Setelah Badan Antariksa, AS Sanksi Jaringan Pengiriman Minyak Iran
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi kepada jaringan perusahaan, kapal dan individu yang memasok minyak dengan nilai ratusan juta dolar kepada Suriah karena dianggap melanggar sanksi negara itu. Menyebutnya sebagai jaringan "minyak untuk teror" AS menyebut pihak-pihak yang terlibat dalam pengiriman minyak Iran diarahkan oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) yang telah ditetapkan oleh AS sebagai kelompok teroris.
Departemen Keuangan AS mengatakan dalam sebuah pernyataan sebanyak 10 orang masuk dalam daftar hitam AS termasuk Rostam Qasemi, mantan menteri perminyakan Iran, dan putranya.
Yang juga terpukul akibat sanksi AS adalah anak-anak perusahaan India yang berminat pada Adrian Darya, kapal tanker Iran yang dicurigai membawa minyak ke Suriah. Kapal yang sebelumnya bernama Grace 1 ini sempat ditahan sebelum akhirnya dibebaskan oleh otoritas Gibralatar pada bulan Juli lalu.
Tindakan Departemen Pengendalian Aset Asing Departemen Keuangan ini membekukan semua aset milik entitas yang dikenakan sanksi yang ada di AS dan melarang warga atau perusahaan AS melakukan bisnis dengan mereka.
Para pejabat AS mengatakan bahwa Pasukan Quds, pasukan paramiliter dan spionase asing IRGC, dan Hizbullah, gerakan milisi Lebanon yang didukung Iran, mendapat untung secara finansial dari penjualan produk minyak dan minyak Iran, sebagian besar ke Suriah. Musim semi ini saja mereka mendapatkan untung lebih dari USD750 juta.
"Tindakan Departemen Keuangan terhadap jaringan perminyakan yang luas ini membuatnya sangat jelas bahwa mereka yang membeli minyak Iran secara langsung mendukung kelompok militan dan teroris Iran, IRGC-Pasukan Quds," kata Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dalam pernyataannya seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (5/9/2019).
Para pejabat AS mengatakan bahwa Pasukan Quds menggunakan jaringan untuk menyembunyikan keterlibatannya dalam penjualan minyak kepada pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad dan "aktor-aktor terlarang" tak dikenal lainnya serta sangat bergantung pada para pejabat Hizbullah dan front companies untuk menengahi kontrak.
Pasukan Quds dan Hizbullah telah menjadi pendukung utama Damaskus dalam perang saudara Suriah yang meletus pada 2011 melawan dekade kekuasaan keluarga Assad. Pasukan Quds dan Hizbullah berada di daftar organisasi teroris asing AS.
"Jaringan pengiriman minyak untuk teror yang luas ini menunjukkan betapa Teheran yang bergantung secara ekonomi pada IRGC-QF dan Hizbullah sebagai jalur kehidupan finansial," kata Sigal Mandaker, pejabat senior Departemen Keuangan yang mengawasi sanksi.
Sebelumnya pada hari Selasa, AS juga telah menjatuhkan sanksi pada tiga badan antariksa Iran, ketika Washington meningkatkan tekanan atas program nuklir Teheran.
Departemen Keuangan menargetkan Badan Antariksa Iran, Pusat Penelitian Antariksa Iran dan Lembaga Penelitian Astronautika, menurut sebuah pernyataan di situs webnya.
"Amerika Serikat tidak akan mengizinkan Iran untuk menggunakan program peluncuran luar angkasa sebagai penutup untuk memajukan program rudal balistiknya," kata Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan. (Baca juga: AS Tampar Badan Antariksa Iran dengan Sanksi )
AS terus mengintensifkan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran. Tujuannya adalah mendorong negara ke titik nol ekspor minyak Iran, sumber utama pendapatan negara itu. Kebijakan ini hampir pasti akan meningkatkan ketegangan yang meletus ketika Presiden Donald Trump menarik AS dari perjanjian internasional yang dirancang untuk menghentikan Teheran dari memproduksi senjata nuklir pada tahun lalu.
