Korut Kembali Luncurkan Dua Rudal Balistik Jarak Pendek
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) kembali menembakan dua rudal balistik jarak pendek ke Laut Jepang pada Sabtu (24/8/2019) pagi. Ini merupakan uji coba rudal ketujuh dalam dua bulan terakhir.
Korut sebelumnya diperkirakan akan menghentikan uji coba senjata karena latihan perang Amerika Serikat (AS)-Korea Selatan (Korsel) selama 10 hari telah berakhir. Korut memandang latihan ini sebagai latihan invasi.
"Korea Utara meluncurkan proyektil tidak dikenal dua kali pagi ini dari daerah Sunduk, selatan provinsi Hamkyeng ke laut timur Sabtu," kata pejabat militer Korsel dalam sebuah pernyataan.
"Militer kami memonitor situasi dengan seksama jika ada peluncuran tambahan dengan tetap mempertahankan postur kesiapan," imbuhnya seperti dikutip dari Fox News.
Sementara itu Kantor kepresidenan Korsel mengatakan akan mengadakan pertemuan yang tidak dijadwalkan untuk membahas peluncuran terbaru rudal balistik Korut ini.
Peluncuran rudal itu terjadi sehari setelah Korsel menarik diri dari Perjanjian Keamanan Umum mengenai Informasi Militer (GSOMIA), pakta berbagi informasi intelijen kunci dengan Jepang. Menurut laporan oleh The Japan Times, Korsel menyatakan perjanjian itu tidak lagi memenuhi kepentingan nasional Seoul untuk melakukannya.
Ini adalah uji coba rudal ketujuh yang dilakukan oleh rezim Korut sejak mereka melanjutkan pengujian pada bulan Juli lalu setelah pembicaraan denuklirisasi bersejarah antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Trump terhenti pada bulan Mei.
Tidak banyak laporan rinci tentang uji coba rudal terbaru yang diketahui, termasuk jarak dan ketinggian maksimum yang dicapai serta di mana rudal mendarat. Pemerintah Jepang mengatakan Korut tampaknya telah menembakkan rudal, tetapi mereka tidak menimbulkan kerusakan dan tidak mendarat di perairan teritorial Jepang.
Jumat lalu, Pemimpin Korut Kim Jong-un menguji dua proyektil yang diluncurkan dari pantai timur Utara dan mendarat di Laut Jepang.
Uji coba dilakukan ketika Kim bersumpah untuk membangun "kemampuan militer tak terkalahkan sehingga tidak ada yang berani memprovokasi, dalam upaya untuk menekan Washington agar menyerah dalam negosiasi nuklir dan latihan militer bersama mereka dengan Seoul.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Korut pada hari Jumat mengatakan negaranya akan berusaha untuk tetap menjadi ancaman terbesar AS jika Washington terus menghadapi Korut dengan sanksi. Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho juga menyebut Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sebagai tanaman beracun diplomasi Amerika dan bersumpah untuk menutup mimpi yang tidak masuk akal bahwa sanksi akan memaksa perubahan di Pyongyang. (Baca juga: Korea Utara Sebut Pompeo "Racun Diplomasi" )
Korut sebelumnya diperkirakan akan menghentikan uji coba senjata karena latihan perang Amerika Serikat (AS)-Korea Selatan (Korsel) selama 10 hari telah berakhir. Korut memandang latihan ini sebagai latihan invasi.
"Korea Utara meluncurkan proyektil tidak dikenal dua kali pagi ini dari daerah Sunduk, selatan provinsi Hamkyeng ke laut timur Sabtu," kata pejabat militer Korsel dalam sebuah pernyataan.
"Militer kami memonitor situasi dengan seksama jika ada peluncuran tambahan dengan tetap mempertahankan postur kesiapan," imbuhnya seperti dikutip dari Fox News.
Sementara itu Kantor kepresidenan Korsel mengatakan akan mengadakan pertemuan yang tidak dijadwalkan untuk membahas peluncuran terbaru rudal balistik Korut ini.
Peluncuran rudal itu terjadi sehari setelah Korsel menarik diri dari Perjanjian Keamanan Umum mengenai Informasi Militer (GSOMIA), pakta berbagi informasi intelijen kunci dengan Jepang. Menurut laporan oleh The Japan Times, Korsel menyatakan perjanjian itu tidak lagi memenuhi kepentingan nasional Seoul untuk melakukannya.
Ini adalah uji coba rudal ketujuh yang dilakukan oleh rezim Korut sejak mereka melanjutkan pengujian pada bulan Juli lalu setelah pembicaraan denuklirisasi bersejarah antara Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Trump terhenti pada bulan Mei.
Tidak banyak laporan rinci tentang uji coba rudal terbaru yang diketahui, termasuk jarak dan ketinggian maksimum yang dicapai serta di mana rudal mendarat. Pemerintah Jepang mengatakan Korut tampaknya telah menembakkan rudal, tetapi mereka tidak menimbulkan kerusakan dan tidak mendarat di perairan teritorial Jepang.
Jumat lalu, Pemimpin Korut Kim Jong-un menguji dua proyektil yang diluncurkan dari pantai timur Utara dan mendarat di Laut Jepang.
Uji coba dilakukan ketika Kim bersumpah untuk membangun "kemampuan militer tak terkalahkan sehingga tidak ada yang berani memprovokasi, dalam upaya untuk menekan Washington agar menyerah dalam negosiasi nuklir dan latihan militer bersama mereka dengan Seoul.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Korut pada hari Jumat mengatakan negaranya akan berusaha untuk tetap menjadi ancaman terbesar AS jika Washington terus menghadapi Korut dengan sanksi. Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho juga menyebut Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sebagai tanaman beracun diplomasi Amerika dan bersumpah untuk menutup mimpi yang tidak masuk akal bahwa sanksi akan memaksa perubahan di Pyongyang. (Baca juga: Korea Utara Sebut Pompeo "Racun Diplomasi" )
(ian)