Khamanei Sebut Eropa Tidak Dapat Dipercaya dan AS Setan
A
A
A
TEHERAN - Pemimpin spiritual tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khemenei mengecam pemerintah Eropa yang tidak bersahabat dan 'setan' Amerika Serikat (AS) telah bersekutu melawan Teheran dan karenanya tidak boleh dipercaya.
"Dalam Al-Quran, Tuhan memperkenalkan cara untuk mengalahkan orang-orang kafir dan Setan dengan mengandalkan-Nya. Hari ini juga, ketika seseorang melihat bahwa musuh, Setan, pemerintah AS dan pemerintah Eropa yang jahat telah berbaris bersama melawan Iran, itu meningkatkan iman pada kebenaran kita," kata Khamenei pada kongres ketujuh dari putaran kelima Majelis Ahli tentang Kepemimpinan seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (27/9/2019).
Khamenei kemudian mendesak para pejabat negaranya untuk menghindari mengandalkan kepala negara-negara Eropa, karena beberapa dari mereka secara terbuka mengibarkan bendera permusuhan terhadap Iran dan Republik Islam. Ia juga berpendapat bahwa meskipun berbeda dengan Washington dalam hal kemampuan, permusuhan dari beberapa negara Eropa terhadap Iran serupa dengan AS karena mereka memiliki mentalitas yang sama.
Khamenei mencatat bahwa meskipun ada upaya oleh para pemimpin Eropa untuk bertindak sebagai mediator, mereka tidak mungkin melakukan apa pun untuk Iran di masa depan. Penilaian itu berdasarkan dari kepatuhan Eropa terhadap sanksi AS terhadap Teheran.
"Setelah menandatangani JCPOA, beberapa pejabat Eropa mengunjungi Iran", kata Khamenei, merujuk pada perjanjian nuklir Iran yang dicapai di Wina pada tahun 2015.
"Mereka bertemu dengan saya juga. Saya mengatakan kepada mereka, 'Kunjungan-kunjungan ini saja tidak berguna. Anda harus buktikan kejujuran Anda dalam tindakan'. Mereka tidak menindaklanjutinya dan menyatakan kepatuhan terhadap sanksi sekunder AS yang kejam. Tidak ada harapan di dalamnya," tuturnya.
Komentar itu muncul setelah Washington menerapkan putaran baru sanksi ekonomi terhadap Bank Sentral Iran dan dana kekayaan berdaulat pada 20 September lalu. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berpendapat bahwa langkah tersebut bertujuan untuk memotong "semua sumber dana ke Iran".
Tindakan itu terkait dengan serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco, yang disalahkan oleh AS dan negara-negara besar Eropa kepada Teheran, kendati kelompok Houthi Yaman mengambil tanggung jawab atas insiden itu. Iran pun berulang kali menyangkal keterlibatannya.
Pada hari Rabu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan dalam pidatonya di Sidang Umum PBB bahwa satu-satunya cara Teheran akan melakukan negosiasi dengan Washington adalah jika ia kembali ke JCPOA dan berhenti menjatuhkan sanksi terhadap negara tersebut.
Pada Mei 2018, Amerika Serikat keluar dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), yang juga dikenal sebagai perjanjian nuklir Iran, dan menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran. Langkah ini diikuti oleh langkah oleh negara-negara Uni Eropa (UE) untuk mendirikan INSTEX (Instrumen untuk Mendukung Pertukaran Perdagangan) untuk memudahkan perdagangan non-dolar dengan Teheran dalam upaya menyelamatkan JCPOA, dan menyetujui untuk menyumbang USD15 miliar untuk mekanisme dana.
"Dalam Al-Quran, Tuhan memperkenalkan cara untuk mengalahkan orang-orang kafir dan Setan dengan mengandalkan-Nya. Hari ini juga, ketika seseorang melihat bahwa musuh, Setan, pemerintah AS dan pemerintah Eropa yang jahat telah berbaris bersama melawan Iran, itu meningkatkan iman pada kebenaran kita," kata Khamenei pada kongres ketujuh dari putaran kelima Majelis Ahli tentang Kepemimpinan seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (27/9/2019).
Khamenei kemudian mendesak para pejabat negaranya untuk menghindari mengandalkan kepala negara-negara Eropa, karena beberapa dari mereka secara terbuka mengibarkan bendera permusuhan terhadap Iran dan Republik Islam. Ia juga berpendapat bahwa meskipun berbeda dengan Washington dalam hal kemampuan, permusuhan dari beberapa negara Eropa terhadap Iran serupa dengan AS karena mereka memiliki mentalitas yang sama.
Khamenei mencatat bahwa meskipun ada upaya oleh para pemimpin Eropa untuk bertindak sebagai mediator, mereka tidak mungkin melakukan apa pun untuk Iran di masa depan. Penilaian itu berdasarkan dari kepatuhan Eropa terhadap sanksi AS terhadap Teheran.
"Setelah menandatangani JCPOA, beberapa pejabat Eropa mengunjungi Iran", kata Khamenei, merujuk pada perjanjian nuklir Iran yang dicapai di Wina pada tahun 2015.
"Mereka bertemu dengan saya juga. Saya mengatakan kepada mereka, 'Kunjungan-kunjungan ini saja tidak berguna. Anda harus buktikan kejujuran Anda dalam tindakan'. Mereka tidak menindaklanjutinya dan menyatakan kepatuhan terhadap sanksi sekunder AS yang kejam. Tidak ada harapan di dalamnya," tuturnya.
Komentar itu muncul setelah Washington menerapkan putaran baru sanksi ekonomi terhadap Bank Sentral Iran dan dana kekayaan berdaulat pada 20 September lalu. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berpendapat bahwa langkah tersebut bertujuan untuk memotong "semua sumber dana ke Iran".
Tindakan itu terkait dengan serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco, yang disalahkan oleh AS dan negara-negara besar Eropa kepada Teheran, kendati kelompok Houthi Yaman mengambil tanggung jawab atas insiden itu. Iran pun berulang kali menyangkal keterlibatannya.
Pada hari Rabu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan dalam pidatonya di Sidang Umum PBB bahwa satu-satunya cara Teheran akan melakukan negosiasi dengan Washington adalah jika ia kembali ke JCPOA dan berhenti menjatuhkan sanksi terhadap negara tersebut.
Pada Mei 2018, Amerika Serikat keluar dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), yang juga dikenal sebagai perjanjian nuklir Iran, dan menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran. Langkah ini diikuti oleh langkah oleh negara-negara Uni Eropa (UE) untuk mendirikan INSTEX (Instrumen untuk Mendukung Pertukaran Perdagangan) untuk memudahkan perdagangan non-dolar dengan Teheran dalam upaya menyelamatkan JCPOA, dan menyetujui untuk menyumbang USD15 miliar untuk mekanisme dana.
(ian)