Soal Serangan Kilang Minyak, Israel Nilai Intelijen Saudi Memalukan
A
A
A
TEL AVIV - Serangan dahsyat terhadap kilang minyak di Arab Saudi menjadi perhatian serius di kalangan pemerintah dan intelijen Israel. Bagi intelijen Zionis, serangan itu membuktikan intelijen Riyadh gagal total dan memalukan karena tidak tahun soal rencana serangan tersebut.
Intelijen Israel tetap percaya bahwa Iran berada di belakang serangan terhadap kilang minyak Saudi Aramco di Abqaiq dan Khurais pada 14 September lalu.
Kabinet pertahanan Israel telah dipanggil untuk pertemuan darurat pada 6 Oktober untuk diberi pengarahan oleh kepala Mossad dan para ahli lain tentang serangan Iran dan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan Israel untuk bersiap-siap menghadapi potensi serangan serupa.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada kabinet pertahanan bahwa Israel akan membutuhkan dana miliaran untuk mengembangkan sistem pertahanan terhadap arsenal rudal jelajah Iran yang terus bertambah.
Sumber-sumber Israel mengatakan Saudi tidak memiliki petunjuk tentang sesuatu yang mungkin terjadi. "Tampaknya orang Amerika juga dalam kegelapan, yang sangat mengkhawatirkan. Penyebab kekhawatiran yang lebih besar adalah jika Washington tahu dan tidak berbagi data tepat waktu dengan Saudi," kata salah satu sumber intelijen Israel seperti dikutip Breaking Defense, Rabu (9/10/2019).
Para ahli yang berbicara kepada Breaking Defense dengan syarat anonim mengatakan bahwa ada dua fakta dasar yang membuat serangan ini dituduhkan pada Iran. Pertama, jangkauan senjata Iran mencapai 650 kilometer. Kedua, sistem senjata dipilih dengan cermat—rudal jelajah dan sistem senjata yang berkeliaran—dan target dipilih menggunakan data intelijen yang sangat akurat.
Sistem senjata itu termasuk tujuh rudal jelajah Qudas 1 yang ditenagai oleh mesin jet buatan Iran yang berasal dari mesin Ceko. Juga, Iran menggunakan delapan senjata berkeliaran atau pesawat nirawak (drone) yang dikembangkan di Iran berdasarkan teknologi yang diperoleh di negara lain.
Untuk sementara, metode penargetan belum diketahui. Para ahli Israel fokus pada keakuratan sistem senjata yang menghantam tepat pada sasaran.
Para ahli menambahkan bahwa sistem senjata diluncurkan baik dari Iran tenggara atau pun oleh sekutu Iran di Irak.
"Hal yang luar biasa terkait dengan penggunaan rudal ini atau salinannya adalah chutzpah Iran. Ini dapat dijelaskan hanya dengan cara AS menangani situasi nuklir di Korea Utara dan Iran," kata Aahron Zeevi Farkash, mantan kepala intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
"Orang-orang Iran adalah pembelajar cepat dan mereka mengerti bahwa tidak akan terjadi apa-apa jika mereka menggunakan rudal jelajah dan unmanned aircraft systems (UAS) terhadap instalasi minyak Saudi," lanjut Farkash.
Dia mengatakan kepada Breaking Defense bahwa AS dan Arab Saudi tahu Iran telah membeli rudal jelajah.
AS sejak itu telah mengirim baterai peluncur rudal Patriot, 200 tentara tambahan, dan empat radar Sentinel 360 derajat ke Arab Saudi untuk memperkuat pertahanan udara Riyadh.
Pemeriksaan puing rudal jelajah yang menyerang kilang minyak Arab Saudi memungkinkan para ahli untuk mengidentifikasi rudal tersebut jenis "Soumar" atau "Hoveyzeh" buatan Rusia yang dimiliki Iran.
