Jatuhkan Sanksi pada Zarif, Rouhani Sebut AS Kekanak-kanakan
A
A
A
TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani mengecam sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) kepada Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif. Rouhani menyebut perilaku AS tidak ubahnya seperti anak-anak di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
Dalam langkah terbarunya yang bertujuan meningkatkan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran, Washington menjatuhkan sanksi pada Zarif karena bertindak atas nama Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. AS sebelumnya telah menjatuhkan sanksi kepada Khamenei.
"AS menggunakan perilaku kekanak-kanakan. Mereka mengklaim setiap hari 'Kami ingin berbicara, tanpa prasyarat' dan kemudian mereka memberikan sanksi kepada menteri luar negeri," kata Rouhani dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi Iran.
AS sebelumnya telah mengusulkan pembicaraan tanpa syarat dengan Teheran, bahkan ketika negara itu menerapkan kembali sanksi sanksi ekonomi termasuk langkah-langkah yang bertujuan memangkas ekspor minyak Iran menjadi nol.
Dalam pidatonya, Rouhani juga menuduh AS takut terhadap Zarif, yang baru-baru ini memberikan serangkaian wawancara luas kepada media asing di New York.
Dalam satu kesempatan, Zarif membalas seruan Presiden AS Donald Trump untuk negosiasi nuklir baru yang mencakup program rudal balistik Iran dan menuduh Washington membawa Timur Tengah ke jurang "ledakan" dengan menjual senjata kepada sekutu di Teluk.
"Mereka takut dengan wawancara menteri luar negeri kami," kata Rouhani.
"Sangat jelas bahwa fondasi Gedung Putih telah diguncang oleh kata-kata dan logika dari individu yang berpengetahuan, berbakti, dan diplomatik," imbuhnya.
"Musuh kita sangat tidak berdaya sehingga mereka kehilangan kemampuan untuk bertindak dan berpikir dengan bijak," tukasnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (1/8/2019).
Ketegangan antara AS dan Iran dipicu penarikan sepihak Presiden Donald Trump dari perjanjian nukli internasional 2015. Langkah ini kemudian diikuti dengan pemberlakukan sejumlah sanksi.
Tidak berhenti sampai di situ, AS juga mengirim satuan tempur kapal induk, skuadron bomber strategis, mengirim pasukan tambahan dan menyebar rudal Patriot ke Timur Tengah. AS beralasan langkah itu diambil untuk mencegah ancaman dari Iran terhadap kepentingan AS dan sekutunya di wilayah itu.
Di tengah meningkatnya gesekan, kekhawatiran akan konflik langsung AS-Iran telah meningkat sejak Mei dengan beberapa dugaan serangan terhadap kapal tanker minyak di Teluk. AS menuding Iran berada di balik peristiwa itu, tuduhan yang dengan tegas di bantah oleh Teheran.
Eskalasi semakin meningkat setelah Iran menembak jatuh drone AS. Tindakan Iran ini sempat membuat Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan udara sebelum membatalkannya pada menit-menit akhir.
Dalam langkah terbarunya yang bertujuan meningkatkan kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran, Washington menjatuhkan sanksi pada Zarif karena bertindak atas nama Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. AS sebelumnya telah menjatuhkan sanksi kepada Khamenei.
"AS menggunakan perilaku kekanak-kanakan. Mereka mengklaim setiap hari 'Kami ingin berbicara, tanpa prasyarat' dan kemudian mereka memberikan sanksi kepada menteri luar negeri," kata Rouhani dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi Iran.
AS sebelumnya telah mengusulkan pembicaraan tanpa syarat dengan Teheran, bahkan ketika negara itu menerapkan kembali sanksi sanksi ekonomi termasuk langkah-langkah yang bertujuan memangkas ekspor minyak Iran menjadi nol.
Dalam pidatonya, Rouhani juga menuduh AS takut terhadap Zarif, yang baru-baru ini memberikan serangkaian wawancara luas kepada media asing di New York.
Dalam satu kesempatan, Zarif membalas seruan Presiden AS Donald Trump untuk negosiasi nuklir baru yang mencakup program rudal balistik Iran dan menuduh Washington membawa Timur Tengah ke jurang "ledakan" dengan menjual senjata kepada sekutu di Teluk.
"Mereka takut dengan wawancara menteri luar negeri kami," kata Rouhani.
"Sangat jelas bahwa fondasi Gedung Putih telah diguncang oleh kata-kata dan logika dari individu yang berpengetahuan, berbakti, dan diplomatik," imbuhnya.
"Musuh kita sangat tidak berdaya sehingga mereka kehilangan kemampuan untuk bertindak dan berpikir dengan bijak," tukasnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (1/8/2019).
Ketegangan antara AS dan Iran dipicu penarikan sepihak Presiden Donald Trump dari perjanjian nukli internasional 2015. Langkah ini kemudian diikuti dengan pemberlakukan sejumlah sanksi.
Tidak berhenti sampai di situ, AS juga mengirim satuan tempur kapal induk, skuadron bomber strategis, mengirim pasukan tambahan dan menyebar rudal Patriot ke Timur Tengah. AS beralasan langkah itu diambil untuk mencegah ancaman dari Iran terhadap kepentingan AS dan sekutunya di wilayah itu.
Di tengah meningkatnya gesekan, kekhawatiran akan konflik langsung AS-Iran telah meningkat sejak Mei dengan beberapa dugaan serangan terhadap kapal tanker minyak di Teluk. AS menuding Iran berada di balik peristiwa itu, tuduhan yang dengan tegas di bantah oleh Teheran.
Eskalasi semakin meningkat setelah Iran menembak jatuh drone AS. Tindakan Iran ini sempat membuat Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan udara sebelum membatalkannya pada menit-menit akhir.
(ian)