020. Target itu cukup tinggi. Namun, tidak mustahil untuk dicapai menyusul semakin tingginya interaksi perdagangan antar kedua negara.
Pada kuartal 1 (Q1) dan kuartal 2 (Q2) tahun ini saja, nilai perdagangan antara Indonesia dan Vietnam mencapai USD4,26 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke Vietnam sebesar USD2,65 miliar, sedangkan impor dari Vietnam USD1,61 miliar. Artinya, Indonesia meraih surplus USD1,04 miliar.
“Kami optimistis dengan perdagangan antara Indonesia dan Vietnam pada sisa akhir tahun ini. Prospeknya bagus,” ujar Duta Besar RI untuk Vietnam Ibnu Hadi di Jakarta, kemarin. “Tantangan ke depannya ialah harus adanya kebijakan-kebijakan ekonomi yang lebih ramah dan mudah,” katanya. Indonesia juga diharapkan bisa melebihi prestasi dalam penarikan investasi asing.
Hadi menambahkan, proses perizinan dagang, investasi, dan bisnis di Vietnam lebih cepat serta mudah dibandingkan di Indonesia. Proses perizinan dagang, investasi, dan bisnis di Vietnam bisa dikeluarkan langsung Pemerintah Provinsi dalam 3–7 hari, sedangkan di Indonesia dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah sehingga lebih lama.
“Sekarang, taruhlah perusahaan hendak menanamkan modal di Papua, mereka berupaya memenuhi persyaratan dan mencari persetujuan dari Jakarta. Ketika sudah memperoleh persetujuan, mereka ditanya-tanya lagi di daerah sehingga memerlukan perizinan ini dan perizinan itu. Prosesnya pun menjadi lebih lama,” ujar Hadi.
Total perdagangan Indonesia dan Vietnam mencapai USD8,4 miliar, Indonesia surplus USD1,38 miliar pada tahun lalu. Ekspor utama Indonesia menuju Vietnam ialah batu bara USD789 juta, minyak nabati USD300 juta, komputer USD283 juta, kendaraan bermotor USD270 juta, dan kertas USD262 juta.
Sebaliknya, impor utama Indonesia dari Vietnam ialah besi dan baja USD533 juta, beras USD362 juta, mesin dan peralatan USD267 juta, sparepart dan telepon USD254 juta, komponen dan komputer USD248 juta, bahan sepatu dan kulit USD227 juta, serta produk tekstil USD200 juta.
Sementara itu, investasi Indonesia di Vietnam mencapai 79 proyek dengan nilai USD575,79 juta hingga Juni tahun ini. Indonesia menjadi investor ke-5 terbesar Vietnam di antara negara Asia Tenggara lainnya. Lahan proyek di Vietnam dikuasai Singapura dengan 2.266 proyek atau setara USD49,16 miliar.
Berdasarkan data dari Kedutaan Besar RI (KBRI) Hanoi, jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal dan bekerja di Hanoi dan sekitarnya sekitar 309 orang pada Februari 2019. Total WNI yang tinggal dan bekerja di Vietnam diperkirakan mencapai lebih dari 950 orang pada tahun ini.
Indonesia dan Vietnam memulai hubungan diplomatik sejak 1955. Saat itu Indonesia membuka Konsulat RI di Hanoi, Vietnam Utara, dan Saigon, Vietnam Selatan. Namun, akibat keberpihakan Indonesia terhadap Vietnam Utara, Vietnam Selatan memutus hubungan dengan Indonesia.
Hubungan Indonesia dan Vietnam kembali normal dua tahun sebelum Vietnam Utara dan Vietnam Selatan bersatu pada 1973. Kedua negara kembali menempatkan Duta Besar (Dubes) masing-masing di Jakarta dan Hanoi. Indonesia bahkan membuka Konsulat Jenderal di Ho Chi Minh.
Memasuki abad ke-20, hubungan Indonesia dan Vietnam kian menguat, baik dalam kerangka bilateral, regional, ataupun multilateral. Pada 2003 kedua negara menandatangani Deklarasi Kemitraan Komprehensif sebelum ditingkatkan menjadi kemitraan strategis satu dekade berikutnya.
Sejak ditandatanganinya Plan of Action (PoA) pada 2014, Indonesia dan Vietnam bertekad menekan kerja sama di bidang politik, pertahanan keamanan, anti-korupsi, ekonomi, investasi, pertanian, kehutanan, perikanan, pariwisata, transportasi, energi, IT, IPTEK, pendidikan, dan kesehatan.
