Iran Dorong Pertukaran Pembebasan Kapal Tanker
A
A
A
LONDON - Pelepasan kapal tanker Iran yang disita dapat membantu mengamankan kebabasan kapal tanker berbendera Inggris yang ditahan oleh Teheran. Hal itu diungkapkan oleh Duta Besar Iran untuk Inggris.
Pada 4 Juli, Marinir Kerajaan Inggris terlibat dalam penyitaan kapal tanker minyak Iran Grace 1 dari Gibraltar. Kapal tersebut dicurigai membawa minyak ke Suriah yang dianggap melanggar sanksi Uni Eropa. Iran menyebutnya sebagai tindakan "pembajakan".
Beberapa hari kemudian, Korps Garda Revolusi Iran menangkap kapal tanker berbendera Inggri, Stena Impero, di Selat Hormuz. Kapal dan 23 awaknya tetap berada di tahanan Iran.
"Tentu saja satu masalah dapat membantu penyelesaian masalah lain tetapi ini adalah dua masalah terpisah yang perlu ditangani secara terpisah," kata Duta Besar Iran Hamid Baeidinejad mengatakan kepada Sky News.
"Kami sangat ingin melihat Inggris melakukan semua langkah yang diperlukan untuk melepaskan secepat mungkin Grace 1," imbuhnya seperti dikutip dari media berbasis di Inggris itu, Rabu (31/7/2019).
Pada awal minggu ini, Baeidinejad tidak mau berkompromi. Dalam tweetnya ia mengatakan tidak mungkin melakukan pertukaran karena Inggris telah menahan kapal Iran secara ilegal. Sementara kapal Inggris telah ditahan karena melanggar beberapa peraturan keselamatan/keamanan kunci.
Ia pun bersikukuh dengan penjelasan awal Iran untuk menangkap kapal tanker Stena Impero.
"Kapal itu bertabrakan dengan perahu nelayan di daerah itu ... perahu nelayan itu rusak dan ada yang terluka," tegasnya.
Dia juga mengatakan Stena Impero telah memasuki Selat Hormuz dari jalur luar, yang melanggar hukum.
"Kami memiliki ketegangan di wilayah itu karena kebijakan AS - kapal itu seharusnya sangat berhati-hati untuk tidak melanggar hukum apa pun," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Baeidinejad membantah Grace 1 sedang menuju Suriah tetapi berulang kali menolak untuk mengidentifikasi tujuan kapal.
"Sangat jelas, kami telah mengumumkan tidak akan ke entitas sanksi ... kami tidak berhak untuk mengatakan apa tujuan dari kapal," katanya.
Pernyataan Baeidinejad datang di tengah meningkatnya ketegangan antara Inggris dan Iran. Selain dua tanker yang disita, kapal fregat Angkatan Laut Inggris HMS Montrose, yang sedang berpatroli di wilayah itu, menghalangi kapal-kapal patroli Iran yang berusaha menghalangi sebuah kapal tanker Inggris yang berlayar melalui Selat Hormuz bulan ini.
Jalur air adalah satu-satunya rute menuju lautan yang lebih luas untuk lebih dari seperenam minyak dunia dan sepertiga dari gas alam cairnya.
Angkatan Laut Kerajaan telah ditugaskan untuk mengawal semua kapal berbendera Inggris melalui area tersebut.
Iran dan Inggris juga masih berselisih mengenai berlanjutnya pemenjaraan Nazanin Zaghari-Ratcliffe. Wanita Inggris-Iran dipenjara selama lima tahun di Teheran setelah dituduh memata-matai pada tahun 2016, tuduhan yang dibantahnya.
Ketika ditanya apakah dia bersikeras bahwa dia telah memata-matai meskipun dia berada di negara itu bersama bayinya, Baeidinejad mengatakan: "Spionase adalah bahasa yang sangat fleksibel, itu dapat melibatkan banyak kegiatan."
"Ketika Anda terlibat dalam kegiatan ilegal, tidak masalah apakah Anda memiliki bayi atau tidak. Anda harus bertanggung jawab kepada hukum," sambungnya.
