Gara-gara Ditembak Jatuh Iran, India Pikir Ulang Beli Drone AS

Selasa, 30 Juli 2019 - 14:46 WIB
Gara-gara Ditembak Jatuh...
Gara-gara Ditembak Jatuh Iran, India Pikir Ulang Beli Drone AS
A A A
NEW DELHI - India sedang mempertimbangkan ulang rencananya untuk membeli drone canggih Amerika Serikat (AS). Sikap itu muncul setelah pesawat nirawak mata-mata Amerika, RQ-4 Global Hawk, tersebut ditembak jatuh oleh rudal Iran di atas Teluk Persia bulan lalu.

Militer New Delhi telah berencana untuk membeli 30 drone AS senilai USD6 miliar, tetapi sekarang sedang mempertimbangkan ulang akuisisi atas biaya dan pertanyaan tentang kemampuannya bertahan hidup di wilayah udara yang disengketakan.

Keraguan India itu disampaikan seorang pejabat senior militer setempat kepada Hindustan Times, Senin (29/7/2019).

Meskipun kesepakatan India untuk membeli drone belum final, Angkatan Udara dan Angkatan Darat negara itu berencana untuk membeli masing-masing 10 unit drone General Atomics MQ-9 Reaper atau dikenal sebagai Predator-B. Sedangkan Angkatan Laut-nya berencana untuk berinvestasi dalam versi pesawat pengintai jarak jauh.

Iran menembak jatuh sebuah pesawat mata-mata RQ-4 Global Hawk AS dengan sistem rudal S-300 di Selat Hormuz pada 20 Juni.

Menurut sumber-sumber militer yang dikutip Hindustan Times, Angkatan Udara India telah mempertanyakan kelangsungan hidup drone Predator-B di wilayah udara yang diperebutkan, seperti di atas Kashmir yang diduduki Pakistan atau di sepanjang perbatasan yang disengketakan antara India dan China. Baik Pakistan dan China memiliki sistem rudal surface-to-air (SAM) mutakhir.

AS telah berhasil menggunakan drone bersenjata di Afghanistan, Pakistan, Irak dan Suriah. "Pakistan adalah satu-satunya negara yang memiliki kemampuan kontra tetapi akan berpikir 100 kali sebelum memutuskan untuk mengambil drone AS yang dijatuhkan oleh SAM," kata salah satu sumber militer India.

Label harga pada drone bersenjata adalah faktor penghambat lain yang dirasakan India. Platform drone polos akan menelan biaya USD100 juta dan senjata pelengkapnya seperti rudal dan bom terpandu laser akan menelan biaya tambahan USD100 juta.

"Ini berarti pesawat tanpa awak bersenjata lengkap dengan senjata akan lebih mahal daripada pesawat tempur multi-peran Rafael dengan semua senjata dan rudal di dalamnya," kata seorang pejabat senior Blok Selatan India kepada Hindustan Times.

"Dalam keadaan itu, IAF (Angkatan Udara India) akan memberikan preferensi untuk memperoleh lebih banyak jet tempur multi-peran dengan rudal air-to-air jarak-jauh dan tentara India akan berupaya mengganti tank-tank T-72. Angkatan Laut membutuhkan lebih banyak kapal permukaan di laut daripada pesawat tanpa awak bersenjata untuk memproyeksikan dirinya sebagai kekuatan Indo-Pasifik," imbuh pejabat itu.

IAF menjadi lebih tertarik pada rudal air-to-air jarak jauh sejak F-16 Pakistan menembak jatuh sebuah jet tempur MiG-21 India di perbatasan Kashmir pada bulan Februari.

Seorang pejabat senior kementerian pertahanan mengatakan, keputusan untuk mengakuisisi drone AS akan diambil hanya setelah tiga cabang militer mendekati pemerintah dengan proposal.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9011 seconds (0.1#10.140)