Iran sendiri secara bertahap telah mengurangi kepatuhannya dengan perjanjian 2015. Teheran berupaya menekan negara-negara Eropa untuk mengkompensasinya atas jatuhnya perekonomian Iran akibat sanksi AS.
Departemen Keuangan AS mengatakan dalam sebuah pernyataan sebanyak 10 orang masuk dalam daftar hitam AS termasuk Rostam Qasemi, mantan menteri perminyakan Iran, dan putranya.
Yang juga terpukul akibat sanksi AS adalah anak-anak perusahaan India yang berminat pada Adrian Darya, kapal tanker Iran yang dicurigai membawa minyak ke Suriah. Kapal yang sebelumnya bernama Grace 1 ini sempat ditahan sebelum akhirnya dibebaskan oleh otoritas Gibralatar pada bulan Juli lalu.
Tindakan Departemen Pengendalian Aset Asing Departemen Keuangan ini membekukan semua aset milik entitas yang dikenakan sanksi yang ada di AS dan melarang warga atau perusahaan AS melakukan bisnis dengan mereka.
Para pejabat AS mengatakan bahwa Pasukan Quds, pasukan paramiliter dan spionase asing IRGC, dan Hizbullah, gerakan milisi Lebanon yang didukung Iran, mendapat untung secara finansial dari penjualan produk minyak dan minyak Iran, sebagian besar ke Suriah. Musim semi ini saja mereka mendapatkan untung lebih dari USD750 juta.
"Tindakan Departemen Keuangan terhadap jaringan perminyakan yang luas ini membuatnya sangat jelas bahwa mereka yang membeli minyak Iran secara langsung mendukung kelompok militan dan teroris Iran, IRGC-Pasukan Quds," kata Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dalam pernyataannya seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (5/9/2019).
Para pejabat AS mengatakan bahwa Pasukan Quds menggunakan jaringan untuk menyembunyikan keterlibatannya dalam penjualan minyak kepada pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad dan "aktor-aktor terlarang" tak dikenal lainnya serta sangat bergantung pada para pejabat Hizbullah dan front companies untuk menengahi kontrak.
Pasukan Quds dan Hizbullah telah menjadi pendukung utama Damaskus dalam perang saudara Suriah yang meletus pada 2011 melawan dekade kekuasaan keluarga Assad. Pasukan Quds dan Hizbullah berada di daftar organisasi teroris asing AS.
"Jaringan pengiriman minyak untuk teror yang luas ini menunjukkan betapa Teheran yang bergantung secara ekonomi pada IRGC-QF dan Hizbullah sebagai jalur kehidupan finansial," kata Sigal Mandaker, pejabat senior Departemen Keuangan yang mengawasi sanksi.
Sebelumnya pada hari Selasa, AS juga telah menjatuhkan sanksi pada tiga badan antariksa Iran, ketika Washington meningkatkan tekanan atas program nuklir Teheran.
Departemen Keuangan menargetkan Badan Antariksa Iran, Pusat Penelitian Antariksa Iran dan Lembaga Penelitian Astronautika, menurut sebuah pernyataan di situs webnya.
"Amerika Serikat tidak akan mengizinkan Iran untuk menggunakan program peluncuran luar angkasa sebagai penutup untuk memajukan program rudal balistiknya," kata Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan. (Baca juga: AS Tampar Badan Antariksa Iran dengan Sanksi )
AS terus mengintensifkan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Iran. Tujuannya adalah mendorong negara ke titik nol ekspor minyak Iran, sumber utama pendapatan negara itu. Kebijakan ini hampir pasti akan meningkatkan ketegangan yang meletus ketika Presiden Donald Trump menarik AS dari perjanjian internasional yang dirancang untuk menghentikan Teheran dari memproduksi senjata nuklir pada tahun lalu.
Iran sendiri secara bertahap telah mengurangi kepatuhannya dengan perjanjian 2015. Teheran berupaya menekan negara-negara Eropa untuk mengkompensasinya atas jatuhnya perekonomian Iran akibat sanksi AS.
(ian)