"Pertanyaannya adalah apakah kita ingin membantunya dibebaskan sebelum atau tidak? Jika itu maksudnya ada beberapa peraturan yang harus diikuti. Kami memiliki prosedur pengampunan dan yang harus diikuti," tukasnya.
Pada 4 Juli, Marinir Kerajaan Inggris terlibat dalam penyitaan kapal tanker minyak Iran Grace 1 dari Gibraltar. Kapal tersebut dicurigai membawa minyak ke Suriah yang dianggap melanggar sanksi Uni Eropa. Iran menyebutnya sebagai tindakan "pembajakan".
Beberapa hari kemudian, Korps Garda Revolusi Iran menangkap kapal tanker berbendera Inggri, Stena Impero, di Selat Hormuz. Kapal dan 23 awaknya tetap berada di tahanan Iran.
"Tentu saja satu masalah dapat membantu penyelesaian masalah lain tetapi ini adalah dua masalah terpisah yang perlu ditangani secara terpisah," kata Duta Besar Iran Hamid Baeidinejad mengatakan kepada Sky News.
"Kami sangat ingin melihat Inggris melakukan semua langkah yang diperlukan untuk melepaskan secepat mungkin Grace 1," imbuhnya seperti dikutip dari media berbasis di Inggris itu, Rabu (31/7/2019).
Pada awal minggu ini, Baeidinejad tidak mau berkompromi. Dalam tweetnya ia mengatakan tidak mungkin melakukan pertukaran karena Inggris telah menahan kapal Iran secara ilegal. Sementara kapal Inggris telah ditahan karena melanggar beberapa peraturan keselamatan/keamanan kunci.
Ia pun bersikukuh dengan penjelasan awal Iran untuk menangkap kapal tanker Stena Impero.
"Kapal itu bertabrakan dengan perahu nelayan di daerah itu ... perahu nelayan itu rusak dan ada yang terluka," tegasnya.
Dia juga mengatakan Stena Impero telah memasuki Selat Hormuz dari jalur luar, yang melanggar hukum.
"Kami memiliki ketegangan di wilayah itu karena kebijakan AS - kapal itu seharusnya sangat berhati-hati untuk tidak melanggar hukum apa pun," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Baeidinejad membantah Grace 1 sedang menuju Suriah tetapi berulang kali menolak untuk mengidentifikasi tujuan kapal.
"Sangat jelas, kami telah mengumumkan tidak akan ke entitas sanksi ... kami tidak berhak untuk mengatakan apa tujuan dari kapal," katanya.
Pernyataan Baeidinejad datang di tengah meningkatnya ketegangan antara Inggris dan Iran. Selain dua tanker yang disita, kapal fregat Angkatan Laut Inggris HMS Montrose, yang sedang berpatroli di wilayah itu, menghalangi kapal-kapal patroli Iran yang berusaha menghalangi sebuah kapal tanker Inggris yang berlayar melalui Selat Hormuz bulan ini.
Jalur air adalah satu-satunya rute menuju lautan yang lebih luas untuk lebih dari seperenam minyak dunia dan sepertiga dari gas alam cairnya.
Angkatan Laut Kerajaan telah ditugaskan untuk mengawal semua kapal berbendera Inggris melalui area tersebut.
Iran dan Inggris juga masih berselisih mengenai berlanjutnya pemenjaraan Nazanin Zaghari-Ratcliffe. Wanita Inggris-Iran dipenjara selama lima tahun di Teheran setelah dituduh memata-matai pada tahun 2016, tuduhan yang dibantahnya.
Ketika ditanya apakah dia bersikeras bahwa dia telah memata-matai meskipun dia berada di negara itu bersama bayinya, Baeidinejad mengatakan: "Spionase adalah bahasa yang sangat fleksibel, itu dapat melibatkan banyak kegiatan."
"Ketika Anda terlibat dalam kegiatan ilegal, tidak masalah apakah Anda memiliki bayi atau tidak. Anda harus bertanggung jawab kepada hukum," sambungnya.
"Pertanyaannya adalah apakah kita ingin membantunya dibebaskan sebelum atau tidak? Jika itu maksudnya ada beberapa peraturan yang harus diikuti. Kami memiliki prosedur pengampunan dan yang harus diikuti," tukasnya.
(ian)