Kabur dari Rombongan Javad Zarif, Jurnalis Iran Minta Suaka ke Swedia

Sabtu, 31 Agustus 2019 - 00:08 WIB
Kabur dari Rombongan Javad Zarif, Jurnalis Iran Minta Suaka ke Swedia
Kabur dari Rombongan Javad Zarif, Jurnalis Iran Minta Suaka ke Swedia
A A A
STOCKHOLM - Seorang jurnalis Iran yang melakukan perjalanan ke Swedia dengan Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif melarikan diri dan meminta suaka di Eropa karena takut di tangkap. Pembelotan jurnalis Iran ini terjadi saat Zarif melakukan tur Nordik pekan lalu.

Amir Tohid Fazel mengatakan ia berhasil lolos dari delegasi yang menemani Zarif setelah berpura-pura ingin merokok.

"Aku bilang aku akan merokok. Kemudian saya mulai berjalan menuju sekelompok orang dan berpura-pura berbicara di telepon. Ketika saya berada dalam sekelompok orang, saya mulai berlari," tuturnya seperti dikutip dari New York Times, Sabtu (31/8/2019).

Ia kemudian berhenti untuk mengganti pakaian dan membuang kartu sim di teleponnya. Ia lalu memanggil taksi yang membawanya ke kantor polisi, di mana ia kemudian meminta suaka.

Fazel mengaku ketika meninggalkan Iran ia tidak berencana untuk membelot. Namun ia dihubungi di media sosial oleh seorang kolega dari kantornya di Teheran yang mengatakan empat orang berpakaian sipil telah mendatangi kantornya dengan surat penangkapan. Temannya itu memberi tahu Fazel untuk memastikan keluarganya tidak ada di rumah.

"Saya mengerti bahwa saya akan menjadi korban dari perebutan kekuasaan yang sedang terjadi di Iran," kata Fazel. "Saat itulah saya memutuskan (membelot)," imbuhnya.

Pernyataannya itu merujuk pada ketegangan yang berlangsung lama antara faksi garis keras dan faksi reformis dari elit politik Iran yang berbeda pandangan tentang masa depan Negeri Mullah itu.

Fazel mengatakan bahwa laporannya tentang kewarganegaraan ganda pejabat tinggi di Iran telah membuatnya bermasalah. Untuk diketahui, Iran tidak mengakui kewarganegaraan ganda.

Dia mengatakan seorang anggota Parlemen telah memberinya daftar pejabat dalam pemerintahan Presiden Hassan Rouhani - yang dipandang sebagai seorang pembaru - yang juga warga negara yang dianggap memusuhi Iran. Ini termasuk Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Kanada. Kelompok garis keras Iran secara teratur mengangkat masalah ini di Parlemen Iran, memicu perdebatan sengit, dan segera setelah salah satu dari perdebatan ini, daftar tersebut dilaporkan secara luas.

Fazel mengatakan seorang anggota Parlemen telah memberinya dan mencatat 70 nama dalam daftar itu. "Dia ingin itu diterbitkan karena kita semakin dekat dengan pemilihan parlemen," kata Fazel.

Fazel mengatakan bahwa kekecewaannya yang semakin besar terhadap pemerintah, termasuk apa yang disebutnya kecurangan pemilu dan standar ganda, telah memotivasi dia untuk menerbitkan daftar itu. Sekarang, dia mengkhawatirkan keluarganya.

"Aku takut pada mereka," katanya, suaranya pecah.

Dia mengatakan semakin sulit untuk mengantisipasi tindakan pemerintah dan siapa yang mungkin bertabrakan dengan faksi tertentu.

"Mustahil untuk memprediksi agenda elite kekuasaan Iran," katanya.

Upaya Fazel untuk mencari suaka pertama kali dilaporkan pada hari Senin dalam sebuah laporan pendek yang disiarkan oleh SVT, sebuah stasiun televisi Swedia.

Tidak diketahui apakah Fazel berhak untuk mencari suaka di Swedia. Ia mengatakan pejabat migrasi telah mengatakan kepadanya bahwa klaim itu mungkin di proses di Finladia karena itu adalah negara Eropa pertama yang dikunjungi delegasi Iran.

Kementerian luar negeri Iran sendiri tidak menanggapi permintaan komentar.

Pembelotan Fazel yang terjadi minggu lalu ketika Zarif melakukan tur Nordik ini mengejutkan beberapa media berita Iran. Ia dipandang sebagai sekutu elit politik konservatif yang selaras dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC). Ia tercatat pernah bekerja untuk media yang menjadi corong resmi IRGC, sayap paramiliter yang kuat dari angkatan bersenjata Iran.

Fazel (41) bekerja sebagai editor politik untuk kantor berita milik negara konservatif Mowj, dan banyak rekan wartawan Iran menyebutkan hubungannya dengan faksi garis keras ketika mereka bereaksi di media sosial dengan berita pembelotannya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3209 seconds (0.1#10.140)