Menlu Iran: AS Ubah Teluk jadi Kotak Korek Api yang Siap Meledak
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan, Amerika Serikat (AS) telah mengubah wilayah Teluk menjadi kotak korek api yang siap meledak. Hal itu diungkapkannya dalam wawancara dengan stasiun televisi Al Jazeera.
Lalu lintas kapal tanker minyak yang melewati Teluk melalui Selat Hormuz telah menjadi fokus ketegangan AS-Iran pasca Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dan menerapkan kembali sanksi untuk mencekik ekspor minyak Teheran.
Setelah ledakan yang merusak enam kapal tanker pada bulan Mei dan Juni serta penyitaan sebuah kapal berbendera Inggris oleh Iran pada bulan Juli, AS meluncurkan misi keamanan maritim di Teluk, bergabung dengan Inggris, untuk melindungi kapal dagang.
Menanggapi hal itu, Zarif mengatakan selat sempit itu akan menjadi kurang aman karena kapal (angkatan laut) asing meningkatkan kehadiran mereka di dalamnya.
"Wilayah ini telah menjadi kotak korek api yang siap untuk dinyalakan karena Amerika dan sekutunya membanjiri dengan senjata," katanya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (13/8/2019).
Zarif, yang tiba pada hari Minggu di Doha, bertemu dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani pada hari Senin untuk menyampaikan pesan itu, media pemerintah Iran melaporkan.
Qatar adalah salah satu basis pangkalan militer AS terbesar di Timru Tengah. Negara ini berusaha untuk tidak tertarik dalam konflik yang meningkat antara Washington dan Teheran.
Irak, yang memelihara hubungan baik dengan Washington dan Teheran, pada hari Senin memperingatkan bahwa penempatan pasukan Barat memicu ketegangan regional.
"Negara-negara Teluk dapat bersama-sama mengamankan transit kapal," kata Menteri Luar Negeri Irak Mohammed al-Hakim di Twitter.
"Irak berusaha mengurangi ketegangan di wilayah kami melalui perundingan yang tenang. Kehadiran pasukan Barat di kawasan itu akan meningkatkan ketegangan," imbuhnya.
Bulan lalu, Garda Revolusi Iran menangkap kapal tanker Inggris, Stena Impero di dekat Selat karena dugaan pelanggaran hukum laut. Perisitiwa ini terjadi dua minggu setelah Inggris menangkap sebuah kapal tanker minyak Iran di dekat Gibraltar, menuduhnya melanggar sanksi Uni Eropa (UE) terhadap Suriah.
Pertikaian kapal tanker itu telah menyulut Inggris dalam sengketa diplomatik antara negara-negara besar UE - yang ingin mempertahankan kesepakatan nuklir Iran - dan AS yang mendorong kebijakan yang lebih keras terhadap Iran.
Lalu lintas kapal tanker minyak yang melewati Teluk melalui Selat Hormuz telah menjadi fokus ketegangan AS-Iran pasca Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dan menerapkan kembali sanksi untuk mencekik ekspor minyak Teheran.
Setelah ledakan yang merusak enam kapal tanker pada bulan Mei dan Juni serta penyitaan sebuah kapal berbendera Inggris oleh Iran pada bulan Juli, AS meluncurkan misi keamanan maritim di Teluk, bergabung dengan Inggris, untuk melindungi kapal dagang.
Menanggapi hal itu, Zarif mengatakan selat sempit itu akan menjadi kurang aman karena kapal (angkatan laut) asing meningkatkan kehadiran mereka di dalamnya.
"Wilayah ini telah menjadi kotak korek api yang siap untuk dinyalakan karena Amerika dan sekutunya membanjiri dengan senjata," katanya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (13/8/2019).
Zarif, yang tiba pada hari Minggu di Doha, bertemu dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani pada hari Senin untuk menyampaikan pesan itu, media pemerintah Iran melaporkan.
Qatar adalah salah satu basis pangkalan militer AS terbesar di Timru Tengah. Negara ini berusaha untuk tidak tertarik dalam konflik yang meningkat antara Washington dan Teheran.
Irak, yang memelihara hubungan baik dengan Washington dan Teheran, pada hari Senin memperingatkan bahwa penempatan pasukan Barat memicu ketegangan regional.
"Negara-negara Teluk dapat bersama-sama mengamankan transit kapal," kata Menteri Luar Negeri Irak Mohammed al-Hakim di Twitter.
"Irak berusaha mengurangi ketegangan di wilayah kami melalui perundingan yang tenang. Kehadiran pasukan Barat di kawasan itu akan meningkatkan ketegangan," imbuhnya.
Bulan lalu, Garda Revolusi Iran menangkap kapal tanker Inggris, Stena Impero di dekat Selat karena dugaan pelanggaran hukum laut. Perisitiwa ini terjadi dua minggu setelah Inggris menangkap sebuah kapal tanker minyak Iran di dekat Gibraltar, menuduhnya melanggar sanksi Uni Eropa (UE) terhadap Suriah.
Pertikaian kapal tanker itu telah menyulut Inggris dalam sengketa diplomatik antara negara-negara besar UE - yang ingin mempertahankan kesepakatan nuklir Iran - dan AS yang mendorong kebijakan yang lebih keras terhadap Iran.
(ian)