Tiru Norwegia, Skotlandia Akan Bangun Terowongan Apung
A
A
A
EDINBURGH - Terowongan Subsea atau apung di laut akan dibangun untuk menghubungkan pulau-pulau di Skotlandia dan menggantikan feri dan kapal. Infrastruktur tersebut bertujuan untuk memperkuat ekonomi dan meningkatkan konektivitas antar pulau sehingga bisa meningkatkan interaksi antar warga.
Anggota parlemen Inggris dari Partai Nasional Skotlandia (SNP) Angus MacNeil telah menggelar perundingan dengan para konsultan asal Norwegia. Proyek terowongan laut itu menjadi opsi serius untuk mengurangi ketergantungan jaringan feri dan membuat penghematan jangka panjang. Diketahui, terowongan serupa pernah dibuat Norwegia yang menembus hingga Kepulauan Faroe.
“Para konsultan Norconsult itu bekerja untuk tiga proyek subsea meliputi 27 km di Norwegia. Ketika pembangunan itu selesai, itu akan menjadi terowongan jalan di bawah laut terpanjang di dunia,” kata MacNeil dilansir The National. MacNeil menambahkan, para konsultan tersebut mengungkapkan bahwa bebatuan di Skotlandia dan kepulauannya itu sama seperti bebatuan yang ditemukan di Norwegia barat.
“Dengan begitu, proses konstruksinya pun akan sama dan akan menghemat waktu dan anggaran,” ujarnya. Laporan Norconsult menguji beberapa opsi termasuk terowongan tunggal yang menghubungkan Skye dan Western Isles dengan anggaran sekitar 250-500 juta poundsterling. Kalau terowongan ganda bisa mencapai 1 miliar poundsterling.
“Kemudian, terowongan subsea antara Harris dan North Uis bisa mengurangi ketergantungan feri di Western Isles,” demikian laporan tersebut. Sementara itu, Pemerintah Norwegia pada April lalu mengumumkan proyek prestisius yang diberi nama TheStadTunnel, terowongan kapal pertama di dunia, yang akan menerobos Semenanjung Stad di barat Norwegia.
Pemerintah Norwegia membangun proyek infrastruktur senilai USD40 miliar untuk rute perjalanan tanpa harus naik kapal feri. Berdasarkan desain yang dipaparkan Kementerian Transportasi Norwegia, kanal di bawah bukit itu bisa dilewati kapal penumpang ataupun kargo dengan bobot hingga 16.000 ton. Dengan lebar 26,5 meter dan tinggi 37 meter, proyek ini diperkirakan menelan biaya hingga USD40 miliar.
Kanal terowongan itu direncanakan mulai digarap pada 2019 dan dapat beroperasi pada 2023. Jika sukses, Norwegia akan mampu mengalahkan China, Korea Selatan, dan Italia yang telah merumuskan inisiatif tersebut.
Menteri Transportasi Norwegia Ketil Solvik-Olsen mengatakan, ide pembangunan terowongan kapal ini tak lain untuk meningkatkan keamanan pelayaran. ”Selama bertahun-tahun, rencana pembangunan kanal terowongan itu terus mengambang. Tapi kini anggaran proyek itu telah disetujui dan siap direalisasi,” kata Solvik-Olsen seperti dilansir Guardian.
Dengan adanya kanal terowongan sepanjang 1.700 meter itu, kapal penumpang dan kargo tak perlu melewati badai di Laut Stadhavet dan menghindari garis pantai negara-negara Skandinavia. ”Menara Suar Krakenes di selatan Stad merupakan stasiun cuaca meteorologi yang paling sering mengalami badai. Badai terjadi sekitar 45 hingga 105 hari dalam setahun,” demikian keterangan Kantor Administrasi Pantai Norwegia (NCA) seperti dilansir CNN.