Pada kuartal 1 (Q1) dan kuartal 2 (Q2) tahun ini saja, nilai perdagangan antara Indonesia dan Vietnam mencapai USD4,26 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke Vietnam sebesar USD2,65 miliar, sedangkan impor dari Vietnam USD1,61 miliar. Artinya, Indonesia meraih surplus USD1,04 miliar.
“Kami optimistis dengan perdagangan antara Indonesia dan Vietnam pada sisa akhir tahun ini. Prospeknya bagus,” ujar Duta Besar RI untuk Vietnam Ibnu Hadi di Jakarta, kemarin. “Tantangan ke depannya ialah harus adanya kebijakan-kebijakan ekonomi yang lebih ramah dan mudah,” katanya. Indonesia juga diharapkan bisa melebihi prestasi dalam penarikan investasi asing.
Hadi menambahkan, proses perizinan dagang, investasi, dan bisnis di Vietnam lebih cepat serta mudah dibandingkan di Indonesia. Proses perizinan dagang, investasi, dan bisnis di Vietnam bisa dikeluarkan langsung Pemerintah Provinsi dalam 3–7 hari, sedangkan di Indonesia dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah sehingga lebih lama.
“Sekarang, taruhlah perusahaan hendak menanamkan modal di Papua, mereka berupaya memenuhi persyaratan dan mencari persetujuan dari Jakarta. Ketika sudah memperoleh persetujuan, mereka ditanya-tanya lagi di daerah sehingga memerlukan perizinan ini dan perizinan itu. Prosesnya pun menjadi lebih lama,” ujar Hadi.
Total perdagangan Indonesia dan Vietnam mencapai USD8,4 miliar, Indonesia surplus USD1,38 miliar pada tahun lalu. Ekspor utama Indonesia menuju Vietnam ialah batu bara USD789 juta, minyak nabati USD300 juta, komputer USD283 juta, kendaraan bermotor USD270 juta, dan kertas USD262 juta.
Sebaliknya, impor utama Indonesia dari Vietnam ialah besi dan baja USD533 juta, beras USD362 juta, mesin dan peralatan USD267 juta, sparepart dan telepon USD254 juta, komponen dan komputer USD248 juta, bahan sepatu dan kulit USD227 juta, serta produk tekstil USD200 juta.
Sementara itu, investasi Indonesia di Vietnam mencapai 79 proyek dengan nilai USD575,79 juta hingga Juni tahun ini. Indonesia menjadi investor ke-5 terbesar Vietnam di antara negara Asia Tenggara lainnya. Lahan proyek di Vietnam dikuasai Singapura dengan 2.266 proyek atau setara USD49,16 miliar.
Berdasarkan data dari Kedutaan Besar RI (KBRI) Hanoi, jumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal dan bekerja di Hanoi dan sekitarnya sekitar 309 orang pada Februari 2019. Total WNI yang tinggal dan bekerja di Vietnam diperkirakan mencapai lebih dari 950 orang pada tahun ini.
Indonesia dan Vietnam memulai hubungan diplomatik sejak 1955. Saat itu Indonesia membuka Konsulat RI di Hanoi, Vietnam Utara, dan Saigon, Vietnam Selatan. Namun, akibat keberpihakan Indonesia terhadap Vietnam Utara, Vietnam Selatan memutus hubungan dengan Indonesia.
Hubungan Indonesia dan Vietnam kembali normal dua tahun sebelum Vietnam Utara dan Vietnam Selatan bersatu pada 1973. Kedua negara kembali menempatkan Duta Besar (Dubes) masing-masing di Jakarta dan Hanoi. Indonesia bahkan membuka Konsulat Jenderal di Ho Chi Minh.
Memasuki abad ke-20, hubungan Indonesia dan Vietnam kian menguat, baik dalam kerangka bilateral, regional, ataupun multilateral. Pada 2003 kedua negara menandatangani Deklarasi Kemitraan Komprehensif sebelum ditingkatkan menjadi kemitraan strategis satu dekade berikutnya.
Sejak ditandatanganinya Plan of Action (PoA) pada 2014, Indonesia dan Vietnam bertekad menekan kerja sama di bidang politik, pertahanan keamanan, anti-korupsi, ekonomi, investasi, pertanian, kehutanan, perikanan, pariwisata, transportasi, energi, IT, IPTEK, pendidikan, dan kesehatan.
(don)