Pada 2001 Iran membeli sedikitnya 12 rudal jelajah KH-55 buatan Rusia dari Ukraina. Soumar, diresmikan oleh Iran pada tahun 2015, yang memiliki jangkauan 440 mil. Pada awal 2019, Iran meluncurkan Hoveyzeh, yang memiliki jarak tempuh 800 mil.
Intelijen Israel tetap percaya bahwa Iran berada di belakang serangan terhadap kilang minyak Saudi Aramco di Abqaiq dan Khurais pada 14 September lalu.
Kabinet pertahanan Israel telah dipanggil untuk pertemuan darurat pada 6 Oktober untuk diberi pengarahan oleh kepala Mossad dan para ahli lain tentang serangan Iran dan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan Israel untuk bersiap-siap menghadapi potensi serangan serupa.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada kabinet pertahanan bahwa Israel akan membutuhkan dana miliaran untuk mengembangkan sistem pertahanan terhadap arsenal rudal jelajah Iran yang terus bertambah.
Sumber-sumber Israel mengatakan Saudi tidak memiliki petunjuk tentang sesuatu yang mungkin terjadi. "Tampaknya orang Amerika juga dalam kegelapan, yang sangat mengkhawatirkan. Penyebab kekhawatiran yang lebih besar adalah jika Washington tahu dan tidak berbagi data tepat waktu dengan Saudi," kata salah satu sumber intelijen Israel seperti dikutip Breaking Defense, Rabu (9/10/2019).
Para ahli yang berbicara kepada Breaking Defense dengan syarat anonim mengatakan bahwa ada dua fakta dasar yang membuat serangan ini dituduhkan pada Iran. Pertama, jangkauan senjata Iran mencapai 650 kilometer. Kedua, sistem senjata dipilih dengan cermat—rudal jelajah dan sistem senjata yang berkeliaran—dan target dipilih menggunakan data intelijen yang sangat akurat.
Sistem senjata itu termasuk tujuh rudal jelajah Qudas 1 yang ditenagai oleh mesin jet buatan Iran yang berasal dari mesin Ceko. Juga, Iran menggunakan delapan senjata berkeliaran atau pesawat nirawak (drone) yang dikembangkan di Iran berdasarkan teknologi yang diperoleh di negara lain.
Untuk sementara, metode penargetan belum diketahui. Para ahli Israel fokus pada keakuratan sistem senjata yang menghantam tepat pada sasaran.
Para ahli menambahkan bahwa sistem senjata diluncurkan baik dari Iran tenggara atau pun oleh sekutu Iran di Irak.
"Hal yang luar biasa terkait dengan penggunaan rudal ini atau salinannya adalah chutzpah Iran. Ini dapat dijelaskan hanya dengan cara AS menangani situasi nuklir di Korea Utara dan Iran," kata Aahron Zeevi Farkash, mantan kepala intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
"Orang-orang Iran adalah pembelajar cepat dan mereka mengerti bahwa tidak akan terjadi apa-apa jika mereka menggunakan rudal jelajah dan unmanned aircraft systems (UAS) terhadap instalasi minyak Saudi," lanjut Farkash.
Dia mengatakan kepada Breaking Defense bahwa AS dan Arab Saudi tahu Iran telah membeli rudal jelajah.
AS sejak itu telah mengirim baterai peluncur rudal Patriot, 200 tentara tambahan, dan empat radar Sentinel 360 derajat ke Arab Saudi untuk memperkuat pertahanan udara Riyadh.
Pemeriksaan puing rudal jelajah yang menyerang kilang minyak Arab Saudi memungkinkan para ahli untuk mengidentifikasi rudal tersebut jenis "Soumar" atau "Hoveyzeh" buatan Rusia yang dimiliki Iran.
Pada 2001 Iran membeli sedikitnya 12 rudal jelajah KH-55 buatan Rusia dari Ukraina. Soumar, diresmikan oleh Iran pada tahun 2015, yang memiliki jangkauan 440 mil. Pada awal 2019, Iran meluncurkan Hoveyzeh, yang memiliki jarak tempuh 800 mil.
(mas)