Intervensi AS Gagal, Gibraltar Bebaskan Kapal Tanker Iran
A
A
A
GIBRALTAR - Gibraltar memutuskan untuk membabaskan kapal tanker minyak Iran, Grace 1, yang di rampas di luar wilayah Inggris pada bulan Juli lalu oleh Marinir Kerajaan Inggris. Keputusan ini membuka jalan bagi kemungkinan pertukaran dengan sebuah tanker berbendera Inggris yang ditangkap oleh Iran di Teluk.
Kedua tanker telah menjadi bidak dalam pertikaian antara Iran dan Barat, nasib mereka terjerat dalam perbedaan diplomatik antara kekuatan besar Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). AS sendiri sebelumnya telah mengajukan permohonan agar Gibraltar tidak membebaskan kapal tanker tersebut.
Grace 1 ditangkap oleh pasukan komando dalam kegelapan di semenanjung pada 4 Juli.
Menteri Kepala Gibraltar Fabian Picardo memutuskan untuk mencabut perintah penahanan setelah jaminan tertulis resmi dari Teheran bahwa kapal itu tidak akan melepaskan 2,1 juta barel minyaknya ke Suriah, tetapi menambahkan bahwa kapal itu belum dibebaskan.
"Mengingat jaminan yang telah kami terima, tidak ada lagi alasan yang masuk akal untuk penahanan hukum lanjutan atas kapal tanker Grace 1 untuk memastikan kepatuhan dengan Peraturan Sanksi UE," kata Picardo seperti dilansir dari Reuters, Kamis (15/8/2019).
Belum diketahui dengan pasti kapan Grace 1 akan berlayar karena AS membuat permintaan terlambat untuk merebut kapal tersebut.
"Itu adalah masalah bagi otoritas Mutual Legal Assistance independen kami, yang akan membuat tujuan, penentuan hukum atas permintaan untuk proses terpisah," terang Picardo.
Penyitaan Grace 1 memicu pertikaian dengan Teheran, yang menuduh Inggris melakukan pembajakan. Dua minggu kemudian, pada 19 Juli, Garda Revolusi Iran merebut Stena Impero yang berbendera Inggris di Teluk.
Sementara Inggris dan Iran menolak rencana untuk saling menukar kapal, ada harapan luas bahwa kapal berbendera Inggris tidak akan dibebaskan sampai kapal tanker Iran dilepaskan.
Duta Besar Iran untuk London, Hamid Baeidinejad, mengatakan AS berusaha mati-matian menghalangi pembebasan itu tetapi menghadapi kekalahan yang menyedihkan.
Dia juga mentweet bahwa kapal tanker itu akan meninggalkan Gibraltar segera.
Kedua tanker telah menjadi bidak dalam pertikaian antara Iran dan Barat, nasib mereka terjerat dalam perbedaan diplomatik antara kekuatan besar Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). AS sendiri sebelumnya telah mengajukan permohonan agar Gibraltar tidak membebaskan kapal tanker tersebut.
Grace 1 ditangkap oleh pasukan komando dalam kegelapan di semenanjung pada 4 Juli.
Menteri Kepala Gibraltar Fabian Picardo memutuskan untuk mencabut perintah penahanan setelah jaminan tertulis resmi dari Teheran bahwa kapal itu tidak akan melepaskan 2,1 juta barel minyaknya ke Suriah, tetapi menambahkan bahwa kapal itu belum dibebaskan.
"Mengingat jaminan yang telah kami terima, tidak ada lagi alasan yang masuk akal untuk penahanan hukum lanjutan atas kapal tanker Grace 1 untuk memastikan kepatuhan dengan Peraturan Sanksi UE," kata Picardo seperti dilansir dari Reuters, Kamis (15/8/2019).
Belum diketahui dengan pasti kapan Grace 1 akan berlayar karena AS membuat permintaan terlambat untuk merebut kapal tersebut.
"Itu adalah masalah bagi otoritas Mutual Legal Assistance independen kami, yang akan membuat tujuan, penentuan hukum atas permintaan untuk proses terpisah," terang Picardo.
Penyitaan Grace 1 memicu pertikaian dengan Teheran, yang menuduh Inggris melakukan pembajakan. Dua minggu kemudian, pada 19 Juli, Garda Revolusi Iran merebut Stena Impero yang berbendera Inggris di Teluk.
Sementara Inggris dan Iran menolak rencana untuk saling menukar kapal, ada harapan luas bahwa kapal berbendera Inggris tidak akan dibebaskan sampai kapal tanker Iran dilepaskan.
Duta Besar Iran untuk London, Hamid Baeidinejad, mengatakan AS berusaha mati-matian menghalangi pembebasan itu tetapi menghadapi kekalahan yang menyedihkan.
Dia juga mentweet bahwa kapal tanker itu akan meninggalkan Gibraltar segera.
(ian)