Ketinggalan Zaman, Pentagon Batalkan Proyek Rudal Pertahanan Miliaran Dolar
A
A
A
WASHINGTON - Pentagon membatalkan kesepakatan multi miliaran dolar dengan Boeing dalam proyek peremajaan sistem pertahanan rudal. Proyek itu dibatalkan karena ketinggalan zaman dan masalah teknis serta melihat pada kemampuan negara pesaing.
"Mengakhiri program adalah hal yang bertanggung jawab untuk dilakukan," kata wakil menteri pertahanan untuk penelitian dan teknik AS, Michael Griffin, dalam sebuah pernyataan.
"Kami memutuskan jalan yang akan kita lewati tidak akan membuahkan hasil, jadi kita tidak akan menuruni jalan itu lagi," imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (22/8/2019).
Juru bicara Badan Pertahanan Rudal Pentagon mengatakan rincian pasti dari kegagalan proyek tidak akan dirilis karena sifat rahasia dari program ini. Namun pernyataan dari Boeing dan pesaingnya, Raytheon, menunjukkan bahwa Pentagon ingin membangun sebuah sistem yang mampu melawan rudal hipersonik yang saat ini sedang dikembangkan oleh China dan Rusia. Pentagon juga ingin mengantisipasi berbagai ancaman yang sebelumnya tidak ada yang kini muncul sebagai akibat runtuhnya perjanjian INF baru-baru ini.
Menurut sebuah pernyataan, Pentagon meminta desain untuk rudal pencegat generasi baru. Hal ini sekaligus membenarkan Pentagon menginginkan hal yang besar ketimbang mendesain ulang "kendaraan pembunuh" untuk mencegat rudal yang masuk guna mengatasi rudal jarak jauh yang diklaim sedang dikembangkan oleh Korea Utara (Korut).
Sekedar informasi, seperti dikutip dari AP, Pentagon saat ini memiliki 44 pencegat rudal yang sebagian besar berbasis di Alaska. Masing-masing dirancang untuk diluncurkan dari silo bawah tanah, terbang melampaui atmosfer bumi dan melepaskan "kendaraan pembunuh" - perangkat yang mengarahkan ke targetnya dan menghancurkannya dengan kekuatan tabrakan.
Senjata-senjata ini telah diuji tetapi tidak pernah digunakan dalam pertempuran yang sebenarnya.
Pentagon sendiri telah diberi wewenang oleh Kongres untuk meningkatkan armada saat ini dari 44 pencegat menjadi 64 pencegat. Dari jumlah itu, 20 lainnya harus dilengkapi pada tahun 2023 dengan "kendaraan pembunuh" yang dirancang ulang berdasarkan kontrak dengan Boeing. Sekarang setelah kontrak dibatalkan, sepertinya tambahan rudal pencegat itu tidak akan dikirim tepat waktu.
Para pejabat mengatakan kontrak itu dibatalkan "untuk kenyamanan, bukan karena sebuah alasan," yang berarti pemutusan itu atas kebijakan Pentagon dan bukan karena Boeing tidak dapat memenuhi kontrak.
"Kami akan mengambil pelajaran dari program yang dihentikan dan menerapkannya selama kompetisi baru," kata Griffin.
"Mengakhiri program adalah hal yang bertanggung jawab untuk dilakukan," kata wakil menteri pertahanan untuk penelitian dan teknik AS, Michael Griffin, dalam sebuah pernyataan.
"Kami memutuskan jalan yang akan kita lewati tidak akan membuahkan hasil, jadi kita tidak akan menuruni jalan itu lagi," imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (22/8/2019).
Juru bicara Badan Pertahanan Rudal Pentagon mengatakan rincian pasti dari kegagalan proyek tidak akan dirilis karena sifat rahasia dari program ini. Namun pernyataan dari Boeing dan pesaingnya, Raytheon, menunjukkan bahwa Pentagon ingin membangun sebuah sistem yang mampu melawan rudal hipersonik yang saat ini sedang dikembangkan oleh China dan Rusia. Pentagon juga ingin mengantisipasi berbagai ancaman yang sebelumnya tidak ada yang kini muncul sebagai akibat runtuhnya perjanjian INF baru-baru ini.
Menurut sebuah pernyataan, Pentagon meminta desain untuk rudal pencegat generasi baru. Hal ini sekaligus membenarkan Pentagon menginginkan hal yang besar ketimbang mendesain ulang "kendaraan pembunuh" untuk mencegat rudal yang masuk guna mengatasi rudal jarak jauh yang diklaim sedang dikembangkan oleh Korea Utara (Korut).
Sekedar informasi, seperti dikutip dari AP, Pentagon saat ini memiliki 44 pencegat rudal yang sebagian besar berbasis di Alaska. Masing-masing dirancang untuk diluncurkan dari silo bawah tanah, terbang melampaui atmosfer bumi dan melepaskan "kendaraan pembunuh" - perangkat yang mengarahkan ke targetnya dan menghancurkannya dengan kekuatan tabrakan.
Senjata-senjata ini telah diuji tetapi tidak pernah digunakan dalam pertempuran yang sebenarnya.
Pentagon sendiri telah diberi wewenang oleh Kongres untuk meningkatkan armada saat ini dari 44 pencegat menjadi 64 pencegat. Dari jumlah itu, 20 lainnya harus dilengkapi pada tahun 2023 dengan "kendaraan pembunuh" yang dirancang ulang berdasarkan kontrak dengan Boeing. Sekarang setelah kontrak dibatalkan, sepertinya tambahan rudal pencegat itu tidak akan dikirim tepat waktu.
Para pejabat mengatakan kontrak itu dibatalkan "untuk kenyamanan, bukan karena sebuah alasan," yang berarti pemutusan itu atas kebijakan Pentagon dan bukan karena Boeing tidak dapat memenuhi kontrak.
"Kami akan mengambil pelajaran dari program yang dihentikan dan menerapkannya selama kompetisi baru," kata Griffin.
(ian)