Keluarga Benarkan Karyawan Konsulat Inggris Ditangkap di China

Rabu, 21 Agustus 2019 - 15:04 WIB
Keluarga Benarkan Karyawan...
Keluarga Benarkan Karyawan Konsulat Inggris Ditangkap di China
A A A
HONG KONG - Keluarga seorang karyawan konsulat Inggris di Hong Kong yang hilang mengatakan bahwa pihak berwenang memberi tahu mereka jika ia ditahan ketika kembali dari perjalanan bisnis. Namun tidak diketahui alasan penahanannya, di mana atau berapa lama dia akan ditahan.

Melalui Facebook, pihak keluarga menyatakan abhwa Simon Cheng melakukan perjalanan ke Shenzen di Provinsi Guangdong, satu jam di luar Hong Kong, untuk sebuah pertemuan bisnis pada 8 Agustus lalu.

Malam itu, Cheng kembali dengan kereta api berkecepatan tinggi dan mengirim pesan kepada pacarnya ketika ia akan melewati bea cukai.

"Kami kehilangan kontak dengannya sejak saat itu," menurut postingan pihak keluarga di Facebook seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (21/8/2019).

Dikatakan Departemen Imigrasi Hong Kong, setelah berkonsultasi dengan kantor perdagangan kota di Guangdong.

"(Mereka) memberi tahu kami secara lisan bahwa Simon telah ditahan secara administratif, tetapi mengatakan bahwa mereka tidak dapat memperoleh informasi tentang mengapa, di mana dan berapa lama dia akan ditahan," kata pihak keluarga.

Keluarga mengatakan tidak menerima pemberitahuan penahanan administratif. Pengacara telah mengkonfirmasi bahwa kasus Cheng sedang ditangani oleh Biro Keamanan Umum Kota Shenzhen, tetapi gagal memastikan di mana dia sekarang.

"Kami merasa sangat tidak berdaya, dan khawatir tentang Simon. Kami berharap Simon dapat kembali ke Hong Kong sesegera mungkin," bunyi postingan pihak keluarga.

Polisi Hong Kong mengkonfirmasi bahwa mereka telah membuka kasus orang hilang pada 9 Agustus lalu. Sementara juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengaku tidak mengetahui perihal penahanan ini.

"Saya tidak mengetahui situasi yang relevan," ujarnya.

Peristiwa ini terjadi ketika pusat keuangan di Asia itu menghadapi krisis politik terburuk dalam beberapa dekade. Para demonstran pro-demokrasi telah menggelar unjukrasa berminggu-minggu yang sering berujung pada bentrokan dengan polisi.

Beijing telah mengambil garis yang semakin keras melawan protes, yang dilihatnya sebagai tantangan langsung terhadap pemerintahannya.

Mereka juga berulang kali memperingatkan Inggris - mantan penguasa kolonial Hong Kong - untuk tidak "campur tangan" dalam aksi protes, dan hubungan antara kedua negara semakin tegang karena masalah ini.

Demonstrasi dipicu oleh rancangan undang-undang ekstradisi yang kontroversial tetapi telah meluas menjadi seruan untuk reformasi demokrasi yang lebih luas.

China telah berjanji untuk menghormati kebebasan di wilayah semi-otonom itu setelah penyerahannya dari Inggris pada tahun 1997.

Hong Kong menikmati kebebasan yang tidak terlihat di daratan, termasuk kebebasan berbicara, akses tanpa batas ke internet dan peradilan yang independen.

Namun protes yang sedang berlangsung telah menimbulkan kekhawatiran akan tindakan keras Cina.

Dikenal karena pasar teknologi tinggi, kota metropolitan Shenzhen berada di belakang "Great Firewall" China, yang membatasi akses ke berita dan informasi.

Dengan Beijing berusaha membentuk narasi kerusuhan di Hong Kong, otoritas China telah meningkatkan inspeksi mereka di perbatasan, termasuk memeriksa telepon dan perangkat beberapa penumpang untuk foto-foto protes.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6817 seconds (0.1#10.140)