Senator Haiti Umbar Tembakan terhadap Demonstran Penyerbu DPR
A
A
A
PORT-AU-PRINCE - Seorang senator Haiti bertindak layaknya koboi. Dia mengumbar tembakan dengan pistol ke arah demonstran yang menyerbu kompleks gedung Parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Aksi koboinya untuk membubarkan demonstran pada Senin pagi waktu setempat menyebabkan seorang jurnalis foto terluka akibat terkena pecahan peluru.
Senator Jean-Marie Ralph Fethiere, anggota partai yang berkuasa di Haiti, mengklaim aksinya untuk membela diri setelah pengunjuk rasa pro-oposisi menyerbu gedung Parlemen di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, untuk mengganggu rapat Senat.
"Saya membela diri saya. Pertahanan yang sah adalah hak suci," kata Fethiere kepada media setempat. Dia mengaku tidak tahu jika seorang jurnalis terluka akibat tembakannya.
Menurut seorang wartawan AFP, fotografer yang bekerja untuk The Associated Press itu menderita cedera kecil di rahangnya akibat pecahan peluru. Fotografer, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, masih sadar tapi tampak kaget. Dia kini dirawat di rumah sakit.
Perdana Menteri Fritz-William Michel, yang diangkat pada akhir Juli lalu, akan muncul bersama para menterinya di Senat untuk meratifikasi kebijakan umum. Itu merupakan langkah penting untuk melantik pemerintahannya.
Sesi Senat ditunda tanpa batas waktu setelah insiden penembakan. Gara-gara insiden penembakan, Presiden Haiti Jovenel Moise membatalkan perjalanannya ke New York, tempat ia akan berpartisipasi dalam sidang Majelis Umum PBB.
Pada hari Senin, ratusan demonstran membanjiri jalan-jalan ibu kota untuk mengekspresikan rasa frustrasi mereka terhadap Moise. Demonstran mendirikan barikade di sepanjang jalan.
"Kami tidak ingin mendengar tentang meratifikasi perdana menteri. Kami tidak memiliki masalah (dengan) pemerintah, tetapi masalahnya presiden; Jovenel Moise tidak kompeten," kata Didier Benel, seorang demonstran yang berdiri di antara kerumunan massa yang rata-rata memakai topeng.
"Dia tidak bisa memimpin dan, karena itu, kesengsaraan kita jauh lebih besar," ujarnya, seperti dikutip AFP, Selasa (24/9/2019).
Para pengunjuk rasa menghancurkan etalase dan jendela mobil ketika mereka melintasi lingkungan komersial ibu kota. Setidaknya dua kendaraan dibakar.
Pada satu titik, para demonstran bentrok dengan pihak berwenang di luar sebuah hotel, di mana para anggota parlemen dikabarkan melakukan pertemuan palsu. Toko terdekat juga dibakar.
Aksi koboinya untuk membubarkan demonstran pada Senin pagi waktu setempat menyebabkan seorang jurnalis foto terluka akibat terkena pecahan peluru.
Senator Jean-Marie Ralph Fethiere, anggota partai yang berkuasa di Haiti, mengklaim aksinya untuk membela diri setelah pengunjuk rasa pro-oposisi menyerbu gedung Parlemen di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, untuk mengganggu rapat Senat.
"Saya membela diri saya. Pertahanan yang sah adalah hak suci," kata Fethiere kepada media setempat. Dia mengaku tidak tahu jika seorang jurnalis terluka akibat tembakannya.
Menurut seorang wartawan AFP, fotografer yang bekerja untuk The Associated Press itu menderita cedera kecil di rahangnya akibat pecahan peluru. Fotografer, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, masih sadar tapi tampak kaget. Dia kini dirawat di rumah sakit.
Perdana Menteri Fritz-William Michel, yang diangkat pada akhir Juli lalu, akan muncul bersama para menterinya di Senat untuk meratifikasi kebijakan umum. Itu merupakan langkah penting untuk melantik pemerintahannya.
Sesi Senat ditunda tanpa batas waktu setelah insiden penembakan. Gara-gara insiden penembakan, Presiden Haiti Jovenel Moise membatalkan perjalanannya ke New York, tempat ia akan berpartisipasi dalam sidang Majelis Umum PBB.
Pada hari Senin, ratusan demonstran membanjiri jalan-jalan ibu kota untuk mengekspresikan rasa frustrasi mereka terhadap Moise. Demonstran mendirikan barikade di sepanjang jalan.
"Kami tidak ingin mendengar tentang meratifikasi perdana menteri. Kami tidak memiliki masalah (dengan) pemerintah, tetapi masalahnya presiden; Jovenel Moise tidak kompeten," kata Didier Benel, seorang demonstran yang berdiri di antara kerumunan massa yang rata-rata memakai topeng.
"Dia tidak bisa memimpin dan, karena itu, kesengsaraan kita jauh lebih besar," ujarnya, seperti dikutip AFP, Selasa (24/9/2019).
Para pengunjuk rasa menghancurkan etalase dan jendela mobil ketika mereka melintasi lingkungan komersial ibu kota. Setidaknya dua kendaraan dibakar.
Pada satu titik, para demonstran bentrok dengan pihak berwenang di luar sebuah hotel, di mana para anggota parlemen dikabarkan melakukan pertemuan palsu. Toko terdekat juga dibakar.
(mas)