MBS Akan Normalkan Hubungan Saudi-Israel jika AS Bantu Kalahkan Iran
A
A
A
WASHINGTON - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman (MBS) bersedia untuk mengakui Israel dan menormalkan hubungan Saudi dengan negara Yahudi itu. Syaratnya, Amerika Serikat (AS) haru membantunya mengalahkan Iran dan mengambil kendali atas Timur Tengah.
Pernyataan-pernyataan MBS itu terungkap dalam film dokumenter yang disajikan oleh channel PBS, pada hari Sabtu pekan lalu dalam program televisi, Frontline. Pernyataan itu sejatinya dibuat oleh MBS saat dia bertemu Presiden AS Donald Trump selama pemimpin Amerika itu berkunjung ke Riyadh pada Mei 2017.
Martin Smith, presenter film dokumenter berjudul The Crown Prince, mengatakan bahwa Mohammed bin Salman ingin Trump memastikan bantuan Amerika Serikat dalam mengalahkan Iran sambil mendukung ambisi sang pangeran untuk menjadi pemain kunci di Timur Tengah.
Sebagai imbalannya, Mohammed bin Salman berjanji untuk membantu Trump dan menantunya, Jared Kushner, menyelesaikan konflik Palestina-Israel, yang dalam kata-kata Smith, merupakan inti dari apa yang kemudian menjadi proposal perdamaian Israel-Palestina bentukan AS yang lebih dikenal dengan sebutan "Kesepakatan Abad Ini".
Film dokumenter itu juga menampilkan analis militer Washington Post, David Ignatius yang mengutip pernyataan Putra Mahkota Arab Saudi. "Saya melihat Timur Tengah di mana Israel menjadi bagian darinya...Saya siap untuk mengakui dan memiliki hubungan dagang dengan Israel," kata Ignatius menirukan pernyataan MBS.
"Proposal Mohammed bin Salman menggoda pemerintah AS dan menjadi fokus dari rencana yang terus didukung Kushner," lanjut dia, yang dilansir Middle East Monitor, Senin (30/9/2019).
Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik secara resmi, meski para pejabat Zionis kerap terang-terangan ada kontak rahasia kedua pihak. Kebijakan resmi Saudi sendiri hingga saat ini tidak mengakui Israel sebagai negara selama Palestina belum menjadi negara merdeka.
Juni lalu, seorang diplomat Arab Saudi mengatakan kepada Globes bahwa normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel hanya "masalah waktu". Diplomat yang berbicara dalam kondisi anonim itu mengakui keberadaan hubungan rahasia Israel-Saudi dan Riyadh menggunakan teknologi Tel Aviv.
Menteri Negara Arab Saudi untuk Urusan Luar Negeri, Adel Al-Jubeir, mengatakan bahwa negaranya "tidak akrab" dengan perincian rencana AS untuk menyelesaikan masalah Palestina, yang dikenal sebagai "Kesepakatan Abad Ini". Kendati demikian, dia mengindikasikan bahwa Kesepakatan itu memiliki satu keuntungan signifikan, karena itu mencakup strategi ekonomi yang inklusif untuk pengembangan seluruh wilayah, terutama Palestina.
Al-Jubeir menyatakan kesiapan negaranya untuk menginvestasikan uang dalam jumlah besar dalam kesepakatan."Yang Palestina tidak impikan untuk mendapatkannya sebelumnya," ujarnya.
Dengan demikian, ia mempromosikan berbagai godaan yang diajukan oleh AS, seperti klaim bahwa uang itu akan mencapai "kemerdekaan sejati" , pendidikan yang baik, dan sektor kesehatan dan industri swasembada untuk Palestina.
Pernyataan-pernyataan MBS itu terungkap dalam film dokumenter yang disajikan oleh channel PBS, pada hari Sabtu pekan lalu dalam program televisi, Frontline. Pernyataan itu sejatinya dibuat oleh MBS saat dia bertemu Presiden AS Donald Trump selama pemimpin Amerika itu berkunjung ke Riyadh pada Mei 2017.
Martin Smith, presenter film dokumenter berjudul The Crown Prince, mengatakan bahwa Mohammed bin Salman ingin Trump memastikan bantuan Amerika Serikat dalam mengalahkan Iran sambil mendukung ambisi sang pangeran untuk menjadi pemain kunci di Timur Tengah.
Sebagai imbalannya, Mohammed bin Salman berjanji untuk membantu Trump dan menantunya, Jared Kushner, menyelesaikan konflik Palestina-Israel, yang dalam kata-kata Smith, merupakan inti dari apa yang kemudian menjadi proposal perdamaian Israel-Palestina bentukan AS yang lebih dikenal dengan sebutan "Kesepakatan Abad Ini".
Film dokumenter itu juga menampilkan analis militer Washington Post, David Ignatius yang mengutip pernyataan Putra Mahkota Arab Saudi. "Saya melihat Timur Tengah di mana Israel menjadi bagian darinya...Saya siap untuk mengakui dan memiliki hubungan dagang dengan Israel," kata Ignatius menirukan pernyataan MBS.
"Proposal Mohammed bin Salman menggoda pemerintah AS dan menjadi fokus dari rencana yang terus didukung Kushner," lanjut dia, yang dilansir Middle East Monitor, Senin (30/9/2019).
Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik secara resmi, meski para pejabat Zionis kerap terang-terangan ada kontak rahasia kedua pihak. Kebijakan resmi Saudi sendiri hingga saat ini tidak mengakui Israel sebagai negara selama Palestina belum menjadi negara merdeka.
Juni lalu, seorang diplomat Arab Saudi mengatakan kepada Globes bahwa normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel hanya "masalah waktu". Diplomat yang berbicara dalam kondisi anonim itu mengakui keberadaan hubungan rahasia Israel-Saudi dan Riyadh menggunakan teknologi Tel Aviv.
Menteri Negara Arab Saudi untuk Urusan Luar Negeri, Adel Al-Jubeir, mengatakan bahwa negaranya "tidak akrab" dengan perincian rencana AS untuk menyelesaikan masalah Palestina, yang dikenal sebagai "Kesepakatan Abad Ini". Kendati demikian, dia mengindikasikan bahwa Kesepakatan itu memiliki satu keuntungan signifikan, karena itu mencakup strategi ekonomi yang inklusif untuk pengembangan seluruh wilayah, terutama Palestina.
Al-Jubeir menyatakan kesiapan negaranya untuk menginvestasikan uang dalam jumlah besar dalam kesepakatan."Yang Palestina tidak impikan untuk mendapatkannya sebelumnya," ujarnya.
Dengan demikian, ia mempromosikan berbagai godaan yang diajukan oleh AS, seperti klaim bahwa uang itu akan mencapai "kemerdekaan sejati" , pendidikan yang baik, dan sektor kesehatan dan industri swasembada untuk Palestina.
(mas)