Cerita Memalukan 2 Pasukan Khusus AS Tewas Tenggelam saat Sergap Kapal Houthi
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Petinggi Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengonformasi insiden fatal dua personel pasukan khusus Navy SEAL dalam menyergap kapal pembawa senjata kelompok Houthi Yaman. Dua personelitu tewas tenggelam karena kelebihan beban yang dibawa.
Insiden yang diungkap media-media Amerika sebagai momen memalukan bagi Navy SEAL ini terjadi awal tahun ini, namun baru dikonfirmasi petinggi Angkatan Laut AS Wakil Laksamana George M Wikoff pekan ini.
“Insiden ini, yang ditandai dengan masalah sistemik, dapat dicegah," kata Wikoff tentang operasi “penyergapan kompleks” yang berupaya menghentikan pengiriman senjata kepada milisi Houthi di Yaman, seperti dikutip Sputnik, Minggu (13/10/2024).
Insiden tersebut terjadi di lepas pantai Somalia awal tahun ini saat Amerika Serikat berjuang untuk merespons blokade kelompok bersenjata itu di Laut Merah—yang dinyatakan sebagai respons atas operasi militer Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Navy SEAL berusaha menegakkan blokade Amerika Serikat terhadap peralatan tempur yang dikirim ke kelompok perlawanan bersenjata itu ketika mereka mencoba menaiki kapal tersebut selama operasi malam hari pada bulan Januari.
Dua personel Navy SEAL—salah satunya membawa peralatan seberat 48 pon dan yang lainnya membawa perlengkapan seberat 80 pon—tenggelam karena berat peralatan mereka yang menyebabkan perangkat pengapung gagal digunakan.
Kepala Operator Perang Khusus Christopher Chambers terpeleset saat mencoba meraih pagar kapal dan terseret ombak setelah jatuh sembilan kaki ke laut di bawahnya.
Sedangkan Operator Perang Khusus Kelas 1 Nathan Gage Ingram, yang dibebani dengan perlengkapan yang lebih berat, melompat untuk mencoba membantu Chambers tetapi juga tenggelam, menurut laporan Angkatan Laut Amerika.
"Melihat rekan setimnya berjuang, [Ingram] melompat ke air untuk memberikan bantuan [kepada Chambers]," bunyi laporan Angkatan Laut tentang insiden tersebut.
"Terbebani oleh berat perlengkapan masing-masing individu, baik kemampuan fisik maupun perangkat pengapungan tambahan darurat, jika diaktifkan, tidak cukup untuk menahan mereka di permukaan,” lanjut laporan itu.
Insiden yang diungkap media-media Amerika sebagai momen memalukan bagi Navy SEAL ini terjadi awal tahun ini, namun baru dikonfirmasi petinggi Angkatan Laut AS Wakil Laksamana George M Wikoff pekan ini.
“Insiden ini, yang ditandai dengan masalah sistemik, dapat dicegah," kata Wikoff tentang operasi “penyergapan kompleks” yang berupaya menghentikan pengiriman senjata kepada milisi Houthi di Yaman, seperti dikutip Sputnik, Minggu (13/10/2024).
Insiden tersebut terjadi di lepas pantai Somalia awal tahun ini saat Amerika Serikat berjuang untuk merespons blokade kelompok bersenjata itu di Laut Merah—yang dinyatakan sebagai respons atas operasi militer Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Navy SEAL berusaha menegakkan blokade Amerika Serikat terhadap peralatan tempur yang dikirim ke kelompok perlawanan bersenjata itu ketika mereka mencoba menaiki kapal tersebut selama operasi malam hari pada bulan Januari.
Dua personel Navy SEAL—salah satunya membawa peralatan seberat 48 pon dan yang lainnya membawa perlengkapan seberat 80 pon—tenggelam karena berat peralatan mereka yang menyebabkan perangkat pengapung gagal digunakan.
Kepala Operator Perang Khusus Christopher Chambers terpeleset saat mencoba meraih pagar kapal dan terseret ombak setelah jatuh sembilan kaki ke laut di bawahnya.
Sedangkan Operator Perang Khusus Kelas 1 Nathan Gage Ingram, yang dibebani dengan perlengkapan yang lebih berat, melompat untuk mencoba membantu Chambers tetapi juga tenggelam, menurut laporan Angkatan Laut Amerika.
"Melihat rekan setimnya berjuang, [Ingram] melompat ke air untuk memberikan bantuan [kepada Chambers]," bunyi laporan Angkatan Laut tentang insiden tersebut.
"Terbebani oleh berat perlengkapan masing-masing individu, baik kemampuan fisik maupun perangkat pengapungan tambahan darurat, jika diaktifkan, tidak cukup untuk menahan mereka di permukaan,” lanjut laporan itu.