Menurut NCA, gelombang tinggi dari berbagai arah menciptakan kondisi pelayaran yang sangat berbahaya. Ditambah dengan kekuatan angin yang sangat kencang, banyak kapal memilih menunda pelayaran sambil menunggu situasi cuaca aman. ”Kombinasi angin, arus laut, dan gelombang di sepanjang pantai menuntut perlunya kanal terowongan,” demikian bunyi keterangan NCA.
Menurut Manajer Proyek Kanal Stad Terje Andreassen, terowongan kapal itu merupakan proyek inovatif karena akan berada di bawah bukit. ”Karena kita menerobos dan melintasi bukit setinggi 300 meter, maka kita menyebut proyek ini sebagai terowongan. Dari sudut pandang maritim, itu tetap disebut kanal, tetapi dengan atap berupa bukit,” katanya.
Tim NCA memperkirakan pembangunan kanal memerlukan waktu sekitar tiga hingga empat tahun. Para teknisi akan meledakkan bukit dan memindahkan 8 juta ton batu. Berdasarkan desain kanal, terowongan dapat dilintasi 5 kapal per jam dengan kapasitas maksimal 100 kapal per hari. Kanal terowongan itu juga memiliki lampu lalu lintas agar tak terjadi tabrakan.
”Kami akan mengikuti standar umum dengan lampu merah dan putih untuk menunjukkan kapan terowongan itu aman dilalui,” demikian keterangan NCA. Kapal yang akan diprioritaskan untuk menggunakan kanal terowongan adalah feri dan kapal wisata. Kapal dengan panjang kurang dari 70 meter akan digratiskan. Adapun kapal lebih dari 70 meter akan dikenai tarif.
Ide proyek kanal terowongan itu sebenarnya sudah sejak 1874. Saat itu proposal pembangunan kanal menembus semenanjung ditulis dalam artikel yang diterbitkan pada Nordre Bergenhus Amtstidende. Pada 2011 kajian Det Norske Veritas dan Institut untuk Kajian pada Ekonomi dan Administrasi Bisnis menyimpulkan Kanal Stad Ship tidak ekonomis.
Namun pada 2013, kanal terowongan Stad Ship masuk dalam Rencana Transportasi Nasional Norwegia. Desain Kanal Stad Ship yang dibuat oleh konsultan arsitek dan desain Snohetta itu diumumkan ke publik.
Anggota parlemen Inggris dari Partai Nasional Skotlandia (SNP) Angus MacNeil telah menggelar perundingan dengan para konsultan asal Norwegia. Proyek terowongan laut itu menjadi opsi serius untuk mengurangi ketergantungan jaringan feri dan membuat penghematan jangka panjang. Diketahui, terowongan serupa pernah dibuat Norwegia yang menembus hingga Kepulauan Faroe.
“Para konsultan Norconsult itu bekerja untuk tiga proyek subsea meliputi 27 km di Norwegia. Ketika pembangunan itu selesai, itu akan menjadi terowongan jalan di bawah laut terpanjang di dunia,” kata MacNeil dilansir The National. MacNeil menambahkan, para konsultan tersebut mengungkapkan bahwa bebatuan di Skotlandia dan kepulauannya itu sama seperti bebatuan yang ditemukan di Norwegia barat.
“Dengan begitu, proses konstruksinya pun akan sama dan akan menghemat waktu dan anggaran,” ujarnya. Laporan Norconsult menguji beberapa opsi termasuk terowongan tunggal yang menghubungkan Skye dan Western Isles dengan anggaran sekitar 250-500 juta poundsterling. Kalau terowongan ganda bisa mencapai 1 miliar poundsterling.
“Kemudian, terowongan subsea antara Harris dan North Uis bisa mengurangi ketergantungan feri di Western Isles,” demikian laporan tersebut. Sementara itu, Pemerintah Norwegia pada April lalu mengumumkan proyek prestisius yang diberi nama TheStadTunnel, terowongan kapal pertama di dunia, yang akan menerobos Semenanjung Stad di barat Norwegia.
