Diburu AS, Kapal Tanker Minyak Iran Dekati Pelabuhan Suriah
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah kapal tanker minyak Iran yang sedang diburu oleh Amerika Serikat (AS) telah berada di dekat sebuah pelabuhan di Suriah. Citra satelit mengungkap keberadaan kapal bernama Grace 1 atau Adrian Darya-1 itu.
Adrian Darya-1 membawa 2,1 juta barel minyak mentah senilai sekitar USD130 juta. Kapal itu diburu Washington sebagai tindak lanjut dari sanksi AS yang menargetkan industri energi Iran.
Kapal tanker minyak raksasa itu pernah ditahan Marinir Kerajaan Inggris dan pasukan Gibraltar di peraian Gibraltar pada Juli lalu setelah dicurigai akan membawa minyak ke Suriah. Memasok minyak ke Damaskus merupakan pelanggaran sanksi Uni Eropa yang dijatuhkan terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad.
Setelah proses negosiasi yang alot, kapal Grace 1 akhirnya dibebaskan otoritas berwenang Gibraltar. AS mencoba menekan Gibraltar untuk tidak membabaskan kapal tersebut, namun upaya itu gagal.
Sejak dilepaskan, keberadaan Grace 1 menjadi misteri karena kapal itu diduga kuat mematikan sistem lacaknya.
Foto-foto satelit, yang diperoleh The Associated Press dari Maxar Technologies pada Sabtu (8/9/2019) pagi, cocok dengan gambar hitam-putih yang sebelumnya diunggah Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton di Twitter.
"Siapa pun yang mengatakan bahwa Adrian Darya-1 tidak menuju ke Suriah akan terbantahkan," tulis Bolton.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan bahwa data intelijen menyatakan bahwa kapal tanker itu menuju ke Tartus, yang tidak jauh dari posisinya yang terakhir diketahui—45 mil laut (83km) di lepas pantai Lebanon dan Suriah.
Situs web pelacakan kapal, MarineTraffic.com, mengatakan bahwa kapal itu mematikan sistem identifikasi otomatisnya pada hari Senin.
Hilangnya jejak kapal Grace 1 mengikuti pola kapal tanker minyak Iran lainnya yang mematikan sistem pelacakan mereka dalam upaya untuk menyembunyikan di mana mereka mengirimkan kargonya di tengah upaya Amerika untuk menangkap mereka.
AS sebelumnya mengklaim kapal itu dimiliki oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, sebuah organisasi paramiliter yang hanya bertanggung jawab kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
"Teheran berpikir lebih penting untuk mendanai rezim Assad yang membunuh daripada menyediakan bagi rakyatnya sendiri. Kita bisa bicara, tetapi Iran tidak mendapatkan bantuan (keringanan) sanksi sampai negara itu berhenti berbohong dan menyebarkan teror!," lanjut Bolton, yang dikutip Sky News, Minggu (8/9/2019).
Washington belum lama ini menetapkan IRGC Iran sebagai organisasi teroris. Iran pun membalas dengan menetapkan predikat serupa terhadap Komando Pusat AS atau CENTCOM.
Adrian Darya-1 membawa 2,1 juta barel minyak mentah senilai sekitar USD130 juta. Kapal itu diburu Washington sebagai tindak lanjut dari sanksi AS yang menargetkan industri energi Iran.
Kapal tanker minyak raksasa itu pernah ditahan Marinir Kerajaan Inggris dan pasukan Gibraltar di peraian Gibraltar pada Juli lalu setelah dicurigai akan membawa minyak ke Suriah. Memasok minyak ke Damaskus merupakan pelanggaran sanksi Uni Eropa yang dijatuhkan terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad.
Setelah proses negosiasi yang alot, kapal Grace 1 akhirnya dibebaskan otoritas berwenang Gibraltar. AS mencoba menekan Gibraltar untuk tidak membabaskan kapal tersebut, namun upaya itu gagal.
Sejak dilepaskan, keberadaan Grace 1 menjadi misteri karena kapal itu diduga kuat mematikan sistem lacaknya.
Foto-foto satelit, yang diperoleh The Associated Press dari Maxar Technologies pada Sabtu (8/9/2019) pagi, cocok dengan gambar hitam-putih yang sebelumnya diunggah Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton di Twitter.
"Siapa pun yang mengatakan bahwa Adrian Darya-1 tidak menuju ke Suriah akan terbantahkan," tulis Bolton.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan bahwa data intelijen menyatakan bahwa kapal tanker itu menuju ke Tartus, yang tidak jauh dari posisinya yang terakhir diketahui—45 mil laut (83km) di lepas pantai Lebanon dan Suriah.
Situs web pelacakan kapal, MarineTraffic.com, mengatakan bahwa kapal itu mematikan sistem identifikasi otomatisnya pada hari Senin.
Hilangnya jejak kapal Grace 1 mengikuti pola kapal tanker minyak Iran lainnya yang mematikan sistem pelacakan mereka dalam upaya untuk menyembunyikan di mana mereka mengirimkan kargonya di tengah upaya Amerika untuk menangkap mereka.
AS sebelumnya mengklaim kapal itu dimiliki oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, sebuah organisasi paramiliter yang hanya bertanggung jawab kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
"Teheran berpikir lebih penting untuk mendanai rezim Assad yang membunuh daripada menyediakan bagi rakyatnya sendiri. Kita bisa bicara, tetapi Iran tidak mendapatkan bantuan (keringanan) sanksi sampai negara itu berhenti berbohong dan menyebarkan teror!," lanjut Bolton, yang dikutip Sky News, Minggu (8/9/2019).
Washington belum lama ini menetapkan IRGC Iran sebagai organisasi teroris. Iran pun membalas dengan menetapkan predikat serupa terhadap Komando Pusat AS atau CENTCOM.
(mas)