Kapal Perusak AS Berlayar di Laut China Selatan

Rabu, 28 Agustus 2019 - 23:42 WIB
Kapal Perusak AS Berlayar di Laut China Selatan
Kapal Perusak AS Berlayar di Laut China Selatan
A A A
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) mengatakan sebuah kapal perusak Angkatan Laut negara itu berlayar di dekat pulau-pulau yang diklaim China di Laut China Selatan (LCS) pada Rabu (28/8/2019). Langkah ini kemungkinan akan memantik kemarahan Beijing di tengah meningkatnya ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia.

Jalur perairan yang sibuk itu adalah salah satu dari titik ketegangan dalam hubungan AS-China yang meliputi perang dagang, saksi AS terhadap militer China dan hubungan AS dengan Taiwan. Sebelumnya pada Selasa kemarin, China telah menolak permintaan untuk kapal perang Angkatan Laut AS untuk mengunjungi kota pelabuhan China, Qingdao.

"Kapal Angkatan Laut AS Wayne E. Meyer, sebuah kapal perusak dengan rudal kendali kelas Arleigh Burke, melakukan operasi, melakukan perjalanan dalam jarak 22 km dari Fiery Cross dan Mischief Reefs," kata juru bicara untuk Armada Ketujuh Angkatan Laut AS yang berbasis di Jepang, Komandan Reann Mommsen seperti dikutip dari Reuters.

"Operasi itu dilakukan untuk menantang klaim maritim yang berlebihan dan menjaga akses ke jalur perairan sebagaimana diatur oleh hukum internasional," tambah Mommsen.

Operasi militer AS terjadi di tengah perang dagang yang semakin sengit antara China dan AS yang meningkat tajam pada hari Jumat, dengan kedua belah pihak menaikkan tarif lebih banyak pada ekspor satu sama lain.

Militer AS masih berpegang pada pernyataan-pernyataan sebelumnya bahwa operasinya dilakukan di seluruh dunia, termasuk wilayah yang diklaim oleh sekutunya, dan terpisah dari pertimbangan politik.

China dan AS di masa lalu telah terlibat perselisihan atas apa yang dikatakan Washington sebagai militerisasi Laut China Selatan dengan membangun instalasi militer di pulau-pulau buatan dan terumbu karang oleh Beijing.

Klaim China di Laut Cina Selatan, sebuah jalur perdagangan yang setiap tahunnya menghasilkan USD5 triliun, juga diperebutkan oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.

China menyebut pembangunannya perlu dilakukan untuk mempertahankan diri dan mengatakan AS bertanggung jawab atas meningkatnya ketegangan dengan mengirimkan kapal-kapal perang dan pesawat militer dekat pulau-pulau yang diklaim Beijing.

Pengeluaran pertahanan China pada 2019 akan naik 7,5 persen dari 2018, menurut laporan anggaran. Peningkatan militernya telah menimbulkan kekhawatiran di antara tetangga dan sekutu Barat, terutama dengan China menjadi lebih tegas dalam sengketa wilayah di Laut China Timur dan Selatan dan mengenai Taiwan, wilayah yang diperintah sendiri yang diklaim oleh Beijing sebagai miliknya.

Militer AS tahun lalu menempatkan perlawanan terhadap China, bersama dengan Rusia, di pusat strategi pertahanan nasional yang baru, menggeser prioritas setelah lebih dari satu setengah dekade berfokus pada perang melawan militan Islam.

Selain itu, Wakil Presiden Mike Pence, dalam kunjungan ke Islandia minggu depan, akan mengadakan pembicaraan tentang "serangan" ke Lingkaran Arktik oleh China dan Rusia, kata seorang pejabat senior pemerintahan Trump pada hari Rabu.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7985 seconds (0.1#10.140)
pixels