Kelompok Peretas Iran Coba Bobol Situs Kampanye Trump

Sabtu, 05 Oktober 2019 - 11:29 WIB
Kelompok Peretas Iran...
Kelompok Peretas Iran Coba Bobol Situs Kampanye Trump
A A A
WASHINGTON - Sebuah kelompok peretas yang terkait dengan pemerintah Iran berusaha untuk membobol situs kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Namun upaya itu berujung pada kegagalan.

Microsoft Corp sebelumnya mengatakan dalam sebuah postingan bahwa mereka menemukan aktivitas siber "signifikan" oleh kelompok yang saat ini juga menargetkan pejabat dan mantan pejabat pemerintah AS, wartawan yang meliput politik global dan warga Iran terkemuka yang tinggal di luar.

Dalam periode 30 hari antara Agustus dan September, grup yang dijuluki "Phosphorous" oleh Microsoft, melakukan lebih dari 2.700 upaya untuk mengidentifikasi akun email konsumen milik pelanggan tertentu dan kemudian menyerang 241 akun tersebut.

“Empat akun di-compromise sebagai hasil dari upaya ini; keempat akun ini tidak terkait dengan kampanye presiden AS atau pejabat pemerintah saat ini dan mantan AS," bunyi postingan di blog itu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (5/10/2019).

Posting blog Microsoft itu tidak mengidentifikasi kampanye pemilu yang jaringannya menjadi target para peretas, tetapi sumber mengatakan kepada Reuters bahwa target itu adalah kampanye terpilihnya kembali Trump.

Terkait hal ini Direktur Divisi Keamanan Pemilu Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (CISA), Chris Krebs mengatakan, ia telah mengetahui laporan Microsoft.

"Lebih banyak bukti bahwa musuh kita ingin merusak institusi demokrasi kita," kata Krebs dalam sebuah pernyataan.

Pemerintah Iran tidak mengeluarkan pernyataan melalui media yang dikelola pemerintah terkait laporan Microsoft ini.

Peretasan untuk ikut campur dalam pemilu telah menjadi perhatian bagi pemerintah, terutama sejak badan intelijen AS menyimpulkan bahwa Rusia menjalankan operasi peretasan dan propaganda untuk mengganggu proses demokrasi Amerika pada 2016 untuk membantu pencalonan Trump saat itu menjadi presiden. Namun Moskow membantah campur tangan.

Ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat sejak Mei 2018, ketika Trump menarik diri dari perjanjian nuklir internasional 2015 dengan Teheran yang membatasi program nuklirnya dengan imbalan pelonggaran sanksi. Trump sejak itu mengembalikan sanksi AS, meningkatkan tekanan pada ekonomi Iran, termasuk perdagangan minyaknya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1080 seconds (0.1#10.140)