Pemerintah Norwegia membangun proyek infrastruktur senilai USD40 miliar untuk rute perjalanan tanpa harus naik kapal feri. Berdasarkan desain yang dipaparkan Kementerian Transportasi Norwegia, kanal di bawah bukit itu bisa dilewati kapal penumpang ataupun kargo dengan bobot hingga 16.000 ton. Dengan lebar 26,5 meter dan tinggi 37 meter, proyek ini diperkirakan menelan biaya hingga USD40 miliar.
Kanal terowongan itu direncanakan mulai digarap pada 2019 dan dapat beroperasi pada 2023. Jika sukses, Norwegia akan mampu mengalahkan China, Korea Selatan, dan Italia yang telah merumuskan inisiatif tersebut.
Menteri Transportasi Norwegia Ketil Solvik-Olsen mengatakan, ide pembangunan terowongan kapal ini tak lain untuk meningkatkan keamanan pelayaran. ”Selama bertahun-tahun, rencana pembangunan kanal terowongan itu terus mengambang. Tapi kini anggaran proyek itu telah disetujui dan siap direalisasi,” kata Solvik-Olsen seperti dilansir Guardian.
Dengan adanya kanal terowongan sepanjang 1.700 meter itu, kapal penumpang dan kargo tak perlu melewati badai di Laut Stadhavet dan menghindari garis pantai negara-negara Skandinavia. ”Menara Suar Krakenes di selatan Stad merupakan stasiun cuaca meteorologi yang paling sering mengalami badai. Badai terjadi sekitar 45 hingga 105 hari dalam setahun,” demikian keterangan Kantor Administrasi Pantai Norwegia (NCA) seperti dilansir CNN.
Menurut NCA, gelombang tinggi dari berbagai arah menciptakan kondisi pelayaran yang sangat berbahaya. Ditambah dengan kekuatan angin yang sangat kencang, banyak kapal memilih menunda pelayaran sambil menunggu situasi cuaca aman. ”Kombinasi angin, arus laut, dan gelombang di sepanjang pantai menuntut perlunya kanal terowongan,” demikian bunyi keterangan NCA.
Menurut Manajer Proyek Kanal Stad Terje Andreassen, terowongan kapal itu merupakan proyek inovatif karena akan berada di bawah bukit. ”Karena kita menerobos dan melintasi bukit setinggi 300 meter, maka kita menyebut proyek ini sebagai terowongan. Dari sudut pandang maritim, itu tetap disebut kanal, tetapi dengan atap berupa bukit,” katanya.
Tim NCA memperkirakan pembangunan kanal memerlukan waktu sekitar tiga hingga empat tahun. Para teknisi akan meledakkan bukit dan memindahkan 8 juta ton batu. Berdasarkan desain kanal, terowongan dapat dilintasi 5 kapal per jam dengan kapasitas maksimal 100 kapal per hari. Kanal terowongan itu juga memiliki lampu lalu lintas agar tak terjadi tabrakan.
”Kami akan mengikuti standar umum dengan lampu merah dan putih untuk menunjukkan kapan terowongan itu aman dilalui,” demikian keterangan NCA. Kapal yang akan diprioritaskan untuk menggunakan kanal terowongan adalah feri dan kapal wisata. Kapal dengan panjang kurang dari 70 meter akan digratiskan. Adapun kapal lebih dari 70 meter akan dikenai tarif.
Ide proyek kanal terowongan itu sebenarnya sudah sejak 1874. Saat itu proposal pembangunan kanal menembus semenanjung ditulis dalam artikel yang diterbitkan pada Nordre Bergenhus Amtstidende. Pada 2011 kajian Det Norske Veritas dan Institut untuk Kajian pada Ekonomi dan Administrasi Bisnis menyimpulkan Kanal Stad Ship tidak ekonomis.
Namun pada 2013, kanal terowongan Stad Ship masuk dalam Rencana Transportasi Nasional Norwegia. Desain Kanal Stad Ship yang dibuat oleh konsultan arsitek dan desain Snohetta itu diumumkan ke publik.
(don)